Benarkah Work From Home Berdampak Negatif pada Masa Depan Anak?

Konten Media Partner
27 Maret 2022 19:21 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benarkah Work From Home Berdampak Negatif pada Masa Depan Anak?
zoom-in-whitePerbesar
Saya menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Sebagian pemicunya adalah kebiasaan saya yang tidak mampu membagi waktu. Namun kondisi itu juga dipicu karena saya bekerja dengan tim yang tersebar di berbagai negara.
Saya akui bahwa saya menjadi kurang peka. Saya khawatir putra saya memperhatikan kondisi ini. Anak saya baru berusia dua tahun, tapi dia sudah melihat saya berada di depan ponsel dan komputer jauh lebih sering dari yang saya inginkan, dan barangkali jauh lebih sering daripada yang seharusnya.
Seringkali, tepat setelah dia bangun, saya menggunakan sudah berada di depan komputer. Selama dia makan malam, terkadang saya terpaksa mengecek telepon kantor sehingga perhatian saya kepadanya teralihkan.
Anak saya sudah belajar mengatakan, "Ibu sedang kerja". Dia juga sudah bisa meminta camilan kepada ayahnya atau bermain ketika saya sedang menunduk menatap ponsel.
Ketika cara kerja seperti ini menjadi semakin umum, putra saya akan lebih sering melihat saya di depan perangkat kerja ketimbang jika saya sepenuhnya berbasis kantor.
Orang tua telah bekerja di depan anak-anak selama berabad-abad. Namun karena pandemi secara radikal mengubah cara kita bekerja, muncul cara kerja jarak jauh.
Sebagian orang tua, terutama yang pekerjaan yang berbasis pengetahuan, menyadari anak-anak mereka melihat kebiasaan kerja mereka dengan perspektif baru.
Penelitian menunjukkan, sikap dan kebiasaan orang dewasa dapat memengaruhi hubungan anak dengan cara mereka bekerja di masa depan, sekaligus bagaimana mereka akan berkembang.
Jadi apakah tren bekerja dari rumah semakin meningkat, apakah akan muncul efek yang buruk bagi anak?
Sejumlah ahli berkata, dampak buruk pada anak akan meningkat jika mereka semakin sering terpapar pekerjaan orang tua. Kerugiannya berdampak pada perkembangan anak serta bagaimana mereka memandang peran pekerjaan dalam kehidupan orang tua.
Namun ada sisi positif yang tersembunyi dalam situasi itu, termasuk hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memperkuat yang baik dari yang buruk.

'Prioritas Anda adalah pekerjaan'

Penelitian yang dilakukan dalam satu dekade terakhir menunjukkan bahwa sikap dan perilaku orang tua di sekitar pekerjaan dapat berdampak pada anak-anak mereka.
Pada tahun 2017, Ioana Lupu, profesor di ESSEC Business School, Prancis, menerbitkan temuan tentang apakah anak-anak terus meniru kebiasaan kerja orang tua mereka di masa depan.
Saat menelisik sekelompok pegawai firma hukum papan atas di London, Lupu menemukan bahwa sebagian besar mereka meniru pola orang tua mereka. Contohnya, mereka yang orang tuanya bekerja berjam-jam atau mencari nafkah cenderung meniru hal itu dalam kehidupan kerja mereka sendiri sebagai orang dewasa, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Banyak anak belum mengerti mengapa orang tua mereka membagi perhatian antara mereka dan pekerjaan.
Penelitian tambahan dari Stewart Friedman, penulis buku Total Leadership dan psikolog organisasi di Wharton School di University of Pennsylvania, AS, menunjukkan anak-anak sering menderita secara emosional ketika ayah mereka secara psikologis sangat terjerumus dalam karier.
Selanjutnya, perhatian ayah yang terpecah karena keterlibatan dengan perangkat pekerjaan juga memiliki dampak emosional dan bahkan fisik yang merugikan.
Beragam studi ini dilakukan sebelum pandemi, ketika orang tua masih lebih sering berada di kantor.
Sekarang, ketika orang tua lebih banyak bekerja di depan anak-anak karena pengaturan kerja jarak jauh, kedua peneliti percaya bahwa efek ini meningkat.
Kondisi hari ini seperti meminta, "bawalah anak Anda ke tempat kerja." Namun situasi itu terjadi setiap hari, kata Friedman. Dia yakin, itu bermasalah.
Untuk beberapa hari, anak-anak akan berada di depan ponsel atau buku, sementara perhatian orang tua teralihkan. Ketika anak-anak melihat orang tua bekerja, mereka mungkin percaya bahwa ayah atau melakukan tugas lain dengan orang yang lebih berarti.
"Anda mengambil aset yang paling berharga dari mereka, yaitu perhatian. Anda mengalihkannya dari orang paling penting di dunia. Mereka merasakan hal itu," kata Friedman.
Friedman percaya anak mengalami konsekuensi buruk ini, terutama ketika orang tua secara psikologis keluar dari kehidupan personal walau secara fisik berada di rumah.
Lupu sependapat, terutama dengan peningkatan penggunaan perangkat kerja seperti ponsel atau komputer di luar jam kerja standar.
"Menurut definisi, perangkat ini cukup menyerap perhatian," katanya.
"Anda mungkin berkata, 'Saya hanya perlu lima menit untuk menjawab email dan saya akan bersama Anda. Namun itu jarang terjadi."
Saat pandemi dianggap segera berakhir, sejumlah survei mencatat tren bahwa sebagian orang tua menginginkan fleksibilitas bekerja dari rumah untuk terus berlanjut.
Menurutnya, anak yang mendambakan perhatian dapat memiliki reaksi emosional negatif ketika orang tua mengalihkan pandangan mereka.
"Situasinya seperti menjadi, 'Saya tidak sepenting sekarang', yang bisa sangat merugikan, jika mereka terpapar pekerjaan lebih banyak daripada sebelumnya."
Lupu berkata, seringkali anak menginternalisasi cara orang tua memprioritaskan pekerjaan.
"Anak-anak cenderung berpikir bahwa aktivitas yang paling sering kita lakukan adalah yang paling penting," katanya.
"Mereka dapat dengan mudah mengatakan, karena Anda menghabiskan begitu banyak waktu untuk pekerjaan Anda dan begitu sedikit dengan saya, itu berarti prioritas Anda adalah pekerjaan."
Semakin kaburnya batas antara pekerjaan bisa menjadi kacau, kata Sara Harkness, profesor ilmu pengembangan manusia dan ilmu keluarga di University of Connecticut, AS.
"Ini menjadi tekanan bagi orang tua dan juga untuk anak-anak," katanya.
Batas-batas yang kabur ini membuat saat-saat orang tua dapat terlibat atau tidak bisa mengasuh anak menjadi tidak jelas.
Pada era sebelum pandemi, anak memiliki ruang ketika mereka tidak mengharapkan perhatian orang tua, seperti sekolah atau kegiatan ekstra kurikuler.
Mereka juga mengerti bahwa orang tua yang berada di kantor atau sedang dalam perjalanan tidak tersedia untuk mereka.
"Sekarang ketika pekerjaan yang dilakukan di rumah, beberapa orang tua mungkin hadir secara fisik, tetapi tidak secara mental," kata Lupu.
Friedman juga mencatat efek negatif yang dianggap tidak berkaitan. Ketika orang tua memiliki interaksi negatif untuk bekerja di depan anak, putra-putri mereka mungkin merasa bahwa mereka adalah sumber kesusahan.
Friedman berkata, jika anak melihat orang tua cemas dan marah, mereka mungkin menjadi bingung dan khawatir tentang penyebabnya.
"Mereka mungkin berkata, apakah saya melakukan sesuatu yang salah? Mereka mulai merasa tidak aman."
Menurut Lupu, ada komponen gender untuk beberapa efek ini, bahw pengaruh negatif mungkin lebih akut dari aktivitas pekerjaan ibu, karena harapan yang mendarah daging bahwa umumnya perempuan melakukan lebih banyak pekerjaanrumah dan perawatan daripada ayah.
Jadi anak mengharapkan para ibu ada untuk melakukan pekerjaan rumah dan mengasuh anak. Meski beberapa ayah lebih terlibat dengan perawatan karena bekerja di rumah, umumnya lebih 'diterima' bagi pria untuk menarik garis keras di mana mereka tidak memberikan perhatian kepada anak.
Namun Friedman memperingatkan, "ayah tidak mendapatkan 'izin gratis' karena mereka masih memiliki pengaruh signifikan pada bagaimana pekerjaan memengaruhi hubungan keluarga.
Sebagian orang yang bekerja dari rumah menatap ponsel mereka setiap saat.

Preseden positif

Namun bekerja di depan anak tidak selamanya buruk. Para ahli mengatakan elemen tertentu dari pekerjaan jarak jauh serta perilaku orang tua dalam situasi pekerjaan rumahan dapat bermanfaat bagi perkembangan anak.
Misalnya, meski kondisi ini dapat merugikan ketika muncul emosi negatif, kebalikannya juga bisa terjadi, kata Friedman.
Jika mereka mengamati orang tua terlibat secara positif dengan pekerjaan, menunjukkan nilai-nilai positif atau memperlihatkan hasrat untuk berbuat baik, ini dapat menjadi preseden positif tentang bagaimana anak membentuk hubungan dengan pekerjaan di masa depan.
Anak-anak mungkin tidak segera membuat asosiasi ini, katanya, tetapi seiring waktu, pengamatan bisa menjadi signifikan.
"Ini bisa sangat berharga dan penting bagi anak-anak untuk hadir dan melihat orang tua mereka menavigasi nilai-nilai dan keterlibatan dalam pekerjaan mereka," kata Kim Ferguson, dekan studi pascasarjana di Sarah Lawrence College, New York.
Hal serupa dikatakan Tricia Hanley, direktur Institut Pengembangan Anak Sarah Lawrence College, bahwa seorang anak yang mengamati etos kerja positif orang tua juga dapat menjadi pengaruh yang kuat sepanjang hidup mereka.
Membuat batas fisik antara urusan anak dan pekerjaan disebut solusi terbaik untuk orang tua yang bekerja dari rumah.
Selain itu, munculnya sistem kerja jarak jauh juga bertepatan dengan peningkatan fleksibilitas. Situasi ini memiliki keuntungan, kata Harkness, terutama ketika orang tua yang bekerja dapat hadir untuk makan siang, menghadiri acara ekstra kurikuler atau bahkan memberi anak camilan ketika mereka lapar.
Kesempatan itu tidak dimiliki orang tua dengan pekerjaan kantor yang terstruktur dari jam 9 pagi hingga 5 sore.
"Ini menjadi preseden bahwa Anda dapat terlibat dalam kehidupan anak Anda, bahkan jika Anda juga bekerja."
'Ibu bergumam dari kamar mandi'
Karena cara kerja telah bergeser, batasannya dengan kehidupan pribadi menjadi semakin sulit ditarik. Meski begitu, menemukan cara untuk menarik garis keras ini mungkin justru kunci mengurangi efek negatif.
Lupu menyebut pendekatan segmentasi adalah menciptakan aturan dan rutinitas seputar ruang dan waktu ketika orang tua dan anak-anak bersama. Caranya bisa berupa membuat ruang fisik untuk bekerja, jadi anak bisa berkata bahwa "itu tempat di mana Ibu bekerja".
Friedman juga sependapat. "Ini menciptakan penyangga atau ruang pribadi. Itu sebabnya saya mendukung semua orang, bahkan jika mereka harus bekerja di dalam kamar mandi.
"Anak-anak mungkin mendengar ibu bergumam dari kamar mandi, tapi itu karena ibu sedang perlu berada di tempat personal," ucapnya. Ketika selesai, ibu akan keluar dan kembali bersama anak-anak.
Segmentasi yang besar juga menciptakan batasan seputar penggunaan perangkat setelah waktu tertentu, sehingga orang tua dapat mencurahkan perhatian penuh kepada anak.
Lupu mengatakan, membuat rutinitas adalah yang terpenting. Dalam beberapa hal, menempatkan struktur ini pada tempatnya meniru batas keras antara pekerjaan dan perawatan yang dimiliki anak-anak sebelum pandemi, karena kegiatan yang dijadwalkan, seperti sekolah.
Selain itu, Friedman, Lupu, Ferguson, dan Hanley setuju bahwa orang tua perlu secara aktif memulai percakapan tentang perubahan dan perilaku baru ini.
Yang perlu dibicarakan termasuk apakah anak mereka tampak terlalu muda untuk menginternalisasi perubahan ini, atau jika mereka cukup besar untuk secara eksplisit sadar akan perilaku orang tua. pola.
"Penting untuk berbicara dengan anak tentang berbagai jenis pekerjaan yang mereka lakukan, perhatian apa yang terlibat, mengapa itu berharga dan penting dan mengapa mereka melakukannya," kata Ferguson.
"Tidak masalah jika orang tua menjalani situasi ini untuk menghasilkan uang bagi keluarga, tapi lalu berbicara dan berkata, 'Saya tidak menikmati pekerjaan saya, tetapi inilah mengapa saya melakukannya' atau 'Saya menikmati bagian ini'."
Untuk anak-anak dari segala usia, kata Ferguson, orang tua juga harus memaparkan alasan mereka membuat keputusan, misalnya memberi tahu seorang anak untuk bermain dengan tenang karena mereka sedang rapat penting.
Namun, setiap ahli menekankan bahwa pekerjaan jarak jauh tidak 'menghancurkan' anak, terutama karena setiap anak memiliki kepribadian dan cara mereka sendiri untuk memproses apa yang mereka lihat.
Lupu berkata, meski banyak anak meniru kebiasaan kerja orang tua mereka, beberapa responden secara aktif menentang perilaku model yang buruk dan memilih untuk mendekati pekerjaan dengan cara yang berbeda dan lebih sehat.
Menurut Ferguson, hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah memahami pengaturan yang baru ditemukan ini akan menjadi norma, setidaknya untuk saat ini, dan kuncinya adalah menemukan cara untuk membuatnya bekerja untuk lingkungan khusus mereka.
Masalah seperti ini sangat baru, sehingga tidak ada banyak panduan tentang bagaimana mengatasinya. Hanley berkata, setiap orang tua mungkin menghadapi masalah yang berbeda, tergantung pada jenis kelamin, struktur keluarga, dan status sosial ekonomi.
Namun pada akhirnya tidak masalah apakah orang tua ada di rumah atau di kantor karena anak membentuk diri mereka sendiri dalam sikap, tindakan, dan keputusan pengasuh mereka.
Komunikasi dan batasan tidak hanya dimaksudkan untuk pegawai yang bekerja dari rumah. Preseden ini menetapkan model tentang bagaimana anak akan membangun hubungan mereka dengan pekerjaan di masa depan, dan membentuk siapa mereka, bertahun-tahun ke depan.
Artikel ini dapat Anda baca dalam versi bahasa Inggris berjudul How Home Working Could Be Changing Children's Futures di BBC Worklife.