Terorisme atau Pengangguran, Mana yang lebih Mengkhawatirkan?

Bayu Sapta
Penulis 20 buku. Editor. Founder of Aktifisika dan VuturistiX
Konten dari Pengguna
3 Agustus 2017 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Sapta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Terorisme atau Pengangguran, Mana yang lebih Mengkhawatirkan?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Media, baik cetak, online, maupun TV, kerap kali dihiasi dengan berita tentang penangkapan dan aktivitas terkait terorisme.
ADVERTISEMENT
Di dalam negeri, isu terorisme selalu disangkutpautkan dengan politik. Aktivitas terkait terorisme sering diasumsikan sebagai pengalihan isu atas peristiwa politik lain atau terkait dengan keluarnya kebijakan pemerintah yang tidak populer.
Berbagai peristiwa penangkapan terduga teroris yang kerap menghiasi headline di media-media serta eksisnya lembaga negara khusus terkait terorisme semisal densus 88 dan BNPT (Badan nasional penanggulangan terorisme) memunculkan asumsi/anggapan bahwa pemerintah memiliki kekhawatiran dan ketakutan (yang menurut sebagian kalangan terlalu berlebihan atau lebay) terhadap terorisme.
Pantas dan perlukah pemerintah ataupun kita, dan juga masyarakat secara umum, memiliki kekhawatiran terhadap terorisme dibandingkan sektor lain?
Terkait pertanyaan ini, ada baiknya kita meninjau dan memperhatikan hasil survei tentang apa yang menjadi kekhawatiran penduduk dunia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei global yang dilakukan lembaga Ipsos pada November 2016 yang dimuat di situs databoks katadata, pengangguran serta kemiskinan dan kesenjangan sosial menempati dua posisi teratas dari kekhawatiran yang akan menimpa mereka dengan persentase 38% dan 34%. Hasil surveinya bisa dilihat pada grafik di bawah ini.
Terorisme atau Pengangguran, Mana yang lebih Mengkhawatirkan? (1)
zoom-in-whitePerbesar
Berdasarkan survei tersebut, terorisme hanya berada di posisi ke-6 dengan persentase 19%.
Dari hasil survei ini bisa dikatakan bahwa penduduk dunia lebih mengkhawatirkan pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial ketimbang terorisme.
Hal ini boleh dibilang wajar karena ketiga hal tersebut memang merupakan sumber dari berbagai masalah sosial lain seperti kriminalitas dan keamanan. Bahkan menteri sosial mengatakan bahwa terorisme sendiri berakar dan bersumber dari kemiskinan dan kesenjangan sosial.
ADVERTISEMENT
Teks agama Islam pun menempatkan kemiskinan sebagai masalah penting yang dapat mengeluarkan dari keimanan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا وَ كَادَ الْحَسَدُ أَنْ يَسْبِقَ الْقَدَرَ
“Hampir-hampir saja kefakiran akan menjadi kekufuran dan hampir saja hasad mendahului takdir.” (Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dan lainnya)
Jadi, tidak salah jika kita mesti lebih memperhatikan masalah pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial ini.
Peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat diharapkan dalam pemecahan masalah pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial ini. Peran lembaga kemasyarakatan non-pemerintah juga diharapkan untuk mengurangi beban pemerintah.
Jika pemerintah sampai membentuk lembaga khusus untuk menanggulangi terorisme, tentu usaha yang sama dan bahkan seharusnya lebih besar perlu juga dilakukan dalam penanggulangan masalah pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.
ADVERTISEMENT
Jika pemerintah bersedia mengucurkan dana berlimpah untuk menanggulangi terorisme (dalam bentuk persenjataan, pelatihan, operational, dll), tentu dana yang sama dan bahkan seharusnya lebih besar perlu juga dilakukan dalam penanggulangan masalah pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial.
Hal ini demi mewujudkan sila kelima pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Catatan: hasil survei memang bukan sebuah kebenaran mutlak tetapi bisa jadi ukuran untuk menilai dalam pengambilan keputusan. Misalnya, hasil pemilu/pilkada tidak menjadikan pemenang pemilu/pilkada sebagai pihak yang paling baik tetapi menggambarkan pemenang pemilu/pilkada sebagai pihak yang paling diinginkan oleh pemilih.