Tolak Kebijakan Nol-COVID China, Warga Guangzhou Mengamuk Kena Lockdown

Konten Media Partner
17 November 2022 10:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebagian warga Guangzhou rusuh menjungkirbalikan kendaraan polisi.
zoom-in-whitePerbesar
Sebagian warga Guangzhou rusuh menjungkirbalikan kendaraan polisi.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stephen McDonell
BBC News, melaporkan dari Beijing
---
Sekelompok warga di kota industri, Guangzhou, China bagian selatan, berusaha meloloskan diri dari wajib karantina wilayah alias lockdown. Mereka bentrok dengan polisi karena kemarahan sudah memuncak menyusul kebijakan pembatasan guna mencegah penularan virus corona.
Rekaman dramatis menunjukkan beberapa orang menjungkirbalikan kendaraan polisi dan merobohkan pembatas khusus - yang digunakan untuk membatasi mobilitas warga. Tim antihuru-hara telah dikerahkan di daerah tersebut.
Di tengah kemerosotan ekonomi, kebijakan nol-Covid di China kini berada di bawah tekanan yang besar.
Ketegangan telah meningkat di kawasan Distrik Haizhu, yang saat ini warganya berada dalam perintah agar tetap berada di rumah.
Wilayah ini adalah rumah bagi banyak buruh lepas yang miskin. Mereka mengeluh tak akan mendapat uang kalau tidak bekerja dan kekurangan makanan, di tengah melonjaknya biaya hidup di bawah kebijakan pengendalian Covid.
Selama beberapa malam, mereka bertikai dengan petugas penegak disiplin Covid berpakaian putih. Kemudian pada Senin malam, kemarahan warga tiba-tiba meledak sampai ke jalan-jalan Guangzhou dengan aksi pembangkangan massal.
Lagi-lagi, rumor yang tidak berdasar mengambil peran penting di balik itu semua.
Desas-desus yang menyebar adalah perusahaan tes Covid telah memalsukan hasil PCR. Dengan jumlah kasus yang tinggi artinya perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan.
Di bagian utara negara itu, rumor serupa juga telah memberi tekanan.
Pejabat di Provinsi Hebei mengumumkan bahwa kota Shijiazhuang akan menghentikan tes Covid secara massal. Tapi itu justru menimbulkan spekulasi bahwa populasi di sana akan digunakan sebagai kelinci percobaan. Mereka dipantau apa yang akan terjadi kalau virus dibiarkan menyebar tanpa terkendali.
Diskusi isu ini telah muncul di platform media sosial dengan tagar #ShijiazhuangCovidprevention.
Guangzhou kena lockdown setelah terjadi lonjakan kasus Covid baru-baru ini.
Banyak penduduk setempat yang panik, lalu menimbun obat-obatan China yang disebut bisa membantu mengatasi infeksi Covid. Persediaannya di kota disebut hampir habis untuk saat ini.
Kabar burung serupa yang viral telah menyebabkan buruh secara besar-besaran minggat dari kawasan industri Foxcoon di pusat kota Zhengzou dua pekan lalu. Hal ini telah memukul rantai pasok global iPhones, Apple.
Pemerintah daerah di seluruh China sedang berjuang untuk mempertahankan pendekatan nol-Covid tanpa merusak ekonomi mereka. Namun, angka penjualan dari pabrik dan retail menunjukkan dampak yang menghancurkan akibat pandemi, dan kebijakan pemerintah dalam menanggulanginya.
Tidak ada satu pun provinsi yang melaporkan adanya nol kasus dalam beberapa hari terakhir.
Sekitar 20 juta orang di jantung kota besar Chongqing, China bagian barat, telah dikenakan kebijakan lockdown yang ironisnya oleh orang-orang disebut sebagai "manajemen statis sukarela". Ini karena, meskipun belum ada pengumuman resmi, penduduk diperintahkan untuk tetap berada di dalam rumah oleh petugas setempat.
Baca Juga:
Di dunia internet terdapat lelucon bahwa pemerintah kota Chongqing tidak ingin mengumumkan lockdown di hari yang sama ketika langkah-langkah pelonggaran nol-Covid di seluruh China diumumkan.
Karena upaya penanganan Covid masih mendominasi di sini, bahkan perubahan kecil dalam cara mengelolanya bisa menyebabkan kekhawatiran dan kepanikan.
Pada awal pekan ini, pejabat di distrik Chaoyang, Beijing, memutuskan untuk menutup banyak posko tes Covid di pinggir jalan, dan memindahkannya ke wilayah perumahan warga. Artinya, posko PCR makin berkurang. Masalahnya adalah banyak perkantoran yang membutuhkan hasil harian dari tes Covid itu untuk pegawainya, atau mereka tidak bisa masuk kerja.
Jadi, dari posko yang dibuka, antreannya makin panjang.
Dari buruh yang terperangkap di Tibet - yang berunjuk rasa agar bisa meninggalkan Lhasa - sampai lockdown di seluruh wilayah Xinjiang, kebijakan nol-Covid tidak berjalan mulus.
Serangkaian perubahan yang diumumkan pekan lalu telah sedikit mengurangi aturan nol-Covid. Hal ini dipandang akan lebih banyak pelonggaran yang mungkin terjadi. Tapi kalaupun pemerintah mempertimbangkan melonggarkannya, ini mungkin tidak dilakukan secara buru-buru.