Evakuasi Korban Gempa Cianjur, Basarnas: Hari Ke-3 'Batas Terakhir Golden Time'

Konten Media Partner
23 November 2022 12:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evakuasi Korban Gempa Cianjur, Basarnas: Hari Ke-3 'Batas Terakhir Golden Time'
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan SAR Nasional Marsdya TNI Henri Alfiandi menyatakan pencarian dan evakuasi korban gempa Cianjur pada Rabu (23/11) difokuskan pada desa-desa yang belum terjangkau.
Setidaknya ada dua desa di Kecamatan Cugenang yang diidentifikasi masih terisolasi dan membutuhkan bantuan.
Hari ketiga evakuasi pun, kata Henri, merupakan batas terakhir 'golden time' bagi korban gempa yang tertimbun reruntuhan untuk bisa diselamatkan.
Data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa menyatakan bahwa 268 orang meninggal dunia dan 151 korban masih hilang.
Henri mengatakan jumlah korban hilang dan korban meninggal dipredikasi masih akan bertambah seiring upaya evakuasi yang masih berlangsung.
Berikut wawancara wartawan BBC News Indonesia, Nicky Aulia Widadio dengan Kepala Basarnas melalui sambungan telepon.
Berikut petikannya:
Rencana evakuasi hari ini seperti apa?
Selasa (23/11) pagi hingga siang, kami menuju lokasi-lokasi terpencil yang belum bisa dijangkau kendaraan.
Kami menuju Desa Talaga dan Desa Barukaso di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, guna memberikan bantuan kepada masyarakat di sana yang membutuhkan pertolongan.
Kami kerahkan helikopter supaya lebih efektif.
Bagaimana kondisi kedua desa yang terisolasi itu?
Jalan darat tidak bisa ditembus, sehingga untuk mempercepat pemberian bantuan, kami gunakan alutsista.
Kami manfaatkan seefektif mungkin helikopter untuk mengangkut personel dan logistik.
Mereka (warga) saat ini sangat butuh makanan cepat saji, tenda, selimut, dan air minum.
Apakah ada warga tertimbun juga di kedua desa itu?
Sudah ditangani tim rescuer Basarnas, mudah-mudahan bisa diselamatkan.
Jadi tim sudah mulai bisa masuk di desa itu?
Belum. Ini baru satu (desa) Talaga. Desa Barukaso belum bisa.
Sekarang hujan, saya sudah di lokasi Desa Talaga yang berdekatan dengan Desa Barukaso. Helikopter tidak bisa mendarat.
Selain cuaca dan akses yang masih tertutup, apa kendala lainnya?
Kendala yang dihadapi di lapangan adalah permintaan masyarakat yang harus kita seleksi, apakah memang sangat membutuhkan atau tidak.
Ini berkenaan dengan keterbatasan sumber daya manusia Basarnas.
Jadi kita fokus pada korban yang benar-benar sangat membutuhkan.
Mengingat hari ketiga ini masih 'golden time', bagaimana evakuasi akan dilaksanakan?
Kalau ada gempa bumi, mungkin ada masyarakat atau korban berada di reruntuhan dan mereka masih selamat. Secara teori mereka bisa bertahan mulai dari kejadian sampai hari ketiga.
Hitungannya adalah, manusia tanpa minum tiga hari berturut-turut dalam kondisi terjepit itu adalah batas rata-rata mereka masih bisa ditolong.
Lebih dari itu adalah keajaiban. Jadi kita harus mengejar waktu tiga hari ini mencari korban-korban yang ada di puing-puing.
Data korban hilang per Selasa (22/11) ada 151 orang, apakah itu sudah termasuk data dari desa-desa terisolasi?
Belum termasuk.
Ada kemungkinan yang hilang lebih dari 151 orang?
Kemungkinan bertambah. Hari ini kami menemukan korban 16 jiwa dari (laporan) Kepala Kantor SAR.
Apakah 16 jiwa ini bagian dari 151 yang hilang atau tidak, kami belum bisa memastikan. Tetapi yang pasti sampai siang ini kami sudah menemukan korban 16 jiwa lagi.
Kebanyakan mereka tertimbun reruntuhan bangunan, tiga orang dari longsoran tanah.