Kisah Perempuan India Melahirkan Anak Kembar pada Hari Kematian Kedua Putrinya

Konten Media Partner
7 Oktober 2021 13:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bhagyalakshmi melahirkan anak kembar pada hari kematian kedua putrinya dua tahun lalu.
zoom-in-whitePerbesar
Bhagyalakshmi melahirkan anak kembar pada hari kematian kedua putrinya dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Rumah Bhagyalakshmi di kota Visakhapatnam, di India timur, dipenuhi kerabat, tetangga, dan wartawan. Ia menjadi pusat perhatian setelah melahirkan anak kembar.
ADVERTISEMENT
"Saya yakin anak-anak telah dilahirkan kembali. Jika tidak, bagaimana mereka bisa lahir pada hari yang sama dengan kematian kedua putri saya," ungkap Bhagyalakshmi yang emosional.
Perempuan itu melahirkan anak kembar pada 15 September. Pada tanggal yang sama dua tahun lalu, kedua putrinya (berusia tiga dan satu setengah tahun) meninggal dalam kecelakaan kapal, di mana beberapa kerabat lainnya, termasuk mertuanya tewas.
"Yang paling aneh adalah anak kembar saya lahir sekitar jam delapan malam, waktu yang sama ketika saya mendengar berita kematian kedua putri saya pada 15 September 2019," katanya kepada BBC.
Geeta Vaishnavi dan Dhatri Ananya meninggal dalam kecelakaan kapal

Doa terkabul

Keluarga berharap kelahiran si kembar akan membantu Bhagyalakshmi dan suami untuk pulih dari kehilangan putri-putri mereka.
"Saya merasa bahwa Tuhan telah mendengar doa saya dan telah mengembalikan anak-anak kepada saya," kata Bhagyalakshmi.
ADVERTISEMENT
Bhagyalakshmi berasal dari keluarga miskin dan menikah sebelum usia pernikahan yang sah yaitu 18 tahun.
Suaminya bekerja sebagai pembuat gelas. Kini Bhagyalakshmi dan suaminya menghabiskan hampir sepanjang hari dengan bayi kembar mereka.
Sembilan anggota keluarga Bhagyalakshmi termasuk di antara 60 orang yang tewas dalam kecelakaan kapal tahun 2019 di Sungai Godavari

Tragedi

Kedua putri Bhagyalakshmi meninggal dalam perjalanan ziarah ke sebuah kuil di Bhadrachalam (sekitar 250 km ke barat) pada 15 September 2019.
Putri-putrinya menemani mertuanya dalam perjalanan, sementara pasangan itu tetap tinggal di kota asal mereka.
Ketika Bhagyalakshmi mendengar bahwa perahu telah terbalik, dia mulai berdoa dengan panik.
"Tuhan tidak mendengarkan doa-doa saya. Dunia saya menjadi gelap. Saya sangat terguncang," kenangnya.
Total, 60 orang tewas dalam kecelakaan itu. Bhagyalakshmi sangat merindukan anak-anaknya dan mulai merasa sangat kesepian.
ADVERTISEMENT
"Kesedihan itu tidak dapat dihibur. Kami kehilangan sembilan anggota keluarga kami dalam satu insiden. Bagaimana Anda bisa mengatasi tragedi seperti itu?"
Karena banyak anggota keluarga lain yang juga berduka, sangat sedikit dukungan dari keluarga besar.
Bhagyalakshmi mengatakan bahwa dia kehilangan semangat untuk hidup setelah kematian anak-anaknya
"Saya tidak bisa makan, istirahat atau tidur. Dulu saya sering memikirkan mereka. Setiap kali saya memejamkan mata, anak-anak dan mertua selalu ada pikiran saya," katanya.
"Saya menjadi sunyi. Rumah saya menjadi sunyi".
Keluarga Bhagyalakshmi menjalani rutinitas sehari-hari tanpa kebahagian. Festival dan perayaan kehilangan kilaunya.
"Air mata mengalir setiap kali saya melihat anak-anak seusia putri saya. Dulu saya berpikir, jika anak perempuan saya masih hidup, mereka akan terlihat seperti ini".
Si kembar sekarang kembali ke rumah dan bertambah berat badan

Pertolongan

Bhagyalakshmi sebenarnya telah menjalani prosedur tubektomi (pemotongan saluran indung telur sehingga tidak bisa hamil dan bersifat permanen) setelah melahirkan putri keduanya saat itu.
ADVERTISEMENT
Dia percaya tidak akan pernah bisa memiliki bayi lagi.
Namun, kakak ipar Bhagyalakshmi menyarankan pasangan itu untuk berkonsultasi dengan dokter dan mereka menjumpai Dokter Padmasri.
"Bhagyalakshmi selalu terlihat bosan, kehilangan motivasi dan tidak tertarik pada kehidupan," kenang Dr Padmasri.
Dokter memberi tahu pasangan itu bahwa perawatan fertilisasi in vitro (IVF) dapat membantu mereka untuk memiliki anak lagi.
"Bhagyalakshmi masih sangat muda dan saya sangat yakin dia akan bisa hamil," kata Dokter Padmasri kepada BBC.
Anjuran itu memberi harapan bagi pasangan itu.
Suami Bhagyalakshmi berpenghasilan tidak sampai Rp100.000 sehari, namun mereka berhasil mengumpulkan uang untuk pengobatan.
Dokter Padmasri mengatakan bahwa pada bulan Februari, sebulan setelah dimulainya pengobatan, Bhagyalakshmi hamil.
Putri Bhagyalakshmi, Geeta Vaishnavi dan Dhatri Ananya

Bayi prematur

Kehamilan Bhagyalakshmi bertepatan dengan gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India.
ADVERTISEMENT
Ibu muda itu harus "terkurung" di kamarnya untuk sebagian besar waktu.
"Saya seharusnya melahirkan pada 20 Oktober, tetapi pada 15 September saya merasa sakit dan mulai merasa sangat tidak nyaman di sore hari," katanya.
Dia dilarikan ke rumah sakit. Dokter Padmasri khawatir dengan dampak kelahiran prematur dari bayi, tetapi melanjutkan dan melakukan operasi caesar.
Bhagyalakshmi sangat gembira saat melihat bayinya.
"Saya tidak tahu keduanya akan menjadi perempuan. Itu bukan di tangan saya, bukan?"
"Bukankah aneh bahwa saya kehilangan dua anak perempuan dan mendapatkan mereka kembali dalam bentuk yang sama pada hari yang sama," tanya Bhagyalakshmi.
Untuk mencegah aborsi selektif jenis kelamin, pemerintah India telah melarang dokter mengungkapkan jenis kelamin bayi yang belum lahir.
ADVERTISEMENT
Pasangan itu kembali ke rumah dengan bayi mereka. Meskipun bayi itu sedikit kurus, dokter mengatakan tidak perlu dikhawatirkan.
Dokter Padmasri (kiri) bersama Bhagyalakshmi (kedua kiri), suaminya dan bayi kembarnya

Sangat gembira

Bhagyalakshmi mengatakan si kembar sangat mirip dengan putrinya yang sudah meninggal.
"Saya telah hati-hati menyimpan gaun, gelang, dan perhiasan putri saya. Saya akan mendandani anak kembar saya dengan itu sekarang."
Kebahagiaan, tawa dan pesta memenuhi udara di rumah Bhagyalakshmi.
Orang tua menamai si kembar untuk mengenang dua anak perempuan pertama mereka, Geeta dan Ananya.
Keluarga mengatakan mereka sekarang memiliki harapan baru dan optimis tentang masa depan
"Saya hanya melihat mereka dengan takjub dan gembira. Saya akan melihat mereka tumbuh. Saya ingin melihat mereka berjalan, berbicara, bermain, dan belajar."
"Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan kegembiraan saya".