Signifikansi Key Performance Indicator dan Training Leader Karya Pendidikan

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Mahasiswa Doktoral Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
Konten dari Pengguna
22 Januari 2024 10:12 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi KPI, dan Training Leader dalam konsep dan rencana. Sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi KPI, dan Training Leader dalam konsep dan rencana. Sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tanggal 22 Januari 2024, yayasan persekolahan Notre Dame Jakarta melaksanakan kegiatan studi banding ke Perkumpulan Strada (selanjutnya disebut Strada) yang berfokus pada Key Performance Indicator (KPI) dan Training Leader. Rombongan yang terdiri dari 15 orang tiba di lokasi mencerminkan komitmen dan antusiasme mereka guna memahami lebih lanjut serta meningkatkan aspek-aspek kunci yang berkaitan dengan kinerja dan kepemimpinan di lingkungan pendidikan. Kehadiran mereka tidak hanya menjadi suatu acara biasa, melainkan suatu kesempatan berharga untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman antar-lembaga pendidikan.
ADVERTISEMENT
Penerimaan hangat tuan rumah memberikan nuansa positif dan ramah, menciptakan atmosfer kolaboratif yang mendukung tujuan bersama. Dalam konteks pengembangan lembaga pendidikan, tema yang diangkat mengenai KPI dan Training Leader menjadi hal yang krusial. Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya terkait dengan kurikulum dan fasilitas fisik, tetapi juga melibatkan aspek manajemen, evaluasi kinerja, dan pembinaan kepemimpinan.
Oleh karena itu, kegiatan studi banding ini tidak hanya sekadar kunjungan, melainkan langkah proaktif dalam menjalin kerja sama, menggali inovasi, dan menciptakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan berkelanjutan lembaga pendidikan di masa depan.
KPI dan Training Leader itu penting, mengingatkan saya pada sebuah film yang diluncurkan tahun 1981. Quest for Fire, sebuah karya sinematik yang luar biasa, muncul sebagai pengaburan batas antara fantasi dan realitas. Dibuat oleh produser Perancis yang berbakat, Jean-Jaques Annaud, film ini tidak hanya menjadi proyek biasa, melainkan sebuah pencapaian luar biasa yang memenuhi impian seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
Dalam eksklusif wawancara, Annaud menceritakan bahwa obsesinya selalu terpaut pada keinginan untuk merayakan penemuan api, sebuah peristiwa monumental yang terjadi 80.000 tahun lalu dan telah menyelamatkan planet Bumi dari kepunahan yang tak terbayangkan. Quest for Fire bukan sekadar film biasa; ia adalah perjalanan epik melintasi zaman prasejarah yang memperlihatkan perjuangan manusia untuk bertahan hidup, menggambarkan betapa pentingnya api dalam evolusi peradaban.
Namun, api tidak hanya menjadi simbol keberhasilan manusia dalam bertahan hidup; ia juga mencuat dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan bisnis. Seiring berjalan waktu, api telah menjadi metafora untuk semangat inovatif dan kreatif yang diperlukan dalam menjaga vitalitas lembaga-lembaga, termasuk di dalamnya lembaga pendidikan.
Pendidikan, sebagai tonggak pembentukan generasi penerus, membutuhkan "api" yang tak pernah padam untuk menjaga semangat dan keinginan untuk berkembang di masa silam, sekarang, dan di masa depan. Lembaga pendidikan yang telah berusia ratusan tahun seharusnya mampu menjaga kobaran semangat inovatif, kreatif, dan kolaboratif agar dapat terus mengembangkan sekolah-sekolah yang mereka pimpin.
ADVERTISEMENT
Lembaga-lembaga pendidikan bersejarah yang telah berusia hampir satu abad atau lebih seharusnya mempertahankan "api" semangat agar tidak kehilangan daya tarik yang dimiliki. Mereka perlu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan dan pengembangan ide-ide baru, menjadikan sekolah-sekolah mereka sebagai pusat inovasi pendidikan.
Dengan begitu, mereka dapat terus memimpin dalam mencetak generasi penerus yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga siap menghadapi perubahan dunia dengan kreativitas dan keberanian. Dengan memelihara "api" ini, lembaga-lembaga pendidikan dapat menjalani peran mereka sebagai pionir dalam membentuk masa depan pendidikan global.
Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dalam memelihara semangat dan meningkatkan kinerja lembaga adalah dengan mengenal dan menerapkan KPI. Strada, sebuah lembaga yang sebentar lagi akan merayakan seratus tahun pada tanggal 24 Mei 2024, telah mengadopsi KPI sebagai alat evaluasi yang komprehensif. Selama tiga tahun terakhir, Strada menjadi tempat studi banding banyak lembaga pendidikan terkait bagaimana mengukur dan memahami kinerja lembaga secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Studi banding mencakup tata kelola yang efektif, pengembangan personalia, manajemen keuangan yang bijak, penjaminan mutu, dan bagaimana menilai kinerja karyawan. Adopsi KPI dalam karya pendidikan menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa lembaga ini tetap relevan dan responsif terhadap tuntutan zaman.
Dalam KPI, terdapat juga pengukuran kinerja individu dan lembaga. Berdasarkan konsep Armstrong dan Baron (1998), yang dikutip dalam Febrinata, Budijanto, & Iftadi (2014), pengukuran kinerja bukanlah sekadar evaluasi, melainkan strategi dari pendekatan terpadu. Tujuannya bukan hanya untuk mencapai keberhasilan organisasi dalam jangka pendek, tetapi juga untuk menciptakan keberlanjutan dengan meningkatkan kinerja individu dan tim di dalamnya. Strada telah memahami konsep ini dengan baik, menjadikan KPI secara bertahap sebagai salah satu pilar utama dalam mencapai keberhasilan berkelanjutan selama hampir satu abad.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pengukuran kinerja individu, dan/atau lembaga perlu memperhatikan dua aspek kunci: hasil dan sikap kerja karyawan. Hasil atau produk yang dihasilkan oleh karyawan menjadi indikator jelas tentang sejauh mana kinerja mereka berada. Dengan memperhatikan tingkat keberhasilan karyawan dalam menghasilkan produk atau kinerja tertentu, lembaga dapat mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan atau penguatan.
Sementara itu, sikap kerja mencerminkan karakter dan kualitas individu dalam menjalankan fungsi pekerjaan sehari-hari, baik di lingkungan kerja. Strada telah menyadari bahwa keseimbangan antara hasil dan sikap kerja merupakan kunci utama dalam mencapai kinerja yang optimal di tingkat individu, yang pada giliran akan mendukung keseluruhan kinerja lembaga. Dengan demikian, memahami dan menerapkan KPI, khususnya Evaluasi Kinerja Individu (EKI), menjadi langkah kritis untuk memastikan api semangat lembaga tetap menyala dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mendukung pengembangan EKI (Edukasi, Kaderisasi, dan Implementasi) yang berkualitas, keberadaan seorang Training Leader menjadi sangat penting. Training Leader bertugas untuk membimbing, melatih, dan mengembangkan kader-kader yang nantinya akan menjadi pemimpin di berbagai level kepemimpinan di lembaga pendidikan. Salah satu metode yang umum digunakan dalam proses kaderisasi pimpinan berjenjang, di mana individu mengikuti berbagai tahapan pengembangan kepemimpinan.
Contoh nyata dari upaya pengaderan berjenjang adalah Kursus Kepemimpinan Sekolah (KKS). KKS dirancang untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepemimpinan kepada peserta selama periode pelatihan yang dapat berkisar antara enam bulan hingga satu tahun, tergantung pada kebijakan yayasan atau dinas yang menyelenggarakan.
KKS dianggap sebagai pintu masuk awal dalam pengembangan kader kepemimpinan, di samping jenis pengaderan lain seperti studi khusus tingkat Master (S-2), Kursus Pimpinan, dan Pembinaan Lanjut yang memberikan kesempatan bagi pemimpin mengasah keterampilan kepemimpinan melalui pendidikan yang lebih tinggi dan program pelatihan yang lebih mendalam. Melalui pendekatan berjenjang ini, diharapkan suatu karya pendidikan dapat menghasilkan pemimpin dalam karya pendidikan yang kompeten dan berkualitas untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, signifikansi penerapan KPI membuktikan bahwa peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya terkait dengan aspek kurikulum dan fasilitas fisik semata, melainkan juga melibatkan aspek manajemen dan evaluasi kinerja. Sementara itu, keberadaan Training Leader menjadi elemen kunci dalam pembinaan kepemimpinan. Melalui peran Training Leader, lembaga pendidikan dapat menghasilkan kader-kader yang berkualitas, siap untuk menghadapi tantangan kompleks di dunia pendidikan. Dengan demikian, aspek KPI dan Training Leader menjadi fondasi yang kokoh dalam mengarahkan lembaga pendidikan menuju peningkatan kualitas holistik.