Hari Gajah Sedunia: 'Si Gading Super' Mirip Mamut yang Kian Terancam

Konten Media Partner
12 Agustus 2022 17:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanya ada puluhan gajah gading super yang masih bertahan di alam liar.
zoom-in-whitePerbesar
Hanya ada puluhan gajah gading super yang masih bertahan di alam liar.
"Ketika saya pertama kali melihat seekor gajah bergading super, saya sangat takjub dengan keindahannya. Gerak-geriknya juga terlihat begitu istimewa," kata Nick Haller.
Haller adalah seorang pilot yang bekerja untuk Tsavo trust, organisasi konservasi yang terlibat melestarikan gajah gading super, yang gadingnya sangat panjang hingga mengikis tanah.
"Ini adalah momen di mana Anda merasa sangat kecil dan dan gajah yang cantik itu memperlihatkan gadingnya yang begitu indah."
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengatakan hanya ada sekitar 415.000 gajah Afrika yang tersisa di alam liar, di luar 50.000 gajah Asia.
Dari jumlah itu, hanya puluhan gajah gading super yang kini masih bertahan.
Pada peringatan Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada 12 Agustus, kami menyaksikan betapa pentingnya keberlangsungan gajah ini.
Haller merasa takjub ketika pertama kali melihat gajah gading super bernama Lugard.

Bergerak tenang dan perlahan

Haller pertama kali melihat seekor gajah gading super sekitar empat tahun lalu saat bepergian dengan mobil di taman nasional Tsavo di Kenya.
"Saya masih ingat betul rasanya berada dekat gajah dengan gading yang luar biasa. Ketika Anda melihat gading super, tampak jelas bahwa mereka sangat istimewa. Mereka langka dan kita harus melindunginya."
Beberapa gajah betina juga memiliki gading berukuran yang lebih besar, meski tidak sampai menyentuh tanah.
Saat itu, gajah gading super tampak sendirian dan bergerak perlahan.
"Dia bersikap tenang dan mudah didekati."
Semua gading super telah diberi nama. Haller kemudian mengetahui bahwa gajah yang dia lihat di bawah pepohonan itu bernama Lugard.
"Lugard sudah sangat terkenal sekarang. Dia adalah gajah yang besar dan spektakuler," jelas Haller dengan penuh semangat.
Gajah menggunakan gadingnya untuk mengambil makanan juga bertarung dengan gajah lainnya.

Rata-rata berusia lebih 50 tahun

Lugard adalah satu dari sembilan gajah gading super yang tersisa di taman nasional seluas 42.000 kilometer persegi itu.
Menurut Haller, hanya ada puluhan gajah dengan gading sepanjang itu yang tersisa.
"Rata-rata panjang gading gajah Afrika adalah dua meter dengan berat 23 kilogram, sedangkan gading super bisa sampai tiga meter dengan bobot lebih dari 50 kilogram," jelas Haller.
Sejumlah gajah betina juga menumbuhkan gading dengan ukuran besar.
Butuh waktu yang lama untuk gading sebesar itu tumbuh. Mayoritas gajah gading super berusia lebih dari 50 tahun.
"Masa hidup rata-rata gajah di alam liar adalah sekitar 60 tahun, jadi bisa dibilang mereka sudah mencapai akhir kehidupannya," kata Haller.
Beberapa gajah betina juga memiliki gading yang tumbuh lebih besar dari umumnya, meski tidak sampai menyentuh tanah. Ada lima ekor gajah betina yang seperti ini di Tsavo.
"Di sini juga ada 27 gading super yang sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka memiliki gading yang besar, tapi belum sebesar gading super. Kalau mereka panjang umur, mungkin akan menjadi gading super," jelas dia.
Gading super juga ditemukan di kawasan cagar alam Amboseli yang bersebelahan dengan Kawasan ini, juga di Bostwana dan Tanzania.

Ancaman dari pemburu liar

Gajah menggunakan gadingnya untuk menggali, mengangkat benda, mengupas kulit kayu dari pohon dan juga berkelahi dengan gajah lain untuk mempertahankan pengaruhnya di antara kawanan.
Terdapat sembilan gajah gading super di Taman Nasional Tsavo dan lima gajah betina bergading panjang.
"Di dalam kawanan gajah, gading super pasti lebih dihormati dibanding gajah lainnya. Saya mengamati bahwa mereka adalah pemimpin kawanan," kata Haller.
Baik gajah Afrika jantan maupun betina memiliki gading. Tetapi penelitian dari Universitas Princeton di AS menemukan bahwa banyak gajah betina menjadi tidak bergading sebagai respons evolusioner terhadap perburuan intensif yang telah menghancurkan populasi gajah di banyak tempat.
Gajah gading super cenderung dihormati di antara kawanan gajah.
Gading super selalu menjadi target para pemburu.
Pada 2017, seekor gajah gading super Bernama Satao 2 terbunuh di Tsavo. Sejak saat itu, pengawasan lewat darat dan udara pun ditingkatkan. Tetapi gajah-gajah itu tidak dipasangkan sinyal pelacak untuk dipantau sepanjang waktu.
Pada April tahun ini, seorang pemburu membayar US50.000 (Rp734 juta) untuk menembak gading super terbesar di Botswana.
Padahal gading super hanya ditemukan dalam jumlah terbatas. Evolusi gading yang sangat panjang pun kemungkinan dipengaruhi oleh gen, kata Haller.

Melindungi masa depan

Nick Haller mengawasi keberadaan gajah gading super melalui udara.
"Kami percaya [gading super] dipengaruhi genetika. Sangat penting untuk melindungi kumpulan gen mereka dan memungkinkan mereka bereproduksi sebanyak mungkin. Di sini ada puluhan gading super yang muncul yang kami yakini adalah keturunan dari gading super sebelumnya," ujar Haller.
Keberadaan gajah gading super terancam oleh pemburu.
Haller biasanya terbang di atas area luas untuk mengawasi para pemburu liar.
"Menyenangkan melihat mereka berada di alam liar. Kita harus mengupayakan yang terbaik untuk melindungi mereka sehingga anak-anak kita berkesempatan melihat gajah dengan gading yang luar biasa."