Komunikasi Non-verbal di Ruang Kerja Digital Penting untuk Masa Depan Karier

Konten Media Partner
28 November 2022 17:05 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunikasi Non-verbal di Ruang Kerja Digital Penting untuk Masa Depan Karier
zoom-in-whitePerbesar
Kita terbiasa membaca bahasa tubuh dan isyarat secara langsung. Ketika kita menerapkan kerja jarak jauh, cara kita berkomunikasi berubah – dan para pekerja perlu mengetahui cara untuk beradaptasi.
Bos yang mengangguk atau meringis, posisi duduk rekan kerja yang tidak nyaman – ketika bekerja di kantor, sebagian besar karyawan bisa memahami isyarat non-verbal ini: semua cara kita berkomunikasi tanpa kata-kata.
Sering kali, keterampilan sosial yang kita pelajari menunjukkan bahwa sebagian besar dari kita fasih dalam menafsirkan komunikasi non-verbal orang lain; itu juga berarti kita tahu bagaimana berkomunikasi dengan diri sendiri tanpa menyampaikan kata-kata.
Sebut saja, keterampilan alamiah untuk tersenyum saat menyapa klien, melakukan kontak mata saat melakukan percakapan, dan mempertahankan bahasa tubuh yang percaya diri selama wawancara.
“Jika Anda ingin mempengaruhi orang dengan cara yang positif, maka sikap Anda dan bagaimana Anda dipersepsikan menggunakan komunikasi non-verbal sangat penting,” kata Mi Ridell, seorang ahli bahasa tubuh yang berbasis di Stockholm, Swedia. 
Annemieke Meurs-Karels, seorang ahli komunikasi non-verbal yang berbasis di Belanda, mengatakan orang sering kali lebih bereaksi terhadap apa yang Anda lakukan daripada apa yang Anda katakan, “karena itu menyampaikan pesan yang tersembunyi – apa yang sebenarnya Anda pikirkan dan rasakan, dan niat Anda”.
Meskipun kita sudah terlatih memahami isyarat non-verbal secara langsung, di ruang kerja digital, komunikasi semacam ini cenderung tidak begitu dianggap penting. Padahal banyak percakapan kerja sekarang dilakukan melalui obrolan online, dan bahkan rapat melalui video, yang berlangsung dengan kondisi kamera dimatikan
Baca juga:
Walaupun pekerjaan jarak jauh tampaknya tidak memerlukan pemahaman isyarat, komunikasi non-verbal masih terjadi. 
Ambil kamera yang dimatikan itu sebagai contoh: Sebuah survei tahun 2022 terhadap 200 eksekutif menunjukkan 92% manajer meyakini, karyawan yang mematikan kameranya selama rapat cenderung tidak memiliki masa depan jangka panjang di perusahaan mereka.
Perubahan dalam komunikasi non-verbal merupakan salah satu gangguan yang harus dihadapi di lingkungan kerja baru, tapi para pekerja bisa mendapatkan poin tambahan jika mereka memahami bagaimana sinyal halus ini berkembang.

Komunikasi non-verbal di masa sekarang

Komunikasi non-verbal memiliki dua aspek.
Pertama adalah soal bagaimana orang lain memandang Anda, dan komponen lainnya adalah bagaimana Anda memahami orang lain melalui pesan non-verbal mereka sendiri. 
Ini bukan ilmu pasti, karena ada banyak ambiguitas dalam cara menafsirkan sinyal seseorang, versus bagaimana orang lain melakukannya, kata Meurs-Karels, yang seringkali tergantung pada pengalaman dan hubungan Anda dengan komunikator
Tentu saja hal yang sama dapat terjadi pada Anda ketika menjadi komunikator.
Namun, terlepas dari perbedaan subjektif ini, para ahli mengatakan isyarat non-verbal membawa banyak arti bagi kedua belah pihak - dan penting untuk memperhatikannya di lingkungan kerja apa pun, baik secara langsung atau jarak jauh.
Latar belakang video, cara Anda melihat kamera – semua ini adalah isyarat non-verbal yang penting untuk dunia digital.
Bagian dari komunikasi non-verbal tentu saja selalu ada di luar interaksi tatap muka. Misalnya, sinyal tipis ini bisa dimulai dengan gambar profil di CV atau di situs pencarian kerja; bahkan memutuskan apakah akan menambahkan emoji atau tidak dalam obrolan grup kerja dapat mengubah nuansa interaksi. 
Namun, kita cenderung lebih memikirkan komunikasi non-verbal dalam hal interaksi tatap muka. Misalnya, kita mencari makna seberapa dekat rekan kerja duduk saat bekerja bersama, atau menafsirkan sikap dari ketegasan jabat tangan.
Bagaimanapun, perubahan baru yang terjadi tempat kerja, di mana dan bagaimana kita bekerja, telah memperluas dunia komunikasi non-verbal dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Misalnya, dalam panggilan video, latar belakang video dapat memberikan berbagai informasi non-verbal tentang gaya hidup, minat, dan bahkan tingkat profesionalisme rekan kerja.
Ketergantungan yang meningkat pada komunikasi teks, pada aplikasi perpesanan, juga telah mengubah isyarat non-verbal ini, dan seberapa besar penekanan yang kita berikan padanya.
Dan banyak juga komponen komunikasi tanpa suara secara langsung, yang sudah masuk ke ranah digital – bahasa tubuh seperti kontak mata, postur, gerak tubuh, dan ekspresi wajah; serta perawatan pribadi, seperti gaya rambut atau pakaian yang kita pilih untuk bekerja.
Namun, saat kita menyesuaikan dan mengembangkan kemampuan untuk membaca isyarat non-verbal orang lain di ruang digital, kita juga perlu berlatih menguasai komunikasi online untuk kita sendiri sampai benar-benar tepat. 
“Dalam dunia digital, kita harus memikirkan pengaturannya, dan menerima bahwa ini adalah cara baru untuk berkomunikasi,” kata Ridell. Itu tidak muncul secara alami, katanya, "kita harus belajar beberapa teknik baru".

Mengapa penting untuk saat ini?

Meskipun sebagian besar dari kita sudah terlatih untuk menafsirkan isyarat non-verbal tradisional, komunikasi yang baru untuk banyak orang di dunia digital ini bukanlah hal biasa.
Misalnya, bukan hal yang aneh untuk melakukan panggilan video, di mana aturan seperti itu dilupakan. Namun, jika seorang rekan menempatkan kamera mereka di bawah dagu, memaksa orang lain untuk melihat ke arah mereka, dalam pertemuan secara langsung itu berarti, “kita tidak menyukai mereka berada di level yang sama”, kata Ridell.
Data menunjukkan, selama panggilan video, faktor-faktor seperti sudut kamera, jarak dari kamera, dan kemampuan untuk melakukan kontak mata, semuanya mempengaruhi seberapa disukainya seseorang.
Kontak mata, khususnya, berhubungan positif dengan kesukaan, kehadiran sosial, dan ketertarikan interpersonal. Namun, melakukan kontak mata pada panggilan video mengharuskan kita untuk melawan naluri alami kita. 
“Otak ingin melihat wajah [di layar]” kata Ridell, “tetapi Anda harus belajar melihat ke kamera saat giliran Anda berbicara.”
Jadi, mengabaikan pentingnya komunikasi tanpa suara di lingkungan kerja jarak jauh, dapat memiliki konsekuensi – karyawan memberikan sinyal bahwa mereka tidak berpartisipasi secara penuh, atau terlihat kurang profesional dengan latar belakang panggilan video tertentu.
Namun, ada juga keuntungan ketika memperhatikan perilaku non-verbal, seperti yang Anda lakukan secara langsung: gerakan non-verbal sederhana seperti menyimak alih-alih membungkuk, atau tampak tersenyum ketika seseorang membuat lelucon selama pertemuan online, dapat membantu menunjukkan partisipasi dan membina koneksi. 
Gerakan seperti menyalakan kamera juga bisa menjadi pertanyaan tentang kesopanan. “Kita tidak akan menghadiri rapat dewan dengan wajah yang berantakan,” kata Ridell. “Kita harus mempelajari aturan baru untuk menghindari bersikap kasar.”
Dengan cara yang sama, menggunakan foto wajah yang jelas dengan ekspresi lepas, alih-alih foto avatar kosong di kanal obrolan, mungkin terasa seperti isyarat kecil, tetapi dapat membantu membangun kedekatan, bahkan dengan rekan kerja yang belum pernah Anda temui secara langsung. 
“Melihat gambar bisa membuat Anda merasa orang itu lebih bisa dipercaya,” kata Ridell. 
Itu tidak berarti bahwa Anda harus terus-menerus menunjukkan wajah kepada rekan kerja – emoji atau gif yang digunakan tepat waktu dalam obrolan grup juga dapat memiliki dampak yang kuat pada orang lain, dan membantu membangun suasana yang ramah dan inklusif.
Dalam lanskap digital, mempertahankan hubungan yang kuat bukanlah hal yang pasti, tetapi upaya untuk terlibat dalam komunikasi non-verbal dapat membantu. 
“Banyak kontak yang berguna dengan karyawan, kolega, dan klien terjadi melalui komunikasi non-verbal karena ini adalah cara untuk membaca emosi satu sama lain,” kata Meurs-Karels.
"Di dunia digital, di mana orang-orang duduk sendiri sepanjang hari, bahkan lebih penting untuk melihat apa yang terjadi satu sama lain."
'Kebutuhan untuk dapat memahami satu sama lain tidak akan hilang'
Pada akhirnya, komunikasi non-verbal mungkin terasa seperti lebih sulit dilakukan di dunia digital, tetapi pekerja dapat mendapatkan timbal balik positif tentang seberapa baik orang lain memandang mereka, dan membantu membina hubungan yang tulus.
Melakukan upaya yang disengaja mungkin berarti menghabiskan beberapa menit untuk memilih foto profil yang terlihat profesional, memastikan kamera Anda berada pada ketinggian yang tepat sebelum rapat dimulai, atau mengirim beberapa emoji positif dalam obrolan grup. 
Gerakan yang tampaknya kecil dapat berdampak besar, kata Ridell, membantu pekerja “menjadi lebih hidup dalam konteks digital dan untuk menunjukkan semangat dan kasih sayang”.
Di dunia baru, di mana pekerja dapat berjuang untuk memecahkan kode satu sama lain, dan di mana isolasi dapat berkembang, bersedia untuk terlibat secara non-verbal membuat seseorang lebih mudah untuk memahami orang lain dan dipahami.
Komunikasi non-verbal yang baik berarti kesediaan untuk berbagi sesuatu tentang diri Anda, dan memperhatikan orang lain – sebanyak yang Anda bisa dalam kehidupan nyata.
Mengembangkan keterampilan ini di dunia digital dapat menuai manfaat jangka panjang bagi tim dan individu. 
“Masyarakat sekarang lebih banyak beraktivitas secara online dan jauh dari komunikasi tatap muka,” kata Meurs-Karels. “Tetapi kebutuhan untuk bisa saling memahami tidak akan hilang.”
Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul How 'non-verbal communication' is going digital dapat anda baca di BBC Worklife.