Protes Buruh Industri Hilirisasi Nikel di Morowali - ‘Lelah sebelum Bekerja’

Konten Media Partner
1 Mei 2024 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Protes Buruh Industri Hilirisasi Nikel di Morowali - ‘Lelah sebelum Bekerja’

Salah satu aksi yang dilakukan SBIPE di kawasan IMIP.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu aksi yang dilakukan SBIPE di kawasan IMIP.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sabtu, 24 Desember 2023 menjadi momentum penting bagi pekerja di kawasan industri PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah, saat 21 orang meninggal karena ledakan tungku smelter milik PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
Kurang dari dua bulan sejak insiden tersebut, tepatnya 8 Februari 2024, sejumlah buruh mendirikan Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE).
Insiden ledakan tungku smelter milik PT. ITSS kemudian membuka tabir sejumlah persoalan-persoalan yang selama ini dihadapi para pekerja, dan diharapkan menjadi pekerjaan rumah bagi pelbagai pihak ke depan.
Mereka menyuarakannya keluhan ini di tengah peringatan Hari Buruh Internasional yang digelar pada Rabu (01/05).
Bagian pabrik PT ITSS lokasi tungku smelter No. 41 yang sempat terbakar.
Insiden ledakan tungku smelter PT. ITSS di kawasan industri IMIP yang menewaskan 21 orang ini, juga menyebabkan 39 pekerja mengalami luka. Sebagian dari mereka sudah mulai kembali bekerja setelah mendapat perawatan.
Sejumlah penyintas sempat berbicara kepada BBC News Indonesia, namun meminta kami untuk tidak mengungkap identitas mereka karena khawatir mengenai keberlanjutan pekerjaan ke depan jika bicara kepada media.
Bagaimanapun, dari pembicaraan ini, memunculkan harapan agar bisa ditempatkan di bidang pekerjaan yang lebih ringan, karena ledakan telah mempengaruhi kemampuan fisik mereka – tidak seperti dulu lagi.
Di tempat terpisah, salah satu penyintas yang masih terbaring di rumah sakit adalah buruh bernama Larry. Ia mengalami luka bakar hampir seluruh tubuh.
Salah satu penyintas ledakan tungku smelter PT. ITSS masih mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
“Sudah mulai membaik. Sudah nampak, sudah mulai kering [luka bakarnya], meskipun masih diperban terus. Puji Tuhan sudah [mulai membaik],” kata Sri Hartuti, ibu Larry.
Menurut keterangan keluarga, Larry telah menjalani 22 operasi cangkok kulit dan sempat menjalani perawatan di rumah sakit di Jakarta, lalu sekarang di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, saat ini pria 25 tahun itu belum bisa berjalan, dan masih membutuhkan operasi lanjutan serta terapi fisik.
Pihak dokter pun, kata Sri Hartuti, belum bisa memastikan kapan anaknya itu benar-benar bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani perawatan di rumah.
“[Kalau] sudah bisa jalan, sambil ini, diperbolehkan untuk pulang. Setelah itu, setelah dia punya kulit membaik, baru operasi selanjutnya dilakukan, karena dia punya jari-jari itu sudah tidak bisa digerakkan,” katanya.
Baca Juga:
Seluruh pengobatan, operasi dan perawatan Larry masih dibiayai oleh perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pihak perusahaan juga rutin memantau kondisi Larry, kata Sri Hartuti.
Ia menambahkan, selama dalam perawatan, Larry masih menerima gaji pokok dari perusahaan.
Ia juga menyebut pihak perusahaan sempat memberikan “biaya hidup kami penunggu pasien”, tapi belakangan ini “sudah tidak ada”.
Awal April silam, Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) melakukan aksi solidaritas penggalangan dana untuk Larry dan para penyintas ledakan smelter di kawasan IMIP.
Sejumlah korban selamat dari kebakaran yang terjadi di tungku smelter PT ITSS di Morowali, Sulawesi Tengah mendapatkan perawatan medis.
“Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh kedua orang tua Larry adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah tidak memiliki penghasilan tetap, yang sebelumnya bergantung sepenuhnya terhadap anaknya Larry yang bekerja,” kata Ketua SBIPE, Henry Roods Jebbs kepada BBC News Indonesia.
SBIPE sejauh ini mendampingi 10 penyintas ledakan tungku yang mengalami luka-luka. Menurut serikat pekerja, kebanyakan keluarga korban tidak memiliki penghasilan tetap, yang selama ini sepenuhnya menjadikan para penyintas tulang punggung keluarga.
Penanganan para penyintas ledakan tungku smelter di kawasan IMIP menjadi salah satu isu yang dikemukakan SBIPE pada Hari Buruh Internasional, Rabu 1 Mei 2024. Serikat ini lahir 8 Februari 2024, kurang dari sebulan insiden tersebut.
Ketua Umum Serikat Pekerja Indonesia Sejahtera di Morowali, Katsaing mengatakan unjuk rasa pada Rabu (27/12) itu diikuti oleh sekitar 300 pekerja.
Ketuanya, Henry Roods Jebbs berharap organisasi ini dapat menjadi kendaraan meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan kerja buruh di kawasan industri IMIP ke depannya.
“Karena itu memang semangat lahirnya SBIPE untuk belajar bersama dan berjuang… bersama dengan yang maju, menarik yang terbelakang,” katanya.
Kasus kecelakaan kerja di kawasan IMIP beberapa bulan lalu hanya satu dari rentetan kasus lainnya.
Trend Asia melaporkan 53 pekerja smelter meninggal dalam rentang waktu 2015-2022, terdiri dari 40 pekerja Indonesia dan 13 warga China yang bekerja di sejumlah smelter nikel di Indonesia, termasuk IMIP.
Rikman, seorang buruh di IMIP yang mengalami kecelakaan kerja.
Pada Januari - September 2023, lembaga ini juga melaporkan 19 kejadian kecelakaan di smelter nikel telah merenggut korban jiwa 16 orang dan 37 orang terluka.
Angka tersebut belum termasuk insiden yang terjadi pada 24 Desember 2023 di kawasan IMIP.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan secara umum jumlah kasus kecelakaan di sektor pertambangan tidak mengalami penurunan yang signifikan dalam lima tahun terakhir.
Tahun 2022 merupakan yang tertinggi di antara tahun-tahun lainnya dengan jumlah 378 kejadian yang menyebabkan 62 orang meninggal.
Di sisi lain, Kementerian ESDM juga melaporkan adanya penurunan frekuensi kecelakaan kerja, termasuk tingkat keparahan cedera dalam lima tahun terakhir.
Baru-baru ini, BBC News Indonesia juga menerima laporan adanya kecelakaan kerja di kawasan IMIP pada akhir Maret silam. Rikman, buruh yang sedang mengangkat blok panel, terjepit jarinya karena tak kuasa menahan beban berat.
Hasil rontgen menunjukkan sobekan besar dan dalam sehingga ia mendapat delapan jahitan.
Selain itu, dalam laporan terbarunya, Walhi Sulawesi Tengah melaporkan adanya kecelakaan lalu lintas di dalam kawasan IMIP pada 7 April silam yang menyebabkan 10 orang luka.

‘Lelah sebelum bekerja’

Saat jam masuk kerja, sekitar pukul 06.00 WIT, Jalan Trans-Sulawesi yang menjadi satu-satunya akses bagi ribuan buruh di IMIP sangat padat hingga “macet total”.
Ini merupakan “makanan sehari-hari” yang dihadapi para pekerja, kata Roesmanto, salah satu pengurus SBIPE yang juga bekerja di kawasan IMIP.
Namun, Roemanto punya strategi agar tidak telat masuk pabrik dengan memanaskan mesin motornya sejak adzan subuh berkumandang.
“Saya jam 05.05 WIT berangkat, pas selesai salat subuh. Itu pun jaraknya sekitar 12km,” katanya kepada BBC News Indonesia.
Sampai di parkiran sepeda motor, sekitar pukul 05.25 WIT, ia lalu berjalan kaki sekitar 10 menit menuju halte penjemputan pertama. Di sana, ia harus mengantre bus bersama ratusan karyawan lainnya.
Terdapat lebih dari 70.000 pekerja di kawasan Morowali Industrial Park.
“Kami biasa kalau berangkat antisipasi supaya tidak [kena] antrean panjang pagi-pagi itu. Tapi biasanya masih dapat antrean panjang. Busnya itu ada yang kadang 15 menit, 10 menit."
"Kalau lagi lama, lama, kalau lagi cepat, cepat. Enggak tentu,” kata Roemanto yang melanjutkan naik bus di halte transit kedua.
Sampai di pabrik sekitar pukul 6.10 WIT. Selama lima puluh menit berikutnya atau sebelum pukul 07.00 WIT, ia habiskan untuk sarapan, minum kopi dan bercakap dengan rekan-rekan kerjanya.
“Ada tempat istirahat. Ada ruangan khusus karyawan. Saya senang lebih cepat [sampai] di perusahaan, ada waktu jeda makan, ngopi apa kan."
"Tapi enggak semua. Ada teman yang ngepas waktunya datang [di jam kerja]. Tapi mereka nggak sempat sarapan,” tambah Roesmanto.
Ilustrasi pekerja mengenakan alat pelindung diri
Dalam pengalaman terlambat masuk, Roesmanto mengatakan lebih memilih berjalan kaki dibandingkan harus mengantre bus.
“Sudah lelah sebelum kerja, karena mengejar itu tadi, mengantre panjang berdiri lama. Kita mengejar tidak terlambat, karena [kalau terlambat] ada potongan poin,” katanya.
Kondisi lelah sebelum bekerja ini juga menjadi perhatian SBIPE, karena dapat memicu kecelakaan kerja.
Ketua SBIPE, Henry Roods Jebbs yang saat ini masih aktif menjadi salah satu karyawan di kawasan IMIP menilai: “Penyediaan infrastruktur berupa jalan yang memang tidak diperhitungkan sejak awal oleh IMIP. Ini masuk menjadi masalah bagi buruh”.
Baca Juga:
“Buruh itu memang sudah capek di awal, karena kondisi jalan yang jelek, ditambah lagi dengan macet. Kemudian kedua, masih saja antre panjang di halte-halte yang sudah disediakan di kawasan IMIP,” kata Henry.
Dalam wawancara kepada BBC, Henry mengatakan sejumlah seruan di Hari Buruh selain bantuan yang harus diberikan kepada keluarga korban, dan kelelahan pekerja, ada juga isu upah murah yang ia sebut, “tidak sesuai dengan tingkat hidup layak yang ada di Morowali”.
Salah satu komponennya adalah tunjangan perumahan yang nilainya sudah tidak relevan dengan harga kekinian.
“Contoh, tidak ada kos-kosan yang harganya Rp600.000 itu Morowali, sehingga Rp600.000 yang ditetapkan uang perumahan di Morowali oleh IMIP, itu keliru."
"Harga kos-kosan di pasaran itu Rp1,5 juta. Standar Rp2-3 juta per bulan,” jelas Henry.
Lokasi kawasan PT IMIP di Sulawesi Tengah.
Selain itu, Henry juga menyuarakan temuan “hubungan ketenagakerjaan fleksibel yang tidak menjamin status tenaga kerja buruh”. Artinya, kata dia, seorang karyawan bisa saja dimutasi di perusahaan lain secara sepihak di kawasan IMIP.
Seperti diketahui, PT. IMIP bertugas mengelola Kawasan Industri Morowali yang di dalamnya ada sekitar 18 perusahaan.
Perusahaan-perusahaan ini memiliki tiga klaster pengolahan nikel yang masing-masing memproduksi baja nirkarat, baja karbon, dan komponen baterai kendaraan listrik.
Isu mutasi buruh dari satu pabrik ke pabrik lainnya ditemukan SBIPE saat melakukan pendampingan dua karyawan yang di-PHK.
“Karena beda badan hukumnya. IMIP itu bertanggung jawab atas persoalan ini. Kalau terus dibiarkan, maka yakin kami dari SBIPE akan terus mempersoalkan,” kata Henry.

Apa kata PT. IMIP?

Dalam keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia, Kepala Divisi Media Relations PT. IMIP, Dedy Kurniawan, membantah penempatan kerja buruh dikatakan sepihak.
"Bukankah di dokumen penempatan kerja itu karyawan bersangkutan setuju dan ikut bertandatangan? Lalu bagaimana bisa dikatakan sepihak jika seperti itu," kata Dedy.
Ia juga mengatakan persoalan tata ruang yang berada di luar kawasan IMIP merupakan kewenangan penuh pemerintah. Hal ini terkait dengan kemacetan yang menjadi pandangan sehari-hari di kawasan IMIP.
"PT IMIP tak memiliki hak atau kewenangan untuk melakukan perubahan atau perbaikan [jalan]," tegas Dedy.
Buruh di seputaran PT IMIP.
"Untuk membantu mengurai kemacetan sekaligus memudahkan karyawan masuk kerja, PT IMIP sudah menyediakan tujuh pintu masuk yang lokasinya disesuaikan dengan tempat-tempat konsentrasi kos-kosan karyawan di desa-desa yang ada di Kecamatan Bahodopi," ujarnya kemudian.
Ia melanjutkan, saat ini ada sekitar 12 serikat buruh yang ada di kawasan PT. IMIP. SBIPE adalah serikat terbaru yang mendaftar setelah insiden kebakaran terjadi di PT. ITSS.
Dedy bilang, persoalan tunjangan perumahan dan transportasi merupakan bagian dari komponen struktur skala upah (SSU) penggajian yang disepakati dan ditandatangani oleh serikat buruh, PT IMIP dan Dinas Tenaga Kerja Morowali.
"Pada saat itu, SBIPE belum ada di Morowali sehingga tidak ikut menandatangani kesepakatan soal SSU tersebut," katanya.
Kawasan PT IMIP difoto dari udara.
Selain itu, kata Dedy, PT IMIP sudah berkomitmen tetap mempekerjakan para karyawan yang menjadi korban ledakan tungku smelter PT. ITSS.
"Bahkan bagi para korban yang meninggal, diberikan kebijakan untuk memasukkan anggota keluarganya bekerja di dalam kawasan IMIP," tambah Dedy.
Ia mengakui mayoritas keluarga penyintas adalah orang yang tidak bekerja. Dari seluruh korban, hanya ada dua orang keluarga penyintas yang bekerja. "Dan itu diberikan kompensasi oleh perusahaan," kata Dedy.

Setelah ledakan tungku smelter PT. ITSS

Ledakan tungku smelter PT. ITSS yang berada di kawasan IMIP telah menyita perhatian publik. Evaluasi dan perbaikan dalam isu K3 perlu menjadi pekerjaan bagi semua pihak.
Sejauh ini, kasus ledakan tungku smelter PT. ITSS kemungkinan sudah masuk ke meja hijau, sebagaimana dilaporkan Tribunnews.
Dua warga China inisial ZG (41) dan Z (35) ditetapkan sebagai tersangka karena polisi menemukan adanya unsur kelalaian dan pelanggaran keamanan keselamatan kerja (K3) dalam ledakan tersebut.
BBC News Indonesia telah meminta penjelasan terkait dengan audit dan pengawasan serta rekomendasi pascaledakan terkait isu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dari sejumlah pejabat Kementerian Tenaga Kerja. Akan tetapi, hingga berita ini diterbitkan mereka belum memberikan tanggapan.
Buruh dari SBIPE saat melakukan aksi solidaritas dengan penggalangan dana untuk keluarga dan penyintas ledakan tungku smelter PT. ITSS.
Namun, menurut laporan Dinas Ketenagekerjaan Sulawesi Tengah, unsur kelalaian dalam insiden ledakan PT. ITSS ini antara lain disebabkan oleh pekerja pengelasan yang tetap diminta memperbaiki tungku meskipun tidak memiliki sertifikat.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Tengah Arnold Firdaus mengatakan mulai bulan ini pihaknya akan intensif melakukan pemeriksaan dan pengawasan di kawasan-kawasan industri nikel.
Bukan hanya IMIP, pihaknya juga akan menjalankan fungsi pengawasan di kawasan PT.BTIIG (Baoshuo Taman Industry Invesment Group), PT. GNI (Gunbuster Nickel Industri), dan PT. Vale.
Dalam pengawasannya, kata Arnold, pihaknya meminta perusahaan-perusahaan di bidang pengolahan tambang ini meningkatkan level kepatuhan terhadap manajemen K3.
“Dia juga harus punya sertifikat SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)"
Wahyudin S Lamampara, 39, saat bekerja di kawasan PT IMIP. Ia menjadi korban meninggal dalam insiden kecelakaan kerja.
"Ini intensitas bulan depan, anggota saya di lapangan bisa lebih fokus pembinaan untuk penataan lebih baik manajemen K3 di sana, termasuk PT. ITSS itu termasuk prioritas kita juga,” kata Arnold.
Kembali ke ruang perawatan Larry, tempat Sri Suharti sebagai ibu setiap detik menemani anaknya sampai pulih.
Sebagai orang tua dari penyintas insiden kecelakaan kerja, ia berpesan di momentum Hari Buruh Internasional kejadian yang menimpa Larry tidak berulang lagi.
“Karena harapan orang tua itu bukan karena harap gaji dari anak, itu tidak. Tapi orang tua memikirkan masa depan mereka jangan sampai ada terjadi kecelakaan yang kedua kali yang dialami anak saya," kata Sri.
"Jujur kalau pikir, soal uang itu mungkin soal kedua, dibanding dengan nyawa anak kita."