Bertanding tanpa Jilbab, Atlet Panjat Tebing Rekabi Disambut Hangat Warga Iran

Konten Media Partner
20 Oktober 2022 8:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet perempuan panjat tebing asal Iran disambut massa secara meriah di Bandara Teheran setelah berkompetisi tanpa jilbab di Korea Selatan.
Ia dielu-elukan bak "pahlawan".
Elnaz Rekabi, 33 tahun, "menerabas" aturan wajib jilbab Iran saat bertanding tanpa penutup kepala - tetapi belakangan ia meralatnya dengan menyebut jilbabnya terlepas "secara tidak sengaja".
Banyak yang skeptis tentang alasan yang ia sampaikan melalui unggahan di Instagram, dan diulangi ketika diwawancarai stasiun televisi pemerintah di bandara. Pernyataan itu diyakini karena ia berada di bawah tekanan.
Saat ini Iran sedang menghadapi protes yang meluas terkait aturan wajib berjilbab, dipicu oleh kematian perempuan muda, Mahsa Amini, saat ditahan polisi moral.
Perempuan Iran diwajibkan untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab dan mengenakan pakaian longgar. Atlet perempuan juga harus mengikuti aturan tersebut ketika mereka secara resmi mewakili Iran dalam kompetisi di luar negeri.
Rekabi tiba dari Korea Selatan menjelang sore pada Rabu ini, setelah mengakhiri kompetisi kejuaraan panjat tebing Asia.
Keluarganya menyambut di bandara dengan pelukan dan beberapa ikat bunga. Rekabi menutup rambutnya dengan topi bisbol dan hoodie.
Dalam wawancara itu, ia mengulangi penjelasan yang telah disampaikan melalui unggahan Instagram terkait bertanding tanpa hijab.
"Secara tiba-tiba dan tak terduga, saya dipanggil untuk bertanding saat saya berada di ruang ganti perempuan," katanya.
"Saya sibuk mengenakan sepatu dan mempersiapkan peralatan, sampai lupa memakai jilbab, yang semestinya saya pakai."
Dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah, Elnaz Rekabi mengatakan dirinya merasa "stres dan tertekan"
Rekabi mengatakan terdapat "beberapa reaksi ekstrem" saat rekaman video menayangkan dia tampil dengan rambut terbuka yang dikuncir, dan ia "merasa stres dan tegang".
"Syukurlah, saya kembali ke Iran dengan keadaan sehat dan aman. Dan, saya meminta maaf kepada publik Iran atas kebimbangan dan kekhawatirannya."
Dia juga membantah laporan terkait dirinya tak bisa dihubungi oleh keluarga dan teman-temannya, dan meninggalkan Korea Selatan lebih awal dari yang dijadwalkan.
"Bukan begitu. Kami kembali ke Iran tepat seperti yang direncanakan," katanya.
Setelah menyampaikan komentar serupa di sebuah unggahan Instagram pada Selasa sore, Rana Rahimpour dari BBC Persia mengatakan, bagi banyak orang, bahasa yang digunakan oleh Rekabi tampak seperti ditulis di bawah paksaan.
Sebelumnya, atlet perempuan lain yang pernah bertanding di luar negeri tanpa menggunakan jilbab, mengaku mereka mendapat tekanan dari otoritas Iran untuk menyampaikan permohonan maaf yang sama, tambahnya.
Beberapa dari mereka memutuskan untuk tidak kembali ke Iran.
Banyak mantan tahanan juga mengatakan bahwa mereka dipaksa petugas keamanan untuk membuat "pengakuan" palsu yang disiarkan TV pemerintah Iran.
Elnaz Rekabi menggunakan jilbab saat kejuaraan panjat tebing dunia di Paris pada 2016.
Rekabi dipuji sebagai simbol baru protes anti-pemerintah yang dipelopori para perempuan di Iran setelah videonya dengan rambut diikat di Kejuaraan Asia viral pada hari Minggu.
Aksi unjuk rasa yang meluas di Iran dipicu oleh kematian Mahsa Amini saat berada di tahanan polisi. Perempuan 22 tahun ini ditangkap oleh polisi moral di Teheran pada 13 September atas tuduhan menggunakan jilbab terlalu longgar.
Pihak kepolisian membantah laporan bahwa Mahsa mendapat pukulan di bagian kepala dengan tongkat, dan mengatakan kematiannya akibat serangan jantung.
Pada Senin kemarin, sumber BBC Persia mengatakan Rekabi sempat tak bisa dihubungi pihak keluarga dan teman-temannya setelah ia mengaku sedang bersama seorang pejabat Iran.
Selain itu, ada juga laporan yang menyebutkan paspor dan telepon genggamnya telah disita, dan ia meninggalkan hotel di Seoul dua hari lebih awal.
Kedutaan Iran membantah keras apa yang disebutnya "semua adalah berita palsu, kebohongan, dan informasi palsu" mengenainya, dan mengatakan Rekabi telah meninggalkan Seoul setelah Kejuaraan Asia berakhir.
Sementara itu, Federasi Olahraga Panjat Tebing Internasional (IFSC) mengatakan telah melakukan kontak dengan Rekabi dan Federasi Panjat Tebing Iran. IFSC mengatakan "berusaha untuk menetapkan fakta-fakta".
"Ini penting untuk ditekankan bahwa keselamatan atlet adalah yang terpenting bagi kami, dan kami mendukung upaya apa pun untuk menjaga anggota komunitas kami yang berharga tetap aman dalam situasi ini," tambahnya.
"IFSC secara penuh mendukung hak-hak atlet, pilihan dan kebebasan berekspresi mereka."