Argumen Logis: Pilar Keberadaan Rasional

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Mahasiswa Doktoral Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
Konten dari Pengguna
10 Juni 2024 9:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi arrgumen dalam keseharian, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi arrgumen dalam keseharian, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam diskusi sehari-hari apalagi dalam lingkungan pendidikan, sering kali orang mendapati diri terlibat dalam argumen yang beraneka ragam, mulai dari perdebatan ringan dengan teman hingga diskusi serius di ruang kelas, atau di kantor tempat belajar dan bekerja. Argumen dalam Merriam-Webster (2024) didefinisikan sebagai (1) alasan yang diberikan untuk mendukung atau menentang suatu masalah yang sedang dibahas; (2) suatu bentuk ekspresi retoris yang dimaksudkan untuk meyakinkan atau membujuk.
ADVERTISEMENT
Argumen-argumen dalam realitas jika diklasifikasi tidak serupa satu sama lain. Terdapat perbedaan mendasar antara argumen biasa, argumen retoris, dan argumen logis. Eksplorasi pentingnya argumen logis sebagai pilar keberadaan rasional sangat diperlukan.
Pertama-tama dimulai dengan pemahaman mengenai argumen biasa. Dalam analisis Postigo, Foster, Hardy (2015) argumen biasa seringkali melibatkan pertukaran pendapat yang tidak selalu didasarkan pada logika atau fakta yang jelas. Seringkali, argumen dipengaruhi oleh subjektivitas dan perasaan pribadi, sehingga kurang memiliki struktur kuat. Contohnya, perdebatan tentang tim sepak bola favorit atau preferensi makanan tertentu.
Ilustrasi argumen retoris, upaya menarik perhatian para pendengar, sumber: Pexels.
Kedua, terdapat argumen retoris. Menurut Postigo, Foster, Hardy (2015) argumen retoris merupakan upaya untuk membujuk dengan cara menarik emosi pendengar. Dalam retorika, keberhasilan argumen diukur dari seberapa baik argumen tersebut mampu menggerakkan pendengar agar menerima atau mengikuti pandangan tertentu. Emosi seperti ketakutan, harapan, atau kemarahan sering digunakan sebagai alat persuasi yang kuat. Misalnya, seorang politikus mungkin menggunakan retorika untuk menimbulkan ketakutan akan perubahan demi meraih dukungan.
ADVERTISEMENT
Ketiga argumen logis yang berisikan alasan-alasan tertentu. Berbeda dengan kedua jenis argumen tersebut, argumen logis menurut Postigo, Foster, Hardy (2015) beroperasi di atas landasan yang berbeda. Inti dari argumen logis adalah memberikan alasan yang kuat dan valid untuk mendukung suatu kesimpulan tanpa terpengaruh oleh emosi atau usaha untuk membujuk. Tujuan utama dari argumen logis adalah menunjukkan kebenaran atau validitas kesimpulan melalui premis-premis yang saling mendukung secara rasional.
Dalam argumen logis, kekuatan argumen terletak pada struktur dan hubungan antara premis dan kesimpulan. Contohnya, jika premis "Semua manusia akan mati" dan "Joni adalah manusia" keduanya diterima sebagai benar, maka kesimpulan "Joni akan mati" adalah sebuah kesimpulan logis yang tidak dapat dibantah berdasarkan premis-premis tersebut.
Ilustrasi argumen logis yang disertai premis-premis, dan kesimpulan rasional, sumber: Pexels.
Keutamaan argumen logis terletak pada kemampuan dalam mengklarifikasi dan menyelesaikan perdebatan dengan cara rasional. Dengan mengesampingkan emosi dan fokus pada alasan yang objektif, argumen logis mampu memberikan pencerahan yang lebih jelas tentang suatu isu. Selain itu, dalam konteks ilmiah dan filosofis, argumen logis adalah alat yang esensial dalam mengeksplorasi kebenaran dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia.
ADVERTISEMENT
Meskipun argumen logis mungkin tidak selalu berhasil membujuk orang yang lebih dipengaruhi oleh emosi, mereka tetap memainkan peran penting dalam mendidik dan memperkaya diskusi intelektual. Sebuah argumen logis yang baik mungkin tidak serta merta membuat seseorang berubah pikiran, tetapi ia menanam benih pemikiran kritis yang dapat tumbuh seiring waktu.
Sebagai catatan akhir, dalam dunia yang sering kali didominasi oleh suara keras dan emosi yang menggebu, argumen logis menawarkan alternatif yang tenang dan rasional. Dengan menekankan alasan yang objektif dan struktur yang koheren, argumen logis membedakan dirinya dari argumen biasa dan retoris yang sering kali bersandar pada emosi. Sebagai pilar keberadaan rasional, argumen logis mengajak orang berpikir lebih kritis dan mempertimbangkan kebenaran dengan cara yang lebih mendalam dan terstruktur.
ADVERTISEMENT