Orangutan, Kalimantan, Palangka Raya

Indonesia dan Kebakaran Hutan dari Kacamata Geologi

Barry Majeed Hartono
I am a young student intending to enrich my knowledge in geology specifically in petroleum geochemistry and I am also passionate to share my knowledge. My interest lies in geological engineering especially in the research and development of geochemistry exploration. When dealing with tasks, my mindset is always geared towards results and its objectives, but I still value the processes to achieve it. I am an enthusiastic person who holds high ideals and always ready to adapt. I always keep in mind to maintain a good attitude and clearly love to work together with other companions in order to achieve more.
17 September 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Skema kebakaran hutan akibat spontaneous combustion. Spontaneous combustion dipicu oleh oksidasi bakteri ketika terjadi proses penggambutan. Dok. Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Skema kebakaran hutan akibat spontaneous combustion. Spontaneous combustion dipicu oleh oksidasi bakteri ketika terjadi proses penggambutan. Dok. Pribadi.
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali melanda Indonesia, yang paling parah terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Masalah yang sama sejak dulu hingga sekarang. Pertanyaan demi pernyataan mulai bermunculan di masyarakat. Namun, pertanyaan yang paling banyak dilontarkan adalah. "Bagaimana bisa kebakaran hutan?", "Siapa oknum di baliknya?" dan "Apa penyebabnya?".
ADVERTISEMENT
Muncul pernyataan bahwa kebakaran ini merupakan ulah manusia. Tagar #RiauDibakarBukanTerbakar pun menjadi trending topic di media sosial Twitter.
"Kami BNPB mengatakan kalau ada masyarakat yang dibayar untuk membakar ladang, kami siap menampung mereka, kami pekerjakan sebagai bagian dari Satgas Pemadaman Api. Kita bayar, lebih baik kita membayar rakyat, daripada rakyat dibayar orang lain untuk membakar," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Mardono, di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).
Kemudian disambung oleh beliau.
Walaupun 99 persen, peluang penyebab kebakaran yang tengah melanda Indonesia adalah ulah manusia, masih ada satu persen peluang penyebab dari alam. Satu persen masih bisa diartikan sebagai peluang, bukan tidak ada peluang.
ADVERTISEMENT
Lantas, pernahkah Anda berpikir bahwa kondisi alam dapat menyebabkan kebakaran? Tahukah anda jika lahan gambut bisa terbakar dengan sendirinya? Beginilah penjelasan kebakaran hutan dari sisi geologi.

Auto-Combustion atau Spontaneous Combustion

Dalam buku Dictionary of Mining, Mineral, and Related Term yang dipublikasikan oleh American Geological Institute (1997),
Dapat ditarik kesimpulan bahwa auto-combustion atau spontaneous combustion adalah kebakaran pada material yang mudah terbakar, tanpa adanya penyebab kebakaran dari luar atau eksternal. Biasanya, kebakaran ini dipicu oleh internal source atau sumber dari dalam (Thomas, 2013).
Kebakaran di beberapa daerah di Indonesia ini terjadi di atas lahan gambut. Lahan gambut terbentuk oleh proses penggambutan pada reruntuhan tumbuh-tumbuhan. Reruntuhan ini kemudian bertumpuk di dalam rawa-rawa dan terjadi beberapa proses pembusukan oleh bakteri.
ADVERTISEMENT
Oksidasi yang berlangsung sangat lama akibat proses pembusukan oleh bakteri yang dapat menghasilkan panas. Panas ini kemudian sulit untuk keluar sehingga terus tersimpan di material tersebut, dalam hal ini lahan gambut (kandungan karbonnya tinggi). Ketika panas ini mencapai titik bakar (ignition point) dari material, material mulai terbakar.
Ditambah lagi, gambut mengikat (adsorpsi) oksigen ketika terangkat ke permukaan, sehingga oksidasi menjadi lebih intens dan panas yang dihasilkan semakin besar (Thomas, 2013). Kondisi semakin memburuk karena bakteri pembusuk ini menghasilkan gas metana (CH4) dan asetilena (C2H4), yang jika terkena api dapat meledak. Hal ini lazim terjadi di daerah rawa-rawa, dan Indonesia memiliki banyak rawa-rawa.
Kebakaran lahan gambut dan hutan di Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti

Tektonik Indonesia dan Penggambutan

Lahan gambut terbentuk pada lingkungan rawa-rawa. Rawa-rawa dapat ditemukan pada banyak sistem, seperti sistem delta, sistem pantai, sistem fluvial (sungai), dan lain-lain. Penyebaran ini dikontrol oleh konsep pengisian cekungan. Tatanan tektonik Indonesia sangat kompleks dan sangat cocok untuk pembentukan lingkungan rawa-rawa, sehingga gambut dan batu bara dapat terbentuk. Lingkungan rawa-rawa dapat terbentuk dengan luas dan berkembang secara baik di back-arc basin dan passive margin basin.
ADVERTISEMENT
Riau terletak di cekungan busur belakang, pada sistem tektonik kompresi. Subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia menghasilkan cekungan busur depan (fore-arc basin), busur magmatik (Bukit Barisan untuk Pulau Sumatera), dan cekungan busur belakang. Pada cekungan busur belakang, cekungan ini memiliki geometri lingkungan pengendapan yang cukup luas namun terbatas oleh geometri cekungannya.
Berbeda dengan Kalimantan, Kalimantan terletak di cekungan passive margin. Pada cekungan ini, lingkungan rawa sangat berkembang dengan baik dan tersebar secara luas. Cekungan tipe ini merupakan hasil perpecahan dua kontinen (continental break-up), sehingga daerah yang pecah itu berkembang menjadi lingkungan yang cocok untuk pembentukan lahan gambut. Salah satu sistem lingkungan pengendapan yang berkembang pada cekungan ini adalah sistem delta.
ADVERTISEMENT

Penutup

Begitulah proses spontaneous combustion yang dapat menyebabkan kebakaran hutan. Proses penggambutan yang biasanya terjadi di daerah rawa didukung oleh kondisi tektonik serta iklim Indonesia yang membuat lingkungan rawa dapat berkembang dengan baik, sehingga Indonesia pun tak dapat luput dari kebakaran hutan. Perlu diingat, bahwa walaupun 99 persen penyebab kebakaran diduga ulah manusia, masih ada satu persen peluang penyebab kebakaran berasal dari alam.
Referensi:
Thomas, L., 2013. Coal Geology 2nd Edition. Wiley-Blackwell, Oxford.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten