Darya Dugina, Putri Sekutu Dekat Putin yang Meninggal dalam Bom Mobil di Moskow

Konten Media Partner
21 Agustus 2022 16:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Darya Dugina sangat vokal menyuarakan dukungannya pada invasi Rusia di Ukraina.
zoom-in-whitePerbesar
Darya Dugina sangat vokal menyuarakan dukungannya pada invasi Rusia di Ukraina.
Putri dari Alexander Dugin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal dunia dalam serangan bom di jalan raya dekat Moskow.
Darya Dugina meninggal setelah mobil yang dikendarainya meledak saat dia menuju rumahnya, kata ketua badan investigasi Rusia.
Diyakini bahwa ayahnya, filsuf Rusia Alexander Dugin, yang juga dikenal sebagai “otak Putin” kemungkinan target utama serangan tersebut.
Dugin adalah seorang tokoh dengan ideologi ultra-nasionalis yang penting dan dipercaya sangat dekat dengan presiden Rusia.
Alezander Dugin dan putrinya diundang menjadi tamu kehormatan sebuah festival yang diadakan di dekat Moskow, tempat filsuf ini kerap menjadi pengajar.
Alexander Dugin, kerap disebut sebagai 'Rasputin-nya Putin'.
Festival “Tradisi”, begitu acara itu disebut, adalah festival keluarga untuk kalangan pecinta seni yang digelar di gedung Zakharovo, di mana penyair Alexander Pushkin pernah tinggal.
Ayah-anak ini dijadwalkan pulang ke kediaman mereka dari acara ini pada Sabtu malam dengan mobil yang sama, sebelum Alexander Dugin memutuskan untuk pisah mobil di saat terakhir.
Potongan video yang beredar di Telegram menunjukkan Alexander Dugin memandang dengan syok saat tim gawat darurat tiba di lokasi mobil yang terbakar hebat.
BBC belum berhasil memverifikasi potongan video tersebut secara independen.
Tim investigator mengkonfirmasi Darya Dugina meninggal dunia di lokasi kejadian, di Desa Bolshiye Vyazemy.
Mereka berkata, bom telah meledak sebelum mobil itu terbakar. Saat ini, tim forensik dan ahli bahan peledak masih melakukan investigasi.

Analisis

Will Vernon, BBC Moskow
Meskipun Alexander Dugin bukanlah seorang pejabat pemerintah, dia adalah tokoh simbolik di dunia politik Rusia.
Filosofinya yang anti-Barat dan ultranasionalis telah menjadi ideologi politik dominan di Rusia dan telah membantu membentuk kebijakan luar negeri Putin, terutama tentang Ukraina.
Perhatian akan tertuju pada siapa di belakang serangan ini. Denis Pushilin, “Pemimpin” dari “Republik Rakyat Donetsk” yang mendeklarasikan diri sebagai wilayah merdeka pro-Rusia, telah menyalahkan Ukraina.
Di Telegram, dia menulis, “Musuh-musuh jahat! Teroris dari Ukraina mencoba membunuh Alexander Dugin, meledakkan putrinya… di dalam mobil. Kami mengenang Daria, dia adalah perempuan Rusia sejati!”
Insiden seperti ini akan membuat para pejabat di Moskow gugup, terutama setelah terjadi sejumlah peledakan dan serangan di wilayah Krimea yang diduduki Rusia dan di sejumlah tempat di dekat perbatasan Ukraina.
Propaganda Kremlin terus menekankan bagaimana Valdimir Putin telah membawa stabilitas dan kemananan di Rusia setelah krisis yang terjadi di 1990-an, di mana pembunuhan dan bom mobil sering terjadi.
Kejadian bom mobil di ibu kota Rusia kali ini telah mematahkan narasi tersebut.
Meski tak punya posisi resmi di pemerintahan, Alexander Dugin adalah sekutu dekat Presiden Rusia dan bahkan dijuluki sebagai “Rasputin-nya Putin”.
Darya sendiri adalah seorang jurnalis yang sangat vokal mendukung invasi Ukraina.
Awal tahun ini, Darya dikenai sanksi oleh otoritas AS dan Inggris, yang menuduh perempuan 30 tahun ini berkontribusi pada “disinformasi” online tentang invasi Rusia di Ukraina.
Pada Mei, dia menyebut perang ini sebagai “benturan peradaban” dan menyatakan kebanggaannya karena dia dan ayahnya telah disanksi oleh Barat.
Alexander Dugin diberi sanksi oleh AS pada 2015 karena tuduhan keterlibatannya pada aneksasi Rusia terhadap Krimea.
Tulisan-tulisannya disebut-sebut telah mempengaruhi pandangan Putin terhadap dunia dan dia dianggap sebagai arsitek intelektual dari idologi ultra-nasionalis dianut oleh banyak orang Kremlin.
Selama bertahun-tahun, Dugin telah meminta Moskow untuk lebih agresif di panggung dunia dan mendukung aksi militer Rusia di Ukraina.