Sudah 40 Tahun Lebih Bersiteru, Ada Apa di Balik Konflik Armenia dan Azerbaijan

Konten Media Partner
16 September 2022 20:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sudah 40 Tahun Lebih Bersiteru, Ada Apa di Balik Konflik Armenia dan Azerbaijan
zoom-in-whitePerbesar
Rangkaian bentrokan militer di sepanjang perbatasan Azerbaijan dan Armenia memicu kekhawatiran perang baru akan terjadi antara kedua negara.
Sejak akhir 1980-an, dua negara bekas negara republik Soviet itu bertempur memperebutkan teritori Nagorno-Karabakh, yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia dan puluhan ribu orang mengungsi.
Di mana Armenia dan Azerbaijan berada?
Kedua negara berada di selatan Kaukasus - pegunungan di Eropa Timur yang berbatasan dengan Asia, antara Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Azerbaijan memiliki populasi sebanyak 10,1 juta jiwa, kebanyakan dari mereka adalah Muslim.
Sementara Armenia memiliki populasi tiga juta jiwa dengan mayoritas penduduknya beragama Nasrani.
Azerbaijan memiliki hubungan yang erat dengan Turki, sedangkan Armenia dengan Rusia (kendati Rusia juga memiliki hubungan yang baik dengan Azerbaijan).
Pada 1923, Uni Soviet menjadikan Nagorno-Karabakh, yang mayoritas penduduknya warga Armenia, sebuah republik otonom Azerbaijan.
Sebagian besar dari 150.000 penduduk di kawasan itu saat ini adalah warga Armenia.

Bagaimana awal mula konflik antara Armenia dan Azerbaijan?

Pada 1988, warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mulai menuntut agar kawasan itu diperintah oleh orang Armenia. Hal ini memicu ketegangan antaretnis.
Pada 1991, ketika wilayah tersebut secara resmi menyatakan kemerdekaan, perang pecah antara Armenia dan Azerbaijan.
Perang itu mengakibatkan sekitar 30.000 korban jiwa dan ratusan ribu orang lainnya mengungsi.
Pasukan Azerbaijan menembakkan artileri ke wilayah Armenia pada pertempuran yang terjadi pada 2020.
Pada 1993, Armenia telah menguasai Nagorno-Karabakh dan banyak wilayah sekitarnya di Azerbaijan.
Pada tahun 1994, Rusia menengahi gencatan senjata.
Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, tetapi sejak itu sebagian besar diperintah oleh separatis yang mendeklarasikan diri sebagai republik, dijalankan oleh etnis Armenia, dan didukung oleh pemerintah Armenia.
Perang antara Armenia dan Azerbaijan kembali berkorbar antara September dan November 2020.
Kali ini, Azerbaijan - yang didukung oleh Turki - berada di atas angin dan mendapatkan kembali kendali penuh atas sebagian besar Nagorno-Karabakh.
Di tengah gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia, Armenia menarik pasukan dari sana dan hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah itu untuk memantau gencatan senjata.
Pemimpin kedua negara telah bertemu beberapa kali untuk menuntaskan perjanjian damai terkait Nagorno-Karabakh, tetapi tidak berhasil.
Lebih dari 6.600 orang meninggal dunia dalam konflik yang terjadi pada 2020.

Apa konflik terbaru yang terjadi di sana?

Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran terjadi di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, yang disebut oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengakibatkan 49 tentara Armenia tewas.
Armenia mengeklaim pasukan Azerbaijan menyerang beberapa kota di dekat perbatasan negara itu dengan Azerbaijan.
Negara itu kemudian merespons apa yang disebut sebagai "provokasi skala besar".
Pemerintah Armenia menyebut Azerbaijan memicu konflik karena negara itu enggan bernegosiasi terkait Nagorno Karabakah.
Akan tetapi, Azerbaijan mengeklaim Armenia adalah yang pertama melakukan serangan.
Azerbaijan menuding Armenia melakukan aktivitas intelijen di sepanjang perbatasan dan menyerang pos militer Azerbaijan.

Bagaimana negara-negara lain merepons konflik terbaru?

Banyak negara khawatir akan pecahnya perang antara kedua negara di bekas wilayah Soviet di Eropa timur, selain perang di Ukraina.
Konflik ini dikhawatirkan bisa menarik negara-negara lain, seperti Rusia dan Turki.
Rusia mengatakan telah menegosiasikan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan, tapi bentrokan dilaporkan terus terjadi.
Seorang relawan Armenia menjalani latihan militer pada Oktober 2020.
Turki memihak Azerbaijan dan berkata pada Armenia untuk "menghentikan provokasi".
Prancis, yang saat ini menjabat sebagai presiden dewan keamanan PBB, telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas konflik tersebut.
Charles Michel, presiden Dewan Eropa, mengatakan dia telah melakukan kontak dengan Pashinyan dan presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Eropa berkepentingan untuk menjaga Azerbaijan dalam keadaan damai.
Seorang perempuan lansia berjaga di depan rumah di kota Stepanakert dengan senjata di tangannya.
Sebab, negara-negara Uni Eropa saat ini mengimpor delapan miliar meter kubik gas dari negara tersebut setiap tahun.
Perang di Ukraina membuat pasokan gas Rusia ke Uni Eropa menghilang dan membuat negara-negara Eropa kekurangan pasokan gas.
Baru-baru ini, Uni Eropa menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan untuk meningkatkan pasokan gasnya menjadi 12 miliar meter kubik pada 2023 dan 20 meter kubik pada 2027.
Namun, kesepakatan itu tergantung pada perusahaan migas asing yang berinvestasi di Azerbaijan untuk memastikan negara itu memiliki kapasitas untuk mengekspor gas dalam jumlah itu.

Analisis oleh Konul Khalilova, Editor BBC Azerbaijan

Ketika Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, bertemu dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, di Brussels pada akhir Agustus silam, keduanya berjabat tangan untuk pertama kalinya dan banyak orang optimistis dengan pembahasan kesepakatan damai yang mereka setujui dimulai.
Tak ada yang mengira bahwa pertempuran dengan skala seperti sekarang pecah begitu cepat.
Armenia berkata Azerbaijan menyerang wilayah tenggara negara itu; Azerbaijan membantah telah masuk wilayah Armenia, dan berkata operasi militer yang mereka lakukan adalah pembalasan atas "tindakan subversif skala besar" yang dilakukan Armenia.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan (kiri), Presiden Dewan Eropa Charles Michel (tengah) dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev (kanan) melakukan rangkaian pertemua untuk membahas perdamaian kedua negara tahun ini.
Sebagian besar pertempuran antara dua bekas republik Soviet sejak kemerdekaan mereka terjadi di Nagorno-Karabakh, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar penduduknya - dan diperintah oleh - etnis Armenia.
Namun, konflik yang terjadi pekan ini terjadi 200 kilometer dari Karabakh.
Wilayah Armenia di mana konflik terjadi secara strategis adalah wilayah penting, sebab area itu memisahkan wilayah Azerbaijan dengan wilayah eksklave negara itu, Nakhichevan, sebidang tanah yang berbatasan dengan Turki.
Azerbaijan ingin membuka koridor melalui wilayah Armenia ke Nakhichevan, dan nantinya Turki - rencana yang sepenuhnya ditolak oleh Perdana Menteri Pashinyan.
Tidak pernah ada kesepakatan bersama tentang di mana tepatnya letak perbatasan Azerbaijan dan Armenia, karena keduanya saling berperang tak lama setelah mereka merdeka usai runtuhnya Uni Soviet.