Melihat Esensi Keinginan, Cara Mudah Menekan Pengeluaran

Bareyn Mochaddin
Perencana Keuangan Independen - Pembicara Publik - Senior Financial Advisor at AAM and Associates
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2018 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bareyn Mochaddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Belanja Bulanan (Foto: Pixabay/Storyblocks)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Belanja Bulanan (Foto: Pixabay/Storyblocks)
ADVERTISEMENT
Sulit mengelola cashflow bulanan sepertinya menjadi persoalan umum yang dapat dirasakan oleh siapa saja, mungkin termasuk kamu juga. Kecuali uang yang kamu miliki 'tak berseri', setidaknya sekali dua kali dalam hidup, kamu pernah merasakan 'habisnya uang di tengah jalan'.
ADVERTISEMENT
Mungkin kamu pernah merasakan, uang jajan tinggal pas-pasan padahal jadwal orang tua mengirim uang masih lama. Atau, bagi kamu yang sudah bekerja, ada masa di mana tanggal gajian masih cukup lama, tapi uang kamu sudah habis tak bersisa.
Efeknya cukup beragam, mulai dari tiba-tiba hemat sampai dengan mencari pinjaman dana yang bisa didapat dengan segera. Bila tidak diperbaiki, bisa jadi hal ini menjadi kebiasaan yang tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga teman dan keluarga.
Ketika sudah menjadi kebiasaan, pengelolaan cashflow yang buruk juga bisa menjadi sebuah ancaman. Ancaman tidak hanya bagi keuangan saja, tetapi juga ancaman bagi perkembangan diri. Ya siapa coba yang bisa fokus mengejar cita-cita ketika dikejar-kejar penagih dana?
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, penting untuk kamu bisa mengelola keuangan bulanan agar tak menjadi sebuah kebiasaan buruk yang bisa merugikan. Tapi, mungkin saat ini kamu tahu dan sadar pentingnya mengelola cashflow bulanan, tapi kamu enggak tahu harus memulai dari mana untuk mengubah kebiasaan ini. Iya enggak?
Sebenarnya, banyak langkah mudah agar bisa mudah mengelola keuangan bulanan kamu semua. Salah satu yang paling mudah adalah mengelola keuangan dengan mengetahui esensi dari belanja kamu semua. Terutama, belanja yang sifatnya kecil, sering, dan tak terasa.
Catat Pengeluaran (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Catat Pengeluaran (Foto: Shutter Stock)
Pengelolaan keuangan dari melihat esensi belanja yang sifatnya kecil, sering, dan tak terasa ini biasanya akan memberikan dampak cukup besar bagi kamu. Karena, pengeluaran yang tak terasa itulah yang bikin kantong kamu kering kerontang tak bersisa.
ADVERTISEMENT
Pengeluaran-pengeluaran kecil itu contohnya kebiasaan ngopi di kafe, jajan di minimarket, atau pesan makanan melalui aplikasi ojek online. Pernah ngitung enggak berapa pengeluarannya? Coba deh hitung, bisa jadi kamu habiskan uang lebih besar dari uang untuk makan kamu.
Esensi di sini artinya adalah inti dari barang yang kamu beli. Apa sih sebenarnya yang kamu cari dari sebuah barang yang kamu beli? Pengalamannya kah yang kamu cari, rasanya kah yang kamu cari, atau hanya gengsinya yang kamu cari? Jangan-jangan kamu tak ada kepentingan membeli barang tersebut?
Bila ternyata tak ada esensi yang kamu cari dari sesuatu yang kamu beli, bisa jadi kamu hanya ingin mengisi waktu, menemani teman, atau mungkin sekadar penasaran. Ketika tak ada kepentingan, maka artinya uang yang kamu belanjakan berakhir sia-sia saja. Sayang, kan?
ADVERTISEMENT
Contoh sederhana dalam melihat esensi dalam sebuah pengeluaran misalnya kebiasaan kamu ngopi di kafe. Apa yang sebenarnya kamu cari dari ngopi di kafe tersebut? Apakah kopinya, apakah suasananya, ataukah karena baristanya yang sedang kamu jadikan gebetan?
Dengan melihat esensi dari belanja yang kamu lakukan, maka kamu akan tahu apa yang sebenarnya kamu incar dan dapat memenuhi keinginan. Bisa jadi, kamu hanya ingin kopi dan kebiasaan kamu datang ke kafe itu hanya untuk membeli kopi dan bukan yang lainnya.
Artinya, kamu bisa membeli biji kopi dari kedai kopi tersebut dan membuat kopi yang sama di rumah. Dengan cara ini, kamu bisa menghemat bahkan lebih dari setengah harga yang kamu keluarkan untuk membeli kopi yang kamu inginkan. Iya, kan?
ADVERTISEMENT
Coba hitung, satu kali ngopi di kafe itu bisa sekitar Rp 30 ribu sampai dengan Rp 50 ribuan. Sedangkan harga biji kopi yang digiling itu rata-rata sekitar Rp 100 ribuan, dan kamu bisa menyeduh sampai dengan dua puluh cangkir kopi.
Kalau kamu tidak tahu apa sebenarnya yang kamu cari, maka kamu menyia-nyiakan cukup banyak dana. Dengan jumlah cangkir yang sama (20), kamu menghabiskan Rp 600 ribu untuk ngopi di kafe, sedangkan kamu bisa mendapatkannya dengan Rp 100 ribu saja.
Cara ini dapat kamu lakukan dalam hal apapun juga ketika kamu ingin mengurangi pengeluaran atas sebuah barang bahkan belanja pengalaman. Dalam hal liburan contohnya. Bisa jadi, sebenarnya yang kamu butuhkan hanyalah liburan saja, apakah ke luar negeri merupakan jawaban?
Travelling Dunia (Foto: Pamjpat/PIXABAY)
zoom-in-whitePerbesar
Travelling Dunia (Foto: Pamjpat/PIXABAY)
Bisa jadi ya atau bahkan mungkin tidak. Bila kamu pintar melihat esensi dari keinginan, maka kamu mungkin tak memerlukan liburan ke luar negeri sebagai jawaban atas pencarian kesenangan. Barangkali, Dufan bisa menjadi pilihan ketika budget liburan kamu pas-pasan.
ADVERTISEMENT
Tanpa mengetahui esensi yang kamu cari dari sesuatu yang kamu inginkan (dalam hal ini liburan). Maka ada kemungkinan kamu memaksa untuk pergi ke luar negeri dengan cara mencairkan investasi, menjual barang-barang kesayangan, atau bahkan kamu memaksa berutang,
Maka boleh dikatakan, menekan pengeluaran itu sebenarnya mudah kan? Hanya tinggal kamu saja mau melakukannya atau tidak. Apakah kamu mau sedikit menunggu dan merenung untuk mengetahui esensi ketika kamu menginginkan sebuah barang?
Semoga tips ini berhasil dan menjadikan pengeluaran bulanan kamu lebih hemat dan tak tergerus dengan belanja yang sebenarnya tidak kamu butuhkan ya! Nah, kalau kamu punya cara lain untuk menekan pengeluaran, boleh dibagi dong di kolom komentar ya, readers kumparan!
ADVERTISEMENT
Chao!