Siapa Sosok Pendukung Prabowo yang Ditembak 'Di Kantong NU' Madura?

Konten Media Partner
27 Desember 2023 8:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Siapa Sosok Pendukung Prabowo yang Ditembak 'Di Kantong NU' Madura?

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendukung calon presiden Prabowo Subianto yang ditembak dua pria yang bersepeda motor di Sampang, Madura, adalah "bekas anggota TNI". Polisi diminta mengungkap motif di balik serangan itu. Madura adalah salah-satu kantong Nahdlatul Ulama (NU) di Jatim yang suaranya diperebutkan tiga calon presiden di Pemilu 2024.
Kakak korban penembakan di Sampang, Madura, mengklaim adiknya “tidak punya masalah” dengan siapapun dan “memohon” polisi untuk mengungkap kasus ini sampai tuntas.
Pengamat mengatakan jika penegakan hukum “tidak berjalan baik”, kasus kekerasan di Sampang ini berpotensi menimbulkan “ketidakpuasan” dan eskalasi “tindakan yang tidak diharapkan”.
Keluarga korban mengaku tidak menaruh curiga pada pihak manapun terkait insiden penembakan oleh orang tidak dikenal yang melukai Muarah, laki-laki berusia 50 tahun, warga Dusun Karang Barat, Banyuates, Sampang, pada Jumat (12/22) lalu.
Muarah, menurut keluarganya, pernah menjadi anggota "Marinir" (TNI Angkatan Laut), namun kemudian "berhenti".
Terkait motif politik yang dikait-kaitkan dalam kasus ini, keluarga mengaku menyerahkannya kepada pihak kepolisian.
“Pihak keluarga sebetulnya tidak tahu apakah ini terkait dengan politik atau tidak. Kemungkinan yang mempunyai analisa itu nanti pihak kepolisian karena kasus ini saya sudah serahkan ke pihak yang berwajib,” kata Marrah, kakak korban, yang ditemui oleh wartawan Ahmad Musthofa Azany yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (26/12).
Isu pemilu santer dikaitkan dengan kasus penembakan ini karena Muarah disebut-sebut merupakan pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran, yang kemudian juga dibenarkan oleh pihak keluarga.
Dikonfirmasi secara terpisah, Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Dirmanto mengatakan “sampai saat ini tidak ada kaitannya dengan pemilu atau politik.”
“Tunggu saja, penyidik masih bekerja,” kata Dirmanto kepada BBC News Indonesia.
Dosen Pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia (PHUI) Titi Anggraini mengingatkan pihak kepolisian untuk melakukan proses penegakan hukum yang sesuai prosedur agar tidak terjadi “tindakan-tindakan yang tidak diharapkan”.
“Supaya peristiwa ini tidak tereskalasi ke mana-mana, makanya penting proses penegakan hukum yang responsif, profesional, terbuka dan akuntabel, sehingga masyarakat bisa memahami duduk masalahnya dengan lebih jernih,” kata Titi.
Dia juga meminta semua pihak, termasuk masyarakat dan peserta pemilu untuk menghormati proses hukum dan tidak melakukan provokasi. Sebab, belum diketahui secara pasti apakah kasus ini berhubungan dengan politik atau “kriminal murni”.
Seperti kawasan pesisir utara di Jawa Timur, Madura disebut sebagai kantong atau basis warga Nahdlatul Ulama (NU) - ormas Islam terbesar di Indonesia. Mereka inilah yang menjadi incaran tiga calon presiden guna mendongkrak perolehan suara mereka dalam Pilpres 2024.

Bagaimana kronologinya?

Kasi Humas Polres Sampang Ipda Sujianto mengatakan insiden penembakan itu terjadi ketika Muarah sedang duduk-duduk di depan sebuah warung atau toko yang berada di Dusun Mandeman Daya.
Muarah duduk bersama dengan tiga orang lainnya.
Tiba-tiba dari arah selatan datang dua orang menggunakan sepeda motor menghampiri mereka.
“Langsung berhenti, langsung melakukan penembakan terhadap korban dua kali, langsung pergi,” kata Sujianto kepada wartawan Ahmad Musthofa Azany yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Sampai Selasa (26/12), dua pelaku itu masih dalam perburuan polisi.
Barang bukti sudah diamankan, kata Sujianto, dan sejumlah saksi sudah diperiksa.
Sujianto juga mengatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan motif penembakan, apakah terkait dengan pemilu atau tidak, sebab proses penyidikan masih berjalan.
Sementara itu, situasi di lokasi penembakan dinyatakan “kondusif dan tidak ada masalah”, tetapi peristiwa tersebut tetap menjadi “atensi” aparat.
“Pengamanan khusus tidak ada, cuma kami secara rutin melakukan patrol di lokasi kejadian, lalu kami memberikan himbauan-himbauan, sosialisasi kepada masyarakat, terkait kejadian itu,” tambah Sujianto.

Siapa sosok Muarah?

Muarah dinyatakan mengalami luka serius akibat timah panas yang mengenai bagian pinggangnya. Kondisinya sudah membaik, setelah menjalani operasi pengambilan proyektil di RSUD dr Soetomo, Surabaya, kata polisi.
Marrah, kakak Muarah, mengaku tidak menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi pada adiknya karena menurut dia adiknya tidak memiliki masalah dengan siapapun.
“Baik itu dari pihak organisai, kelompok, tokoh masyarakat, saya yakin kalau di sekitar Banyuates, adik saya tidak punya masalah. Makanya saya tidak mengira itu bisa terjadi,” ujar Marrah.
Laki-laki berusia 53 tahun itu bahkan menyebut adiknya sebagai “tokoh yang mempunyai jiwa mengayomi masyarakat”.
Muarah disebut kerap membantu warga dan “memberikan arahan jalan yang terbaik untuk masyarakat Banyuates”.
Pihak keluarga meminta polisi “serius menangani kasus ini” agar tidak terjadi kasus serupa di masa mendatang.
“Lain dengan pembunuhan seperti celurit, pisau, dan sebagainya, ini berisiko, ini yang tidak bisa dibiarkan. Kalau ini dibiarkan sampai ini tidak terungkap, saya tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi pembunuhan pakai senpi [senjata api],” kata Marrah.
Abdurohim, tetangga dekat Muarah, menggambarkan laki-laki itu sebagai “tokoh masyakarat yang disegani”, yang kerap membantu permasalahan warga di Banyuates.
“Dari masyarakat sendiri prihatin karena kan yang bener-bener ditokohkan. Masyarakat bisanya cuma mendoakan, semoga cepat sehat jasmani dan rohani,” ujarnya.

Bagaimana tanggapan tim Prabowo?

Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran Rosan Roeslani membenarkan bahwa Muarah merupakan relawan capres-cawapres Prabowo-Gibran.
"Kami terus berkoordinasi dengan Kapolri, Panglima TNI, dan Aparat Pemda untuk memastikan pelakunya ditindak dan kejadian yang sama tidak terulang lagi di manapun di seluruh Indonesia," kata Rosan, dilansir dari Detik.com.
Prabowo juga sudah buka suara terkait insiden ini, mengatakan pihaknya menanti hasil penyelidikan dan pengungkapan motif dibalik peristiwa penembakan itu.
Tim Penasihat Prabowo-Gibran Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoedin juga sudah menjenguk Muarah pada Senin (25/12) dan mengatakan kondisi relawan itu sudah membaik pascaoperasi.
“Untuk proses hukum, kita semua yakin dan percaya bahwa kepolisian akan mengambil langkah2 yang tepat untuk mengungkap dan membongkar kasus ini,” kata Sjafrie di depan awak media.

Jadi mitigasi

Menurut Dosen Pemilu FHUI Titi Anggraini, peristiwa penembakan terhadap Muarah menjadi pengingat buat kepolisian untuk lebih meningkatkan intensitas keamanan.
Pihak berwenang, kata Titi, harus semakin mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengindari cara-cara kekerasan dan merangkul tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menjadi bagian dari apa yang dia sebut “proses mendinginkan suasana” dan upaya pencegahan peristiwa-peristiwa serupa atau kekerasan lainnya.
“Saya kira tingkat pengamanan perlu dikuatkan, di saat yang sama komitmen peserta pemilu untuk menjaga pemilu damai itu harus terus ditagih, di saat yang sama pendukung jangan mudah terprovokasi karena isu ini akan mudah sekali diprovokasi dan provokasi itu akan memicu kekerasan baru. Jangan sampai terjadi provokasi-provokasi baru yang merugikan kita,” tandasnya.
Titi menegaskan segala potensi pemilu yang bisa memicu provokasi dan politisasi bisa dicegah dengan melakukan penegakan hukum yang professional, proporsional, dan akuntabel.
Kalaupun berkaitan dengan kontestasi politis, Titi menyebutnya “bersifat individual”.
Perempuan yang pernah menjadi direktur eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) itu menyebut Madura, tempat berlangsungnya penembakan terhadap Muarah, merupakan “daerah yang cukup rawan” berdasarkan indeks yang dikeluarkan kepolisian maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
“Di Pilkada pun seringkali terjadi pemungutan suara ulang. Di 2019 itu kalau tidak salah itu ada bentrok karena ingin berebut jadi saksi, warga di Sampang tertembak. Jadi, sekali lagi penegakan hukum harus dilakukan sesuai koridornya agar tidak menimbukkan kecurigaan bahwa ada unsur politis,” kata Titi menjelaskan.

Bukan kasus penembakan pertama di Sampang

Seperti yang dikatakan Titi, pada 2019 lalu, di Sampang, tepatnya di Dusun Tapaan Tengah, Desa Tapaan, Banyuates, juga terjadi insiden penembakan.
Diberitakan Detik.com, pada April 2019 pukul 09.45 WIB, kelompok yang dipimpin seseorang bernama Muara, berencana mengambil mandat saksi dari Caleg Hanura Dapil IV bernama Farfar di TPS 7 Dusun Tapaan Tengah, Desa Tapaan, Banyuates, Sampang.
Widjan, Kades Ketapang Daya yang diserahi mandat untuk menjadi saksi Farfar, dan pihaknya protes dengan Tindakan kelompok Muara.
Peristiwa ini mengakibatkan bentrok antara massa dari Widjan yang membawa senjata tajam dengan massa dari kelompok Muara yang membawa senjata tajam dan senjata api.
Dalam bentrok itu, Mansur, salah satu anggota kelompok Widjan, tertembak. Peluru mengenai tangan kiri Mansur dan dia langsung dibawa ke Rumah Sakit Ketapang.
Polisi menangkap lima orang pelaku dari kelompok Muara.
BBC News Indonesia bertanya kepada Polda Jatim apakah Muara yang terlibat kasus penembakan pada 2019 lalu merupakan Muarah yang sama, yang kini jadi korban penembakan, tetapi pihak Polda Jatim tidak menjawabnya.
Hal yang sama juga ditanyakan kepada Polres Sampang. Kasi Humas Polres Sampang Ipda Sujianto menjawab, “Kalau Muarah, kayaknya sama, orang itu”.
Selain kasus penembakan terkait mandate saksi, Suara.com juga memberitakan kasus penembakan lainnya di Sampang, di tahun 2018.
Pada November 2018, polisi menyatakan telah menangkap pelaku penembakan Petugas Pemungutan Suara (PPS) Pemilu 2019 yang bernama Subaidi. Korban merupakan warga Desa Tamberu Timur, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang.
Pelaku penembakan bernama Idris, berusia 30 tahun, warga Desa Tamberu Laok, Kecamatan Sokobanah.
Polisi mengungkapkan motif penembakan itu karena pelaku tersinggung dengan unggahan korban, terkait pelaku, di sosial media.
Pada 11 Desember 2023, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Imam Sugianto menyebutkan lima daerah yang dipetakan sangat rawan pada Pemilu 2024 terdiri dari empat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, serta Pasuruan Kota.
Penentuan daerah rawan itu didasarkan pada pengalaman Pemilu 2019.
---
Wartawan Ahmad Musthofa Azany di Sampang, Madura, berkontribusi dalam artikel ini.