Jangan Dikira Poligami itu Enak!

Bareyn Mochaddin
Perencana Keuangan Independen - Pembicara Publik - Senior Financial Advisor at AAM and Associates
Konten dari Pengguna
7 November 2017 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bareyn Mochaddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jangan Dikira Poligami itu Enak!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Meski akhiran kalimat tersebut adalah kata “MANTAP”, yang kemudian ditangapi oleh para peserta yang memenuhi ruangan dengan gelak tawa, tapi itulah petuah dari Mas Kiwil yang sepertinya sangat diingat di malam Kopdar Seputar Keuangan, atau yang lebih populer disebut sebagai “Diskusi Tepi Kolam bersama Kumparan dengan Komunitas Seputar Keuangan” malam itu.
ADVERTISEMENT
Dalam acara “Diskusi Tepi Kolam bersama Kumparan dengan Komunitas Seputar Keuangan” ada sesi “sharing pengalaman dari Kiwil tentang Poligami”. Dalam kesempatan kali ini Mas Kiwil sebagai orang yang melakukan poligami bercerita tentang plus minus dari Poligami yang tidak diduga sebelumnya, khususnya tidak diduga oleh kami para pelaku poligami (bahkan saya monogami pun belum) :D.
Mas Kiwil berkata bahwa memang Poligami itu jangan dikira enak, poligami bukan hanya tentang sex, dan poligami bukan hanya tentang kesenangan belaka. Ada tanggung jawab yang harus diemban, ada istri dan anak yang harus dinafkahi, dan ada keadilan yang harus dibagi rata kepada kedua (ketiga, dan keempat) istri, dan anak tentunya.
Mengingat adanya tanggung jawab besar yang harus diemban oleh suami yang berpoligami, maka harus ada kemampuan yang nyata dari suami yang melakukan poligami. Hal ini pun yang disampaikan oleh Mas Kiwil ketika bercerita bahwa dia mengatakan “bersyukur” memiliki kemampuan tersebut, selain berlaku adil, kemampuan yang tak kalah penting adalah kemampuan finansial dari sang kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebagai suami dan kepala keluarga, Mas Kiwil bercerita bahwa dia hanyalah seseorang yang bertugas sebagai pemberi nafkah dan membagikannya secara adil. “Berapapun dan kapanpun istri minta saya kasih”, “Saya tidak pernah menanyakan untuk apa, karena kewajiban saya memberi nafkah”, tambahnya. Maka kesimpulannya, bagi anda yang ingin berpoligami, kemampuan finansial itu penting adanya.
Selain itu, sebagai seseorang yang berpoligami, Mas Kiwil juga berpesan kepada pria yang ingin berpoligami bahwa harus siap selain finansial juga harus siap secara mental. Akan ada tekanan dari internal maupun external yang “mengganggu" rumah tangga. Dengan dasar pengalaman dari Mas Kiwil menyatakan, "media hanya memberitakan ketika saya dan istri bertengkar, dan tidak memberitakan ketika saya berbahagia dengan kedua istri" katanya. Kemudian menambahkan "dengan pemberitaan itu, padahal orang-orang tidak tahu apa yang terjadi tapi mereka membicarakan seperti mereka tahu kenyataannya".
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, bagi siapapun yang ingin berpoligami dan merasa memiliki kemampuan untuk melakukannya, ingatlah pesan Mas Kiwil bahwa Poligami itu jangan dikira enak saja, tapi juga pertanyakan kembali apakah anda siap secara spiritual, finansial dan mental?.
Saya pun saat ini sedang merenungkannya :)
Btw .. Mengenai masalah finansial, ada pemaparan tentang "poligami dan hubungannya keuangan" dari narasumber lainnya di “Diskusi Tepi Kolam bersama Kumparan dengan Komunitas Seputar Keuangan” malam itu yaitu Ibu Ila Abdulrahman. Kapan-kapan saya ceritakan ya!
Chao!