Menyatukan Bangsa dengan Sampah

Bergerak Indonesia Bebas Sampah
Wadah partisipasif yang memfasilitasi peran serta multi-pihak dalam menjawab tantangan persoalan sampah di Indonesia.
Konten dari Pengguna
3 Januari 2017 18:51 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bergerak Indonesia Bebas Sampah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desain ucapan selamat tahun baru (Foto: Dokumen pribadi)
Kenangan buruk itu masih melekat di benak kita.
ADVERTISEMENT
Pada 2005, gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, longsor. Sebanyak 143 nyawa terkubur limbah bikinan manusia dan 137 rumah di Desa Batujajar Timur, Kabupaten Bandung ikut tertimbun kolom sampah setinggi 30 meter—hampir seperempat tinggi Tugu Monas. 
12 tahun kemudian, belum ada perkembangan yang signifikan akan persoalan persampahan di Indonesia. Alih-alih, pada 2016 kembali terjadi longsoran sampah di TPA Sumurbatu, Bekasi, Jawa Barat. 
Indonesia dalam dua tahun terakhir juga punya reputasi buruk mengenai sampah. Negeri ini dikenal sebagai penyumbang sampah plastik kedua terbesar ke lautan dunia. Indonesia menjadi warga dunia yang berada dalam keadaan darurat sampah.
Tumpukan sampah di pinggir pantai (Foto: Rahmad)
Namun, harapan itu ada.
Cakupan persoalan yang sedemikian luas membuat sampah dapat menjadi salah satu alat pemersatu bangsa. Meski masih banyak tantangan yang dihadapi terkait isu persampahan di Indonesia, tentu kita tidak akan membiarkan warga dunia akan merasakan dampaknya. 
ADVERTISEMENT
Perlu kita ingat, usaha kita bersama pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2015 menghasilkan kolaborasi 61 kolaborator dari 21 kabupaten dan kota di Indonesia.
Pada 2016, dalam http://bergerak.bebassampah.id terdata 1024 komunitas dari 155 kabupaten dan kota ikut bergerak pada HPSN 21 Februari 2016 yang menghasilkan Deklarasi Bebas Sampah untuk seluruh Indonesia. 
Sampah bertebaran di salah satu pantai Sumbar (Foto: Arif Pribadi)
Kolaborasi massal pun terjadi setelah deklarasi itu. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, artis, media, dan berbagai individu yang memiliki kepedulian terkait persoalan sampah, serentak melakukan kerja bakti nasional di masing-masing wilayah.
Kolaborasi masal yang menakjubkan tersebut dilanjutkan dengan usaha berkelanjutan dengan diselenggarakannya Jambore #BebasSampah2020 pada 2-4 September 2016 lalu di Solo.
ADVERTISEMENT
Saat itu berkumpul 234 delegasi penggerak dan penggiat persampahan dari 22 provinsi di Indonesia yang mengidentifikasi tiga belas isu utama persampahan di Indonesia.
Ke-13 isu utama persampahan di Indonesia yaitu pendidikan, sampah di tanah atau ruang yang tidak semestinya, strategi pengurangan sampah, sampah organik, keberlanjutan, teknologi, pergerakan dan kegiatan yang menyenangkan, penegakkan hukum, kelembagaan, wilayah- wilayah dengan akses terbatas, terpencil, terluar, sampah anorganik, biaya dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pinjaman dari Masa Depan
Kita perlu mengingat kembali dan merefleksikan apa saja yang sudah kita pinjam dari masa depan anak cucu kita.
Kita perlu memikirkan apa tindakan nyata untuk lingkungan Indonesia dan dunia.
Selagi masih ada harapan, selagi masih ada kesempatan. Mari kita bersatu dan terus bergerak untuk Indonesia #BebasSampah2020.
ADVERTISEMENT
How to celebrate New Year's eve without waste (Foto: Dokumen pribadi)
Inisiatif Indonesia #BebasSampah terbentuk dari semangat kerelawanan dan kolaborasi dari berbagai masyarakat yang peduli untuk mewujudkan cita-cita Indonesia #BebasSampah2020 tanpa adanya kepentingan Suku, Agama, Ras, Golongan, dan Politik (SARAP) apapun.
Bersama-sama seluruh entitas yang memiliki kepedulian terhadap isu persampahan kita akan kembali bergerak!