Putus Hubungan dengan Taiwan, Nikaragua Dikirim 1 Juta Vaksin Covid oleh China

Konten Media Partner
14 Desember 2021 9:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengiriman pertama vaksin Sinopharm dari China telah tiba di Nikaragua.
zoom-in-whitePerbesar
Pengiriman pertama vaksin Sinopharm dari China telah tiba di Nikaragua.
Nikaragua telah menerima satu juta vaksin Covid dari China, beberapa hari setelah negara di Amerika Tengah itu memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan beralih ke Beijing.
Para pejabat Nikaragua kembali dari kunjungan ke China pada hari Minggu (12/12) waktu setempat untuk mengabarkan sumbangan vaksin dari China itu.
Sedangkan media lokal menyiarkan cuplikan pesawat Air China mendarat dengan 200.000 dosis pertama vaksin Sinopharm.
Para pejabat mengatakan mereka "sangat bersyukur" bisa memulihkan hubungan dengan Beijing.
"Kami kembali dengan kabar baik bahwa kami telah membawa sumbangan satu juta vaksin ini kepada orang-orang Nikaragua," kata Laureano Ortega Murillo, putra presiden Nikaragua Daniel Ortega dan salah satu penasihatnya.
Saat ini, hanya 38% dari total populasi orang dewasa di Nikaragua yang divaksinasi lengkap, tetapi setidaknya 67% telah menerima dosis pertama.
Pesawat Air China membawa vaksin covid buatan China.
Beralihnya hubungan negara Amerika Tengah itu kepada Beijing sejak pekan lalu mengecewakan pihak berwenang Taiwan. Pejabat di Taipei mengatakan "sangat sedih" bahwa Nikaragua telah "mengabaikan persahabatan bertahun-tahun".

Jumlah negara pendukung Taiwan berkurang

Taiwan sebelumnya telah menjadi mitra dagang penting bagi Nikaragua. Namun pekan lalu, presiden Nikaragua menyatakan bahwa mereka kini mengakui Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China.
"Nikaragua hari ini memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan tidak lagi memiliki kontak atau hubungan resmi," kata Kementerian Luar Negeri Nikaragua pekan lalu, sambil menambahkan bahwa negara itu "mengakui hanya ada satu China."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, memuji keputusan Nikaragua itu dengan menyebutnya "pilihan yang tepat...sejalan dengan tren global" sembari menambahkan bahwa hal itu "mendapat dukungan rakyat."
Beijing selama ini melihat Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri untuk dipersatukan kembali dengan China daratan suatu hari nanti.
Namun, Taiwan menyatakan diri sebagai negara merdeka yang diperintah secara demokratis, meskipun tidak pernah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan dari daratan.
"Tidak ada tekanan eksternal yang dapat menggoyahkan komitmen kami terhadap kebebasan, hak asasi manusia, supremasi hukum dan untuk bermitra dengan komunitas demokrasi internasional sebagai kekuatan untuk kebaikan," kata Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menanggapi manuver Nikaragua itu.
China berkeras bahwa setiap negara yang menginginkan hubungan diplomatik formal dengannya harus melepaskan hubungan mereka dengan Taipei.
Daftar sekutu diplomatik Taiwan - yang sebagian besar adalah negara-negara Pasifik dan Amerika Latin - telah menyusut dari 21 menjadi 14 sejak Presiden Tsai menjabat pada 2016.
Namun akhir-akhir ini AS dan sekutunya telah menyatakan retorika yang semakin kuat untuk mendukung pulau itu - dan ini meningkatkan ketegangan dengan Beijing.

Mengundang kritik dari AS

Departemen Luar Negeri AS juga mengkritik keputusan Nikaragua yang pindah hubungan ke China. Bagi Washington, mengatakan keputusan itu tidak mencerminkan keinginan rakyat Nikaragua karena pemerintahnya tidak dipilih secara bebas.
Pemilu Nikaragua beberapa waktu lalu telah dikritik oleh kalangan pengamat sebagai kurang legitimasi secara demokratis, menyusul laporan bahwa beberapa calon presiden penantang Ortega telah ditahan.
"Tanpa mandat dari pemilihan yang bebas dan adil, tindakan [Presiden Nikaragua Daniel Ortega] tidak dapat mencerminkan kehendak rakyat Nikaragua," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.
Dia juga menyerukan "semua negara yang menghargai institusi demokrasi" untuk "memperluas keterlibatan dengan Taiwan". Komentar itu muncul saat AS pekan lalu mengadakan KTT Demokrasi selama dua hari, dengan mengundang Taiwan - bukan Beijing.
Sementara itu, negara anggota Uni Eropa, Lithuania, juga membuka kedutaan de facto di Taiwan bulan lalu, sehingga mendorong China untuk menurunkan tingkat keterlibatan diplomatiknya dengan negara itu sebagai protes.