Apakah Pandemi Mengubah Cara Banyak Orang Temukan Pasangan di Aplikasi Kencan?

Konten Media Partner
7 Mei 2022 13:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apakah Pandemi Mengubah Cara Banyak Orang Temukan Pasangan di Aplikasi Kencan?
zoom-in-whitePerbesar
Sebelum pandemi Covid-19, Louise gemar berkencan. Perempuan berumur 33 tahun ini biasanya bertemu seseorang dari aplikasi kencan setiap seminggu sekali. Kencan pertama yang biasanya dia lakukan adalah minum bersama sepulang kerja.
Namun ketika Covid-19 melanda, periode potongan harga minuman yang biasa diberikan banyak kafe di kota asalnya, London, digantikan oleh acara minuman virtual dan kuis via Zoom. Kehidupan kencan Louise berubah.
Louise terpaksa menjajaki calon pasangannya melalui telepon dan video. Meski begitu, dia terkejut karena dia ternyata menikmati proses perkenalan yang kilat.
"Dulu mengenal seseorang dalam jangka waktu yang lama merupakan hal positif," kata Louise.
"Saya lebih menyenangi ritme yang lebih lambat. Berkenalan tanpa minuman beralkohol adalah faktor besar karena Anda memiliki penilaian dan pendapat yang lebih jelas tentang seseorang.
"Karantina wilayah membuat saya benar-benar mundur selangkah dan melihat cara saya berkencan," ucapnya.

Baca juga:

Ketika pembatasan sosial dicabut, Louise memilih untuk tidak kembali ke kebiasaan berkencan lamanya. Sebaliknya, dia ingin memaksimalkan manfaat kencan jarak jauh dan menggunakannya untuk mencari cinta.
Pada masa karantina wilayah, Louise sangat menikmati berjalan keliling kota ketika pertemuan tatap muka di luar ruangan masih diizinkan walau bar dan restoran tutup.
Kini Louise meneruskan kebiasaan berkencan di luar ruangan daripada makan malam dan minum alkohol bersama.
Kencan pertama Louise kini lebih sering berupa jalan-jalan dengan anjing atau aktivitas yang biasanya dia lakukan dengan seorang teman, seperti menyaksikan pertunjukan. Dia juga cenderung mengirim pesan suara atau menelepon calon pasangannya sebelum bertemu di kehidupan nyata.
"Sebelum pandemi, saya berpikir 'mungkin juga melihat seperti apa mereka'," kata Louise.
"Namun berkencan dengan cara ini tidak memungkinkan kedekatan yang ideal. Sekarang setelah saya kembali ke kantor, pergi ke klub olahraga, dan bertemu teman-teman, saya tidak ingin membuang waktu untuk kencan yang sia-sia dan tanpa tujuan.
"Saya ingin calon pasangan saya menyenangkan. Saya ingin bertemu dengan seseorang yang benar-benar ingin saya kenal lebih baik.
"Jadi, saya memastikan bahwa saya akan meluangkan waktu untuk mengenal seseorang terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa kami memiliki tujuan yang sama," ujar Louise.
Setelah pandemi Covid-19, perjumpaan virtual semakin awam dilakukan para lajang yang mencari pasangan di aplikasi kencan.
Mengubah karier atau pindah kota, pandemi mendorong banyak orang untuk mengevaluasi kembali kehidupan mereka. Kehidupan percintaan tidak dikecualikan dari perhitungan ini.
Louise adalah satu dari banyak orang lajang yang sejak pandemi memikirkan kembali pendekatan mereka untuk berkencan. Sejumlah ahli percaya banyak orang sekarang kurang bersedia berkomitmen pada kencan pertama yang memakan waktu dan berisiko tinggi.
Sebaliknya, orang-orang lajang ini menjajaki kencan yang potensial dengan pesan suara, telepon video, dan pertemuan santai yang lebih mudah masuk ke kehidupan sehari-hari mereka.
Masa penjajakan dengan taruhan rendah seperti ini mengubah cara kita dalam mencari cinta. Namun apakah itu mengarah pada hubungan yang nantinya akan lebih kuat dan lebih langgeng?

Kencan virtual 'meledak'

Bagi banyak orang, penjajakan dengan risiko rendah dimulai jauh sebelum bertemu pasangan baru di kehidupan nyata.
Sebelum pandemi, misalnya, John Junior, yang tinggal di Cheshire, Inggris, terkadang berkencan beberapa kali dalam satu hari.
Namun laki-laki berusia 33 tahun ini menjadi cemas tertular virus corona. Dia juga lebih waspada terhadap orang baru setelah beberapa kali ditipu selama pandemi.
John sekarang menghubungi calon pasangannya melalui FaceTimes sebelum akhirnya setuju untuk bertemu.
"Cara ini lebih mudah dan nyaman. Saya dapat melihat apakah kami cocok dan apakah mereka benar-benar tertarik. Ini sangat positif dan rasanya lebih aman," tuturnya.
Kencan pertama melalui sambungan telepon video mungkin merupakan salah satu tren kencan terbesar pascapandemi. Fenomena ini merujuk banyaknya orang yang pernah dan tetap melakukan cara tersebut sebelum dan sesudah periode buruk pandemi.
Indikator utama tren ini adalah orang-orang yang mendambakan kencan pertama yang lebih sesuai dalam jadwal mereka.
Periset dari aplikasi kencan terkemuka, Engsel, mengatakan tren kencan video "meledak" dalam beberapa tahun terakhir.
"Kencan virtual adalah wujud baru dari kencan dengan minum kopi bersama. Ini cara sederhana untuk melihat apakah Anda dan pasangan Anda terhubung," kata Logan Ury, ilmuwan perilaku dan direktur ilmu hubungan di Hinge.
"Ini adalah kesempatan untuk melihat apakah Anda dapat melakukan percakapan dan bersemangat untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama secara langsung.
"Anda dapat merasakan kepribadian orang itu, dari kenyamanan rumah Anda sendiri, tanpa perjalanan jauh malam hari yang mahal," tutur Logan.
Gagasan untuk tidak ingin menghabiskan waktu, energi, dan uang untuk beberapa kencan pertama secara langsung tentu merupakan salah satu yang selaras dengan Louise. Baginya, mengubah cara berkencan merupakan bagian dari pertimbangan yang lebih luas tentang apa yang dia inginkan dalam hidupnya pascapandemi.
Memiliki lebih banyak waktu untuk dirinya sendiri selama karantina wilayah menghadirkan perspektif baru bagi Louise. Dia kini menghargai kualitas daripada kuantitas, dalam banyak aspek kehidupannya.
Kate Balestrieri, seorang psikolog berlisensi dan terapis urusan seks yang berbasis di AS, menyebut perubahan itu adalah reaksi umum terhadap karantina wilayah yang menyadarkan orang betapa cepatnya kehidupan mereka sebelum pandemi.
Balestrieri berkata, munculnya hubungan pra-kencan adalah bagian dari tren yang lebih luas menuju apa yang disebut kencan "lambat" atau "disengaja" yang telah berkembang selama beberapa tahun terakhir.
"Proses mencari yang terus-menerus di aplikasi kencan membuat orang lelah dan bosan dengan ketidakaslian," kata Balestrieri.
"Untuk mendapatkan kecocokan yang lebih dalam, banyak orang mengadopsi pendekatan kencan yang lebih lambat dan lebih disengaja. Tujuannya, mereka ingin memastikan kecocokan yang tidak membuang waktu atau menguras energi mereka," tuturnya.
Gagasan membuang-buang waktu adalah salah satu yang banyak muncul di antara para lajang yang mendambakan kencan pertama dengan risiko rendah.
Selama karantina wilayah, banyak orang memiliki ruang untuk memikirkan apa yang benar-benar penting bagi mereka dan untuk memahami dampak yang muncul jika mereka tidak mendahulukan hal tersebut.
Jika kencan bukan prioritas, tapi mereka masih tertarik untuk menemukan pasangan, kencan pertama yang berisiko rendah lebih mudah disesuaikan dengan aktivitas yang mereka utamakan.
"Orang-orang telah mengalami perubahan dalam keseimbangan kehidupan kerja dan melihat waktu sebagai komoditas yang lebih berharga," kata Balestrieri.
"Banyak orang yang sekarang lebih berhati-hati untuk mengenal seseorang sebelum mengalokasikan banyak waktu dan sumber daya keuangan untuk proses kencan yang lebih formal," tuturnya.
Makan atau minum bersama merupakan aktivitas yang biasa dilakukan banyak orang pada kencan pertama.

Cara yang lebih baik untuk menemukan cinta?

Data menunjukkan, orang-orang lajang lebih serius mencari cinta pada masa setelah pandemi ini.
Setelah satu atau dua tahun yang sepi dan perlahan kembali ke kehidupan 'normal', 58% dari kencan pertama berlanjut ke hubungan berikutnya. Adapun, 62% kencan perdana berubah lebih menjadi hubungan yang bermakna dan berkomitmen.
Hanya 11% pengguna aplikasi kencan yang mengatakan bahwa mereka ingin berkencan dengan lebih santai.
Tapi bagaimana kencan pertama yang berisiko rendah cocok mampu memenuhi keinginan semakin banyak orang untuk menemukan hubungan yang lebih serius?
Bagi Balestrieri, ini adalah tanda ketidaksukaan orang yang semakin besar untuk menghabiskan waktu dan uang untuk interaksi biasa. Sebaliknya, mereka menyimpan sumber daya ini untuk kencan yang dapat kembangkan menjadi hubungan yang lebih serius.
Hubungan pra-kencan yang berisiko rendah dapat membantu orang menyaring calon pasangan dari aplikasi yang ramai. Pada masa-masa penuh perdebatan ini, komunikasi pra-kencan memungkinkan orang melihat calon pasangan dengan prinsip dan nilai yang sama dengan mereka.
"Pandemi membuat orang-orang memiliki pemahaman baru tentang apa yang penting bagi mereka. Banyak orang tidak mau mengalokasikan waktu untuk orang yang tidak cocok dengan mereka," kata Balestrieri.
Memang tidak ada jaminan bahwa tahap pra-kencan berisiko rendah akan mengarah pada cinta yang lebih langgeng. Namun akibat tren ini, akan ada lebih sedikit kencan yang berakhir buruk dan ada lebih banyak waktu yang dapat dialokasikan untuk hal yang benar-benar penting.
Bagi Louise, pandemi memberinya kesempatan untuk merenungkan cara dia berkencan dan sosok yang dia dambakan.
Louise berharap hubungan pra-kencan yang berisiko rendah akan membantunya menemukan calon pasangan yang ideal.
"Saya ingin bertemu seseorang yang tulus. Saya pikir dengan mengubah kebiasaan, saya memberi diri saya kesempatan yang lebih baik," katanya.
Namun, karena proses kencannya kini lebih lambat, Louise mengaku siap meluangkan lebih banyak waktu.
"Saya tidak terburu-buru untuk bertemu seseorang yang saya dambakan. Hidupku sekarang sudah cukup baik," ucapnya.
---
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris diBBC Worklifedengan judul Why singles are pre-screening their dates.