Berkembang seperti Vinicius

Basori Alwi
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
4 September 2022 22:01 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Basori Alwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Instagram (@vinijr)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Instagram (@vinijr)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Real Madrid kembali menjaga tren positifnya kala menjamu Real Betis pada lanjutan ajang Liga Spanyol musim 2022/2023. Kemenangan tipis 2-1 di Santiago Bernabeu pada Sabtu (3/9/2022), membuat anak asuh Carlo Ancelotti nyaman berada di puncak klasemen sementara La Liga.
ADVERTISEMENT
Aurélien Tchouaméni bersinar pada laga itu usai berhasil menjadi Man of the Match. Selain Tchouaméni, winger Madrid asal Brazil, Vinicius Junior, turut mencuri perhatian. Lesakkan golnya di menit kesembilan setelah menerima umpan dari Alaba menambah catatan manisnya dalam campaign La Liga musim ini. Dalam empat pekan yang sudah berlangsung, Vini berhasil mencetak mencatat 3 gol dan 1 assist.
Catatan manisnya di awal musim ini dan beberapa pencapaian luar biasa lainnya yang ia peroleh di Madrid pada tahun ini menunjukkan jika Vini berkembang tiap waktunya. Lantas, apa yang membuatnya berkembang sejauh ini? Bagaimana cerita di baliknya?

Profil Vinicius Junior

Foto: Instagram (@vinijr)
Vinicius Junior lahir dan besar di Sao Goncalo—sebuah daerah yang terpisah dari bagian Rio de Janeiro. Sao Goncalo bukan daerah yang makmur, tetapi itu bukan alasan kalau Vini kecil tidak bisa hidup bahagia.
ADVERTISEMENT
Vini mulai memantapkan niatnya untuk menjadi pemain sepak bola ketika bergabung dengan akademi sepak bola lokal—salah satu akademi dari 120 akademi sepak bola di Brazil yang terafiliasi dengan Flamengo, salah satu tim besar di Brazil.
Ketika usianya genap 10 tahun, Vini resmi bergabung dengan tim muda Flamengo. Uniknya, ketika mengisi formulir pendaftaran masuknya, Vini mencantumkan jika ia merupakan seorang bek sayap kiri—hal ini mengacu pada pemain favoritnya di Flamengo, Renato Abreu, seorang pemain yang berposisi sebagai gelandang serang, namun kerap mengisi pos bek sayap kiri.
Di Flamengo, pesona Vinicius sudah mulai diperbincangkan oleh banyak orang di Brazil sebagai salah satu pemain potensial yang ada di tim muda Flamengo. Namanya kian harum ketika berhasil membawa Brazil pulang dengan medali kemenangan di ajang Copa America U-17.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat namanya yang semula diperbincangkan oleh pecinta sepak bola lokal Brazil menjadi makin luas ke seluruh penjuru dunia—termasuk Spanyol. Bahkan, media Spanyol menyebutnya sebagai “The New Neymar”.
Setelah melihat kecepatannya, kelihaiannya dalam mengolah si kulit bundar, dribbling-nya, dan kemampuannya dalam membuat penyelesaian akhir. Beberapa klub Eropa tertarik untuk mendatangkannya, salah satunya adalah Barcelona.
Mendengar kabar tersebut, Madrid tak ingin mengulangi kesalahan yang sama pada tahun 2013 silam ketika gagal dalam perekrutan bintang muda Brasil saat itu, Neymar Junior dari Santos—yang saat itu jatuh ke pelukan sang rival, Barcelona.
Pada akhirnya, Real Madrid menjadi pemenang untuk perebutan bintang muda Brazil yang satu ini, Vinicius Junior, dengan mahar sebesar 45 juta Euro. Walaupun begitu, Vinicius perlu menunggu satu tahun ketika usianya menginjak 18 tahun untuk resmi menjadi pemain Real Madrid.
ADVERTISEMENT

Masa sulit Vinicius di Madrid

Foto: Instagram (@vinijr)
Vinicius datang ke Real Madrid dengan membawa ekspektasi yang cukup besar. Dengan segala gembar-gembor media yang menyebutnya sebagai pesepakbola muda nan potensial ketika dirinya masih bermain di Brazil.
Kehidupan Vinicius terasa lebih pengap ketika setelah dirinya pindah ke Madrid lantaran dipenuhi oleh ekspektasi massa terhadap dirinya yang terlalu besar. Segala yang ia lakukan di atas lapangan seolah dituntut harus memenuhi harapan banyak orang.
Awal kedatangannya ke Los Blancos tiga pelatih yang diganti selama Vini memulai karier awalnya di Madrid.
Vini baru bisa mendapatkan menit bermain ketika Santiago Solari menggantikan Julen Lopetegui yang gagal memenuhi harapan publik Madrid sehingga berujung pada pemecatan dirinya. Namun, tak berselang lama, Solari pun digantikan oleh Zinedine Zidane.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Zidane tak membuat Vini menjadi Vini yang dikenal kala masih bermain untuk Flamengo di Brazil. Zidane datang membawa sebuah permintaan. Ia meminta kepada manajemen untuk mendatangkan Eden Hazard dari Chelsea.
Penandatangan tersebut membuat Vini tak nyaman. Ia kerap dipasang di posisi sayap kanan—yang merupakan bukan posisi aslinya, atau meratapi nasib dengan menonton dari bangku cadangan. Vini jelas tidak menikmati kedua hal tersebut.
Momen puncak yang membuat fans meragukan dirinya yang sudah mengemban pemain potensial di usia muda adalah, ketika Benzema yang tertangkap kamera sedang melakukan dialog dengan Ferland Mendy perihal bagaimana egoisnya Vini ketika bermain.
“Jangan berikan umpan kepada dia, Saudara,” kamera menangkap Karim Benzema yang sedang memberitahukan Ferland Mendy tentang Vinicius yang mengutip dari The Athletic. “Dia hanya melakukan apa yang dia inginkan. Jangan bermain dengannya. Dia bermain melawan kita.”
ADVERTISEMENT
Namun, sumber lain mengatakan jika hubungan keduanya selalu dekat—terutama ketika menghabiskan waktu ketika jeda internasional tiba.
Tembok yang ada di hadapan Vini terasa begitu tebal dan kokoh untuk ia runtuhkan agar memuluskan jalan karirnya di Madrid. Segala kritikan dan omongan negatif terasa keras hingga nyaris membuat kuping Vini pengang. Namun, mental Vini setebal dan sekokoh tembok yang ia hadapi. Vini tetap berlatih keras, sekeras kritikan dan omongan negatif yang membuat kupingnya pengang.
“Vinicius adalah tipikal Carioca (tipikal orang dari Rio)—ekstrovert, banyak bicara, seseorang yang suka bersenang-senang, dan main-main. Dia anak yang bahagia, dan dia juga memiliki kepribadian yang kuat: dia mengatasi kesulitan dengan mudah, menghadapi tantangan secara langsung, dan dapat hidup dengan tuntutan dan harapan yang diberikan kepadanya.” ucap mantan pelatih Brazil U-17-nya, Amadeu, mengutip dari The Athletic.
ADVERTISEMENT

Awal kebangkitan Vinicius

Foto: Instagram (@vinijr)
Periode kedua Zinedine Zidane bersama Madrid berakhir setelah gagal mendaratkan trofi La Liga dengan selisih dua poin dari Atletico Madrid, dan kegagalan mereka di Liga Champions kala ditaklukkan oleh Chelsea di Stamford Bridge.
Alhasil, Zidane terpaksa diturunkan dari jabatannya sebagai pelatih kepala Real Madrid, dan digantikan oleh Carlo Ancelotti—bukan sosok asing bagi Real Madrid sebelumnya.
Di era awal rezim Don Carlo, Madrid memainkan Karim Benzema, Eden Hazard, dan Gareth Bale bermain bersamaan sebagai trio pemain depan di dua pertandingan awal di La Liga. Sebuah awalan di rezim baru (lagi) yang tidak mengenakkan bagi Vini.
Akan tetapi, Vini berhasil membuat kejutan. Dari dua laga awal di bawah tangan dingin Don Carlo, ia turun dari bangku cadangan. Dari bangku cadangan, Vini berhasil mencetak tiga gol dari dua pertandingan awal Madrid di musim 2021/2022.
ADVERTISEMENT
Kritikan-kritikan yang mengatakan jika Vinicius perlu memperbaiki penyelesaian akhirnya—masalah utama Vinicius yang sempat hilang di musim-musim sebelumnya—perlahan-lahan mulai sirna. Selain itu, Vinicius juga terlihat sudah mampu mengatasi masalah dalam mengambil keputusan terbaik dengan cepat.
Ancelotti yang merupakan pelatihnya kerap mendampinginya untuk berlatih melepaskan tembakan lebih awal, meminta kepada Vini untuk tidak melakukan banyak sentuhan di kotak penalti lawan, dan menginstruksikan untuk pintar-pintar dalam mencari posisi (positioning).
Pendekatan yang dilakukan Ancelotti kepada para pemainnya di Madrid juga sangat menguntungkan bagi Vini. Ancelotti memberikan kebebasan kepada para pemainnya ketika berada di atas lapangan, sehingga pendekatan tersebut mampu membuat para pemain El Real mengeluarkan segala potensi/talentanya ke dalam permainan—hal itu berlaku bagi Vinicius.
ADVERTISEMENT
Catatan statistik gemilang juga berhasil dibukukan oleh Vini di LaLiga musim 2021/2022. Berdasarkan Whoscored, Vini berhasil mengumpulkan 17 gol dan 10 assist dari 30 pertandingannya, mencatat shots per game sebanyak 2.3, mencatat 2.4 umpan kunci per pertandingan, melakukan dribble sebanyak 2.5 per 90 menit.
Tak hanya gemilang di liga domestik, Vini juga berhasil menjaga konsistensinya di Liga Champions. Di sana ia berhasil merangkum 4 gol, 6 assist, 10.24km daya jelajah per pertandingan, dan mencatat kecepatan tertinggi dengan angka 35.4km per jam, dalam 13 pertandingannya di UCL 2021/2022.
Hal itu berbanding terbalik dengan satu musim kebelakang—sebelum rezim Ancelotti, tepatnya musim 2020/2021. Dengan Vini hanya mencatatkan 6 gol dan 4 assist dari 30 pertandingannya di semua kompetisi.
ADVERTISEMENT
Musim 2021/2022 merupakan musim panen bagi Vinicius atas apa yang ia telah tanam sejak pertama kali datang ke tanah Madrid. Segala kerja keras yang ia telah tanam, berbuah trofi La Liga, trofi Liga Champions, trofi Piala Super Spanyol, dan trofi UEFA Supercup.
Pemain yang masih berusia 22 tahun itu kini sudah menorehkan 175 pertandingan untuk Real Madrid, dan mencatat 40 gol untuknya.
Walaupun gagal mendapatkan Kylian Mbappe, perkembangan pemain seperti Vinicius, Valverde, Rodrygo, Camavinga, dan Tchouaméni membuat Madrid optimis menatap masa depan dengan prospek yang cerah.
Jadi, apakah menurut Anda Vinicius Junior layak diberikan label sebagai the most improved player of the year?