DAMARWULAN dan MINAKJINGGO sebuah pembohongan sejarah

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2017 22:41 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
DAMARWULAN dan MINAKJINGGO sebuah pembohongan sejarah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tersebutlah seorang ratu bernama Dewi Suhita yang bergelar Ratu Ayu Kencana Wungu (Suhita: tahun 1429-1447). Ia adalah penguasa Kerajaan Majapahit yang ke-6.
ADVERTISEMENT
Pada era pemerintahannya, Majapahit berhasil menaklukkan banyak daerah yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan yang berpusat di Trowulan, Jawa Timur, itu.
Salah satu kerajaan kecil yang menjadi taklukan Majapahit adalah Kerajaan Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang bangsawan dari Klungkung, Bali, bernama Adipati Kebo Marcuet. Adipati ini terkenal sakti dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya seperti kerbau.
Keberadaan Adipati Kebo Marcuet ternyata menghadirkan ancaman bagi Ratu Ayu Kencana Wungu. Meskipun hanya seorang raja taklukan, namun sepak terjang Adipati Kebo Marcuet yang terus-menerus merongrong wilayah kekuasaan Majapahit membuat Ratu Ayu Kencana Wungu cemas. Ratu Majapahit itu pun berupaya menghentikan ulah Adipati Kebo Marcuet dengan mengadakan sebuah sayembara untuk mengalahkan Adipati Kebo Marcuet, maka dia akan diangkat menjadi Adipati Blambangan yang baru dan dijadikan sebagai suami.
ADVERTISEMENT
Sayembara itu diikuti oleh puluhan orang, namun semua gagal mengalahkan kesaktian Adipati Kebo Marcuet. Hingga datanglah seorang pemuda tampan dan gagah bernama Jaka Umbaran yang berasal dari Pasuruan. Ia adalah putera Ki Ajar Pamenger.
Rupanya, Jaka Umbaran mengetahui kelemahan Adipati Kebo Marcuet. Maka, dengan senjata pusakanya gada wesi kuning (gada yang terbuat dari kuningan), dan dibantu oleh seorang pemanjat kelapa yang sakti bernama Dayun, Jaka Umbaran berhasil mengalahkan Adipati Kebo Marcuet.
Ratu Ayu Kencana Wungu sangat gembira dengan kekalahan Adipati Kebo Marcuet. Ia pun menobatkan Jaka Umbaran menjadi Adipati Blambangan yang baru dengan gelar Minak Jinggo. Akan tetapi, Ratu Ayu Kencana Wungu menolak menikah dengan Jaka Umbaran karena pemuda itu kini tidak lagi tampan akibat pertarungannya dengan Adipati Kebo Marcuet.
ADVERTISEMENT
Jaka Umbaran alias Minakjingga tetap bersikeras menagih janji. Ia datang ke Majapahit untuk melamar Ratu Ayu Kencana Wungu meskipun pada saat itu ia telah memiliki dua selir bernama Dewi Wahita dan Dewi Puyengan. Lamaran Minakjingga bertepuk sebelah tangan karena sang Ratu tetap tidak sudi menikah dengannya.
Penolakan itu membuat Minakjingga murka dan memendam dendam kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Untuk melampiaskan kemarahannya, Minakjingga merebut beberapa wilayah kekuasaan Majapahit sampai ke Probolinggo (Perang Paregrek). Tidak hanya itu, Minakjingga pun berniat untuk menyerang ibu kota Majapahit. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat khawatir ketika mendengar bahwa Minakjingga ingin menyerang kerajaannya. Maka, ia pun menggelar sayembara kedua.
Sekali lagi, puluhan pemuda turut serta dalam sayembara tersebut, namun tidak ada satu pun yang berhasil mengungguli kesaktian Minakjingga. Hal ini membuat sang Ratu semakin cemas.
ADVERTISEMENT
Saat kekhawatiran sang Ratu semakin besar, datanglah seorang pemuda tampan bernama Damarwulan.
Pertarungan sengit antara dua pendekar sakti itupun terjadi. Keduanya silih-berganti menyerang. Namun, akhirnya Damarwulan kalah dalam pertarungan itu hingga pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Minakjingga. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam penjara.
Rupanya, kedua selir Minakjingga, Dewi Wahita dan Dewi Puyengan, terpikat melihat ketampanan Damarwulan. Mereka pun secara diam-diam mengobati luka pemuda itu. Bahkan, mereka juga membuka rahasia kesaktian Minakjingga.
Pada malam harinya, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan mencuri pusaka gada wesi kuning saat Minakjingga terlelap. Pusaka itu kemudian mereka berikan kepada Damarwulan. Setelah memiliki senjata itu, Damarwulan pun kembali menantang Minakjingga untuk bertarung. Alangkah terkejutnya Minakjingga saat melihat sejata pusakanya ada di tangan Damarwulan.
ADVERTISEMENT
Minakjinggapun tidak bisa melakukan perlawanan sehingga dapat dengan mudah dikalahkan.
Akhirnya, Adipati Blambangan itu tewas oleh senjata pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepada Minakjingga untuk dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencana Wungu. Damarwulan pun berhak menikah dengan Ratu Ayu Kencana Wungu dan mendampinginya menjadi Raja Majapahit.
KEKACAUAN CERITA:
Keruwetan cerita ini karena ditulis di Mataram tahun 1736 dg tujuan politik untuk menyudutkan Blambangan yg waktu itu berkonflik dg Mataram memperebutkan hak sebagai pewaris tahta Majapahit. Para pujangga Mataram mencampur aduk kejadian2 tahun 1406, 1429, 1736, 1479, dan 1428 menjadi cerita di atas.
Perhatikan poin2 ini:
1. Perang Paregrek terjadi sekitar tahun 1406 antara Wikramawardhana (Majapahit Barat/Trowulan) vs Bhre Wirabhumi (Majapahit Timur)
2. Majapahit Barat dipimpin Kenconowungu (Suhita) tahun 1429-1447.
ADVERTISEMENT
Suhita = puteri Wikramawardhana dg selir (keponakan Bhre Wirabhumi).
3. Blambangan dipimpin Kebo Marcuet (Keturunan Bali), yg dimaksud adalah Pangeran Danuningrat (Raja Blambangan ke-17 tahun 1736-1763) yg berkuasa saat cerita Damarwulan ini ditulis di Mataram. Saat itu ada konflik Mataram-Blambangan. Prabu Danuningrat digelari Pangeran Menakjingga oleh bangsawan Mataram untuk menguatkan cerita palsu itu.
4. Joko Umbaran putera Ki Ajar Pamengger ikut "sayembara I" mengalahkan Kebo Marcuet.
Yang mengadakan Sayembara adalah Wikramawardhana, dan yg ikut sayembara adalah Gajah Narapati. Saat itu bahkan Suhita belum lahir.
Ki Ajar Pamengger adalah Lembu Mirunda putera Brawijaya I yg menjadi guru spiritual di Gunung Bromo. Putera Ki Ajar Panengger adalah Menak Sembar, menantu Prabu Siung Laut (Raja Blambangan ke-4 berkuasa tahun 1478-1479), kemudian Menak Sembar naik tahta sebagai raja ke-5 tahun 1479-1489).
ADVERTISEMENT
Joko Umbaran ini siapa? Jika Joko Umbaran adalah Menak Sembar, maka yg terjadi bukan penaklukkan tapi ikatan pernikahan antara Trah Lembu Mirunda dg Trah Blambangan.
Jika Joko Umbaran melakukan penaklukkan, maka dia adalah Gajah Narapati.
5. Joko Umbaran menang, diangkat jadi adipati Blambangan bergelar Menak Jinggo, ingin menagih janji dan melamar Suhita.
6. Damarwulan ikut "sayembara II" mengalahkan Menak Jinggo, menikahi Suhita. Damarwulan adalah Arya Damar (Adipati Palembang) dan yang dikalahkan Damarwulan adalah Gajah Narapati tahun 1428 untuk menuntut balas atas kematian Bhre Wirabhumi (kakek Suhita) yg dibunuh Gajah Narapati.
Jadi: Menak Jinggo bukan keturunan Hayam Wuruk.
Menak Jinggo bukan Bhre Wirabhumi. Jika Menak Jinggo adalah Bhre Wirabhumi putera Hayam Wuruk, tidak mungkin dia mau melamar Suhita karena Suhita adalah Cucu keponakannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Oleh: Wirabhumi Aji Rajanatha