Wisatawan Lepas Tukik di Pulau Karas Kecil

Konten Media Partner
25 Oktober 2021 11:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan unik yang menyedot atensi wisatawan lokal dan ekspatriat itu, mengajak mereka blusukan pulau dengan atraksi utama melepas anak penyu (tukik) ke laut.
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan unik yang menyedot atensi wisatawan lokal dan ekspatriat itu, mengajak mereka blusukan pulau dengan atraksi utama melepas anak penyu (tukik) ke laut.
ADVERTISEMENT
Batam, Batamnews - Batam Tourism and Promotion Boad (BTPB), BTPB berhasil menaja mangrove and rice planting Sabtu (23/10/2021).
ADVERTISEMENT
Upaya untuk kembali menggairahkan pariwisata di tengah himpitan pandemi Covid-19, terus dilakukan.
Kegiatan unik yang menyedot atensi wisatawan lokal dan ekspatriat itu, mengajak mereka blusukan pulau dengan atraksi utama melepas anak penyu (tukik) ke laut.
Aksi yang diberi tajuk `Baby Sea Turtle Release (BSTR)` ini dihelat di Pulau Karas Kecil, satu-satunya zona konservasi penyu laut di Batam. Total, 52 ekspatriat, terutama anak-anak ikut ambil bagian dalam iven reguler BTPB berlabel Nomadic Community Fiesta (NCF) 2021 itu, termasuk mereka para wisatawan lokal asal Batam.
Wajah-wajah sumringah terpancar jelas ketika mereka, terutama anak-anak diberi laluan memegang tukik lalu melepaskannya berenang menuju ke tengah laut.
ADVERTISEMENT
"Wah, asyik. Saya tadi lepaskan dua anak penyu. Mendebarkan," seru Sierra, peserta BSTR yang datang ke Karas Kecil ditemani kakak dan kedua orangtuanya.
Bocah berambut pirang anak pasangan Amerika-Jawa ini tak mampu menyembunyikan kebanggaannya usai "berhasil" merilis tukik ke habitatnya. "Saya juga. Tadi lepaskan satu. Lincah sekali. Keren," timpal sang kakak, Shawn.
Sebelum melepasliarkan tukik, rombongan yang dipimpin Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) Kota Batam, Ardi Winata dan Chairman BTPB Rahman Usman, disambut warga tempatan dengan sajian silat dan kompang. Dua dari mereka bahkan sempat disemati tanjak oleh tetua kampung H. Jemain dan H Daud.
Selepasnya, oleh Busri, pengelola Pusat Konservasi Penyu Karas Kecil, mereka diajak menyusuri jalan setapak menuju ke mercusuar peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1886. Bercokol di atas perbukitan landai, mercusuar uzur itu sejak lama telah jadi a must visit list bagi mereka yang menyinggahi Karas Kecil.
ADVERTISEMENT
Puncaknya, mereka diarak Busri melongok dari dekat penangkaran penyu dan tak lama kemudian didaulat melakoni ritual melepas tukik bersama-sama. Ardi Winata mengakui Karas Kecil layak disemati jadi ikon wisata pulau di Batam.
"Ini destinasi alternatif yang amat berpotensi naik level jadi yang terdepan. Semua unsur uniknya terpenuhi. terutama konservasi penyunya. Tinggal sentuh sana sentuh sini aja ini. Terkhusus di amenitas pendukungnya," ujarnya.
Direktur Eksekutif BTPB, Edi Sutrisno mengaku senang dengan respon para peserta. "Momen-momen seperti ini tidak setiap waktu bisa dihadirkan. Harus lihat musim kapan penyu bertelur. Beruntung mereka. Kalau gak, harus ke luar Batam untuk bisa melakoninya," sebut Edi.
Karas Kecil, sebagaimana lazimnya destinasi lain yang terjejas karena pandemi, lanjutnya, dalam kurun satu tahun lebih zonder kunjungan. Karenanya dia berharap kegiatan NCF yang menghadirkan puluhan tetamu gabungan ekpatriat dan lokal, mampu suntikkan spirit baru agar pengelola makin terlecut menjerat kunjungan.
ADVERTISEMENT
"Kami sengaja bawa bule-bule bersama keluarga mereka dan wisatawan lokal ini biar memberi dua efek langsung: jadi penyemat sekaligus percikkan manfaat secara ekonomi. Tadi, sebagian dari mereka juga memberikan bantuan sembako ke warga pulau," pungkasnya,
(ruz)
Baca berita lainnya di www.batamnews.co.id
Berita ini pertama kali terbit di