Meningkatkan Produksi Daging Sapi dengan Solusi Teknologi Digital

Bayu Sapta
Penulis 20 buku. Editor. Founder of Aktifisika dan VuturistiX
Konten dari Pengguna
15 November 2023 10:53 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Sapta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Vinicius Pontes via Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Vinicius Pontes via Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris. Negara agraris biasanya disematkan kepada negara yang mampu menghasilkan hasil pertanian dalam jumlah besar. Namun, faktanya justru Indonesia masih melakukan impor untuk beberapa bahan komoditas pertanian pokok seperti beras dan daging sapi.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk daging sapi, data menunjukkan jumlah konsumsi daging sapi Indonesia pada 2022 sebanyak 700 ribu ton. Jumlah ini hanya mampu disediakan oleh produksi dalam negeri sebanyak 400 ribu ton. Jadi, produksi dalam negeri hanya mampu memasok lebih dari 50% atau separuh saja dari permintaan daging sapi nasional. Sisanya tentu saja disediakan dengan impor dari negara lain, seperti Australia dan India.
Jumlah konsumsi sebanyak 700 ribu ton itu pun jika dirata-rata per kapita atau per penduduk sebesar 2,6 kg per tahun masih jauh di bawah rata-rata konsumsi daging sapi dunia, yaitu sebesar 6,4 kg per kapita per tahun.
Konsumsi daging sapi yang rendah ini salah satunya disebabkan oleh tingginya harga daging sapi. Hal ini membuat daging sapi hanya mampu dikonsumsi oleh sebagian penduduk dengan pendapatan yang memadai. Hal ini dapat dilihat pula dari rata-rata konsumsi daging sapi tertinggi di Indonesia ada di Jakarta dengan jumlah 6,1 kg per kapita per tahun.
ADVERTISEMENT
Tingginya harga daging sapi salah satunya disebabkan oleh rendahnya produksi daging sapi nasional. Selain itu, daging impor dan tidak seimbangnya permintaan dan persediaan nasional menjadi salah satu sebab seringnya terjadi kenaikan harga daging sapi. Hal ini sering terjadi saat hari besar nasional seperti hari raya Idul Fitri atau Lebaran dan Natal. Saat hari raya ini biasanya permintaan atas daging sapi meningkat yang menyebabkan kenaikan harga.
Kenyataan tersebut menyadarkan kita pada perlunya peningkatan produksi daging sapi dalam negeri. Hal ini untuk meningkatkan persediaan daging sapi dalam negeri sekaligus meningkatkan konsumsi daging sapi.
Kesenjangan antara permintaan dan persediaan daging sapi dalam negeri ini menjadi salah satu perhatian dari SASPRI-IPB. SASPRI-IPB merupakan sebuah lembaga wirausaha sosial yang terhubung dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). SASPRI sendiri merupakan singkatan dari Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia yang beranggotakan para alumni dari Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT

Kemitraan SASPRI-IPB dan Dimitra Technology dalam Peningkatan Produksi Ternak

Dalam usahanya untuk ikut berperan dalam peningkatan produksi ternak terutama sapi, SASPRI bekerja sama dengan Dimitra Technology. Kerja sama ini mencakup dukungan dan pemberdayaan para peternak alumni dari SPR agar mampu meningkatkan produktivitas ternaknya.
Dimitra Technology akan menyediakan dan mengimplementasikan aplikasi peternakan Connected Farmer yang akan digunakan oleh para peternak alumni SPR. Dalam hal ini, SASPRI-IPB akan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para peserta SPR yang salah satunya melalui penggunaan aplikasi Connected Farmer untuk membantu mengelola peternakan. Pendidikan di SPR berlangsung selama 9 bulan.
Para alumni SPR inilah dengan bantuan aplikasi Connected Farmer Dimitra, akan mengimplementasikan hasil pendidikannya untuk meningkatkan produksi peternakan yang dijalankan atau dikelolanya.
ADVERTISEMENT
Platform Connected Farmer Dimitra sendiri dibangun di atas teknologi blockchain dan menggabungkan teknologi seluler, machine learning, perangkat IoT (Internet of Things), citra satelit dan drone, genomik, serta penelitian pertanian tingkat lanjut. Platform ini akan membantu petani atau peternak menerapkan praktik pertanian atau peternakannya secara berkelanjutan yang keseluruhan prosesnya dapat ditelusuri.
Dimitra Incorporated merupakan sebuah perusahaan Agtech (agriculture technology) global yang memiliki misi untuk menyediakan teknologi bagi para petani dan peternak di seluruh dunia. Kolaborasi antara SASPRI dan Dimitra bertujuan untuk membangun kemampuan peternak sapi di Indonesia serta meningkatkan efisiensi dan produksi ternak berbasis data. Melalui program ini, SASPRI juga akan memastikan para pemilik usaha ternak sapi meningkatkan kualitas sapi indukan mereka dengan sertifikasi.
ADVERTISEMENT
Dalam kemitraan yang dilakukan SASPRI dan Dimitra, ada dua hal yang menjadi perhatian. Pertama, mengeksplorasi pola kolaborasi dalam program pembiakan sapi berbasis data. Kedua, secara berkesinambungan menginisiasi, mendampingi, memonitor, dan mengevaluasi kinerja program ini.
SASPRI juga berupaya merekrut peternak kecil dan meningkatkan kemampuan mereka melalui pendidikan di SPR dan sertifikasi. Setelah itu, mereka berencana untuk mengkonsolidasikan para peternak ini ke dalam sebuah koperasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan peternak. Bahkan, mereka mengajak perguruan tinggi dan pemerintah setempat untuk memanfaatkan peran mereka dalam memobilisasi peternak.
“SASPRI percaya bahwa dengan menggunakan aplikasi dari Dimitra, petani kecil dapat meningkatkan transparansi dan kualitas produk mereka. Dengan ketertelusuran, konsumen dapat melacak asal-usul produk. Konsumen juga dapat memahami metode budidaya yang digunakan dan menghargai kerja keras peternak. Hal ini juga membantu melindungi petani dari tuduhan yang tidak berdasar terhadap produk mereka,” ujar Pendiri dan Ketua Umum SASPRI, Profesor Muladno.
Profesor Muladno, Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan serta pendiri dan ketua SASPRI (Dokumentasi Dimitra)
“Kolaborasi antara pemerintah, universitas, dunia usaha, dan teknologi seperti Dimitra sangat penting. Hal ini mendukung pertumbuhan dan transformasi digital di sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Dengan menggunakan teknologi yang tepat, petani kecil dapat memperoleh pengakuan yang layak mereka dapatkan dan melanjutkan peran mereka dalam menyediakan produk berkualitas tinggi yang dihargai konsumen.”
ADVERTISEMENT
“Dengan memanfaatkan teknologi Dimitra, upaya SASPRI untuk membangun usaha kolektif yang bertujuan untuk mendorong kemandirian petani, peternak, dan pengelola kawasan dapat diwujudkan dengan lebih cepat dan masif. SASPRI percaya gerakan ini dapat memperkuat sektor peternakan secara keseluruhan melalui kerja sama yang erat dan penggunaan teknologi yang tepat. Meskipun dimulai dari skala kecil, usaha kolektif ini berpotensi untuk berkembang dan mencapai skala nasional.”
Usaha melalui kerja sama SASPRI dan Dimitra ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ternak sekaligus mengurangi kesenjangan antara permintaan dan persediaan daging sapi dalam negeri. Peningkatan produktivitas ternak juga secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi.

Peran Pemanfaatan Teknologi Ketertelusuran Berbasis Blockchain

Aplikasi Connected Farmer dari Dimitra dibangun di atas teknologi blockchain. Teknologi ini memungkinkan aspek ketertelusuran dari produk ternak yang dihasilkan. Dengan menggunakan teknologi penelusuran blockchain, tiap tahap dalam rantai pasokan sapi potong dapat dicatat secara akurat dan transparan. Data yang dihasilkan melalui platform ini dapat memberikan informasi ternak berikut secara terperinci.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, dengan adanya informasi ini, konsumen memiliki visibilitas yang lebih besar tentang produk yang mereka beli, termasuk hal-hal berikut.
Selain itu, teknologi penelusuran blockchain juga memungkinkan pelacakan yang lebih cepat dan lebih efisien untuk masalah atau kejadian yang tidak terduga. Kejadian seperti wabah penyakit atau kasus keamanan pangan. Selain itu, data yang direkam secara real-time melalui platform ini memungkinkan respons yang cepat dan tepat. Hal ini dapat meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi pada rantai pasokan sapi potong.
Peran pemanfaatan teknologi penelusuran berbasis blockchain akan difokuskan pada hal-hal berikut.
ADVERTISEMENT
Menerapkan peternakan sapi berbasis data yang berkelanjutan tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan peternak, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan.