Musim Pancaroba: Mitigasi Bencana Puting Beliung

Bayu Susena
Karyawan administrasi di Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Belajar menulis dibeberapa media. Latar belakang pendidikan bidang hukum.
Konten dari Pengguna
21 Juni 2021 11:05 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Susena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: www.pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: www.pixabay.com
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai bencana alam puting beliung sering terdengar di berbagai wilayah di Indonesia. Berbagai kerugian akibat bencana itu diantarannya adalah jatuhnya korban, kerusakan rumah dan bangunan-bangunan strategis seperti kantor pemerintahan, rumah ibadah, sekolah, pertokoan dan tiang listrik, kerusakan kendaraan serta bangunan lain seperti kandang ternak. Selain itu kerugian lain yang tak dapat dinilai harganya ialah roboh dan tercabut pohon-pohon dari akarnya.
ADVERTISEMENT
Semua kerugian yang diakibatkan bencana tentunya bukan hal yang diinginkan banyak orang. Maka dari itu untuk mereduksi besarnya risiko kerugian yang dialami, diperlukanlah suatu langkah yang strategis dan taktis yang dilakukan baik sebelum bencana, saat bencana serta setelah bencana untuk mengupayakan sekecil mungkin kerugian yang didapat akibat bencana.
Pengertian di atas sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraaan Penanggulangan Bencana. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana melalui pembangunan fisik mauupn penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Puting beliung merupakan bencana berupa angin kencang yang berputar di permukaan bumi selama 3–5 menit. Angin ini datang secara tiba-tiba serta berkekuatan hingga 30–40 knot. Angin ini berasal dari awan yang bergumpal, berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Dalam ilmu meteorologi awan ini biasa disebut Cumulonimbus (Cb). Awan ini berpotensi besar menyebabkan hujan di suatu wilayah. Namun, walaupun demikian awan ini belum tentu menyebabkan angin kencang ataupun puting beliung.
ADVERTISEMENT
Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat maupun di laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini umumnya terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang terkena dampaknya sekitar 5–10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
Di samping puting beliung, istilah lain dari angin yang berputar yang sering kita dengan yakni siklon dan tornado. Persamaan antara ketiga fenomena alam itu yakni sama-sama merupakan pusaran atmosfer. Namun, ukuran diameter tornado dan puting beliung berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter siklon dapat mencapai ratusan kilometer. Tornado dan puting beliung terjadi di atas daratan, sedangkan siklon tropis di atas lautan luas.
ADVERTISEMENT
Siklon tropis yang memasuki daratan akan melemah dan kemudian mati. Pada dasarnya puting beliung juga merupakan tornado. Puting beliung adalah sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di daratan Indonesia. Sementara itu, tornado yang terjadi di perairan disebut water spout.
Di antara bencana-bencana alam lain, puting beliung merupakan bencana yang paling sering intensitasnya terjadi di Indonesia. Karena sifatnya yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat singkat, maka yang dapat dilakukan dalam upaya pengurangan risiko di antaranya adalah
1) Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun dan rapuh untuk mengurangi beban.
2) Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak permanen, usahakan untuk menghindari melewatinya di kala hujan dan cuaca berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
ADVERTISEMENT
3) Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba gelap. Menghindari daerah di bawah awan gelap.
4) Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut sangat cepat.
5) Mengganti pohon di pinggir jalan yang berakar tunggang dengan pohon yang berakar serabut.
Sampai saat ini belum ditemukan metode untuk memprediksi kejadian puting beliung, hal ini dikarenakan waktu kejadian yang singkat yaitu sekitar tiga menit dan datangnya yang sangat tiba-tiba. Puting beliung umumnya terjadi pada musim pancaroba dan musim hujan, dengan waktu kejadian antara siang dan menjelang malam hari. Kondisi tersebut dikarenakan sinar matahari sebagai bahan bakar utamanya, secara maksimal diperoleh pada periode (frekuensi kejadian yang berkaitan dengan musim dan variasi harian penyinaran sinar matahari) tersebut.
ADVERTISEMENT
Puting beliung memiliki sifat-sifat antara lain sangat lokal, luasnya berkisar 5-10 km, waktu terjadi singkat dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Puting beliung juga bergerak secara garis lurus serta tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5-1 jam sebelum kejadian, jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen.
Beberapa indikasi akan terjadinya angin puting beliung. Pertama, satu hari sebelum kejadian udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Kedua, mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Ketiga, tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam. Ke empat, bergoyangnya dahan dan ranting pepohonan disekitar tempat kita berdiri. Selanjutnya terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat orang berdiri.
ADVERTISEMENT
Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujan yang terjadi gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat di mana orang berada. Namun jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim pehujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
Pemasangan poster-poster yang informatif, sederhana dan dan menarik cocok dilakukan di media sosial. Selain media sosial, media cetak dan media elektronik seperti televisi dan radio juga penting dikarenakan tak semua wilayah Indonesia mendapat sinyal internet.
Selain upaya-upaya non struktural di atas, perlu juga dilakukan upaya struktural salah satunya penataan kota yang memiliki jarak antar rumah yang ideal serta ruang terbuka serta jalur evakuasi di wilayah pemukiman. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang terintegrasi antar seluruh stakholder di suatu wilayah. Keluaran dari upaya ini adalah peta tata guna lahan dan peta bencana yang terdiri dari peta jalur evakuasi, peta rawan bencana dan peta distribusi penduduk di suatu wilayah. Setelah dikeluarkannya peta-peta tersebut, barulah tugas pemerintah mengeluarkan regulasi berkaitan penaggulangan bencana.
ADVERTISEMENT
Bencana Alam puting beliung merupakan bencana yang wilayah cakupannya bersifat lokal. Di Indonesia, wilayah cakupan angin puting beliung tak lebih dari cakupan kabupaten. Ancaman bencana puting beliung, wilayah berpotensi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun walaupun demikian tingkat ancaman yang tinggi dan sedang paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Upaya mitigasi bencana ini masih sangat minim implementasi. Salah satu sarana strategis yakni dunia maya sudah saat lebih dikembangkan untuk mensukseskan upaya mitigasi bencana, baik puting beliung, banjir, tanah longsor dan gunung api. Selain itu, pemantauan risiko bencana puting beliung ini masih sangat minim.