Dialog Pemanfaatan Situs Mulyosari Kalibaru sebagai Objek Wisata Sejarah

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
13 Oktober 2020 21:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Audien Balar Yogyakarta di Waroeng Semar Glagah Banyuwangi 7-9 Oktober 2020.
zoom-in-whitePerbesar
Audien Balar Yogyakarta di Waroeng Semar Glagah Banyuwangi 7-9 Oktober 2020.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penelitian di Situs Megalitik Malangsari untuk ketiga kalinya diawali tahun 2016 lalu. Hasil Penelitian yang dipimpin oleh arkeolog Putri Novita Taniardi dipresentasikan di Warung Watu Semar 7-9 Oktober 2020, dihadapan audien berbeda. Seperti tanggal 7/10 dihadapan Instansi dan lembaga Pemkab Banyuwangi , Disbudpar , Bapeda, PU, TACB Banyuwangi dan Museum Blambangan. Untuk tanggal 8/10, Balar Yogyakarta mengundang Komunitas pegiat - pengamat sejarah dan cagar budaya, pegiat dan pelaku pariwisata, akademisi sedangkan khusus tanggal 9/10 mengundang pemilik wilayah situs Mulyosari yakni PTP XII Malangsari Kalibaru.
ADVERTISEMENT
Choliqul Ridha, Sekdin Disbudpar sebagai narasumber sekaligus mewakili Pemkab Banyuwangi sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta atas kepeduliannya terhadap pelestarian dan kelestarian cagar budaya atau tinggalan historis-arkeologis yang ditemukan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Ridha berharap dari penelitian ini akan ada sinergi berupa keterkaitan program yang nantinya dengan harapan membuahkan hasil kajian yang berlanjut pada pemanfaatan situs Mulyosari sebagai obyek pariwisata berbasis sejarah masa lalu, ujar Ridha.
Sementara dalam paparannya Putri menyampaikan Situs Megalitik di Desa Kebonrejo, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, tidak hanya berada di perkebunan kopi milik PTPN XII, akan tetapi sebagian berada di area Kawasan Hutan Lindung Meru Betiri, KPH Banyuwangi Barat. Pada penelitian awal ini kegiatan terkonsentrasi di area perkebunan kopi Blok Sidomaju yang lokasinya cukup dekat dengan komplek perumahan Afdeling Mulyosari sehingga tim penelitian dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di tempat tersebut terutama keperluan akomodasi. Penelitian terhenti karena pandemi covid-19 , Balar Yogyakarta berencana melalui diskusi kelompok terpumpun ini, meminta masukan untuk kelanjutan program penelitian tahun 2020-2021 dan 2022.
Putri juga menyinggung di perkebunan kopi PTPN XII Malangsari sering terjadi “pencarian harta karun” yang dilakukan oleh orang-orang dengan tujuan mencari benda-benda berharga, mereka mencari manik- manik dan benda-benda berharga lainnya yang berada di dalam susunan batu-batu pipih (slab stone). Dari diskusi kelompok terpumpun ini, Putri mewakili Balar Yogyakarta berharap nanti kedepannya diharapkan progres penanganan potensi sosial dan budaya dalam pengelolaan situs Mulyosari Kebun Malangsari Kalibaru. Juga yang terpenting penguatan potensi edukasi situs Mulyosari sebagai penguatan pendidikan karakter , harap Putri.
ADVERTISEMENT
Bagi Putri yang spesifik , Pentingnya pelestarian Situs Mulyosari kedepannya diharapkan bisa menjadi pilihan destitasi wisata sejarah masa lalu dengan nilai :
1. Nilai penting sejarah
2. Nilai penting ilmu pengetahuan
3. Nilai penting pendidikan
4. Nilai penting agama.
Hal ini bisa dilakukan dengan koordinasi intens melibatkan Balai Arkeologi Yogyakarta, Pemkab Banyuwangi, PTP XII Malangasari, Perkebunan dan Perhutani Banyuwangi Barat.
Aekanu Hariyono , guide senior dan pengamat Pariwisata Banyuwangi dalam kesempatan diskusi terpumpun hari kedua , Tinggalan Megalitik yang ada di situs Mulyosari , sebagai bukti perbedaan karakter budaya yang ada di Banyuwangi dapat mengungkap identitas budaya pendukung megalithikum pada masa lalu. Semoga temuan Megalithikum Mulyosari ini akan memperkaya kasanah kepariwisataan Banyuwangi yang mengedepankan aspek edukasi untuk menghargai budaya leluhur kita di masa lalu dengan prinsip " the past for future " , jlentreh Aekanu.
ADVERTISEMENT
Sedangkan H.Ilham Triadi, salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya Banyuwangi berargumen, Menyikapi terjadinya penjarahan , diperlukan penanganan yang melibatkan sejumlah pihak melalui koordinasi dengan pihak- pihak terkait , seperti :
1. Antara pemilik/pengelola lahan perkebunan (yaitu PTPN XII dan Perhutani)
2. Koordinasi arkeolog dan sejarawan sangat diperlukan, sinergi antara arkeolog, sejarawan dan pemerintah untuk mengelola dan mengolah situs makam purba dari sisi substansi sejarah dan arkeologi.
3. Koordinasi antara dinas pariwisata dan masyarakat setempat serta komunitas pecinta sejarah dan warisan budaya.
Dalam hal ini diperlukan koordinasi yang baik dengan dinas pariwisata setempat agar situs dijadikan paket kunjungan wisata juga diperlukan pendampingan agar masyarakat dapat menjadi pemandu lokal atau dengan terlibat melalui cara lain (penyedia tempat penginapan, pedagang makanan/minuman maupun pembuatan asesories terkait situs makam purba).
ADVERTISEMENT
Pelestarian dan Pemberdayaan di sekitar Cagar Budaya yang mana kegiatan ini bertujuan bagaimana pengembangan peninggalan sejarah bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dalam arti memiliki nilai ekonomi dan budaya yang ditunjukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan peran komunitas dalam pelestarian dan nilai- nilai cagar budaya, ditekankan juga apabila menghargai situs-situs cagar budaya baru menjadi ikon culture yang berorientasi pada mensejahterakan masyarakat.(Krth.Ilhm/Wer)