Meikarta: Jangan Terlena Iklan, Sesuaikan dengan Kebutuhan Masing-masing

Konten dari Pengguna
20 Oktober 2017 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari bayu fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meikarta: Jangan Terlena Iklan, Sesuaikan dengan Kebutuhan Masing-masing
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika ungkapan ‘besar-besaran’ tidak cukup untuk menggambarkan gempuran iklan Meikarta belakangan ini, mungkin kata yang lebih tepat adalah ‘tidak bisa dihindari’.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri rasanya selalu kenyang dengan paparan iklan Meikarta setiap harinya. Mau baca koran, ada iklan Meikarta full color hingga berlembar-lembar. Mau dengar radio saat perjalanan ke kantor, iklan Meikarta juga tak jarang kita dengarkan. Bahkan sempat dalam satu waktu saya melihat dan membaca billboard Meikarta di saat yang sama ketika saya mendengar iklan Meikarta di radio.
Proyek raksasa dari pengembang raksasa, Lippo Grup ini memang begitu gencar melakukaan promosi. Hampir semua ruang iklan ‘dihajar’. Mulai dari koran, TV, hingga radio. Belum lagi di media sosial dan portal berita digital, bahkan hingga billboard di berbagai sudut jalan di Jakarta ramai sekali dihiasi iklan Meikarta.
Pengalaman saya yang kekenyangan akan Meikarta ini menggerakkan saya untuk mencari tahu. Sekedar browsing di internet saja, seperti apa sebenarnya Meikarta.
ADVERTISEMENT
Dari salah satu sumber di internet, Lippo Grup diperkirakan sudah menghabiskan dana yang luar biasa besar untuk iklan Meikarta. Asumsinya jika saat ini pemasangan iklan di surat kabar nasional berkisar Rp90 juta hingga Rp140 juta per halaman per hari, maka dana yang dikeluarkan Meikarta untuk beriklan di jenis media ini mencapai Rp450 hingga Rp700 juta per hari atau Rp 13,5 milar hingga Rp21 miliar per bulan.
Jika Lippo mulai gencar beriklan mulai awal Juli, perkiraan dana iklan Meikarta di surat kabar nasional saat ini (sekitar 2,5 bulan) telah mencapai Rp33,75 miliar sampai Rp52,5 miliar. Tentunya ini baru estimasi kasar.
Itu pun baru satu jenis media. Berdasarkan data dari Adstensity, bujet yang dikeluarkan Lippo untuk mendongkrak nama Meikarta lewat iklan di stasiun televisi jauh lebih tinggi lagi. Dalam jangka waktu seminggu saja, yakni 4—10 September, Meikarta telah menghabiskan dana Rp44,03 miliar.
ADVERTISEMENT
Dana iklan tersebut disebar ke-10 stasiun televisi nasional, yakni ANTV, Global TV, Indosiar, Kompas TV, MNC TV, Metro TV, RCTI, SCTV, TV One, dan Trans TV. Stasiun SCTV menjadi stasiun televisi yang paling banyak mendapatkan pundi dari Meikarta setidaknya dalam seminggu terakhir.
Untuk penayangan 37 kali iklan properti tersebut dengan durasi 60 detik per tiap tayangan, Meikarta mengeluarkan dana Rp6,48 miliar untuk stasiun televisi yang satu ini.
Strategi pemasaran tersebut menurut saya cukup sukses. Sebab ada banyak juga masyarakat yang tertarik hingga sudah melakukan booking unit. Per tanggal 31 Agustus 2017 saja, Meikarta telah membukukan 117.797 pesanan unit apartemen. Kalaupun para pemesan tersebut hanya membayar booking fee sebesar Rp2 juta guna mengamankan unit apartemen yang mereka kehendaki, rupiah yang telah diperoleh Meikarta telah sebesar Rp235,59 miliar.
ADVERTISEMENT
Jumlah peminat yang sudah bayar booking fee saja sudah sebanyak itu. Perlu diingat, proyek ini belum ada wujudnya, lho. Dalam paham saya, dari konsepnya saja sudah banyak yang berminat. Hal ini tentu juga disebabkan oleh kebutuhan sebagian besar masyarakat Jakarta dan sekitarnya akan hunian yang baik dan cukup terjangkau (Meikarta menyediakan unit apartemen mulai dari harga Rp127 jutaan).
Meskipun masih tersandung masalah perizinan, saya yakin hal ini akan secara bertahap diselesaikan oleh Lippo Grup. Bagi saya, tanggung jawab realisasi pembangunan Meikarta semakin besar seiring semakin banyaknya peminat. Apalagi hadirnya Meikarta ini diklaim dapat memuaskan hasrat bagi masyarakat yang ingin belum memiliki hunian tetap.
Jadi, sebaiknya kita sama-sama mengawasi dan mengawal pembangunan Meikarta agar sesuai seperti yang dijanjikan di awal. Sebab yang yang saya yakini, konsumen yang sudah melakukan booking dengan membayar booking fee sebesar Rp2 juta, adalah konsumen yang tertarik dengan konsep yang ditawarkan (karena wujud apartemennya memang belum ada). Jika realisasi pembangunan tidak sesuai, tidak menutup kemungkinan konsumen batal membeli unit.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, semua keputusan ada di tangan konsumen. Kalau cocok dengan selera, ya silahkan lanjutkan ke pembelian unit. Kalau tidak, booking fee bisa diambil kembali.