3 Barongsai dan 1 Liong Meriahkan Cap Go Meh di Coyudan Solo

Konten Media Partner
19 Februari 2019 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu warga Solo saat memberikan angpao yang kemudian diambil liong. (Foto : Fernando Fitusia)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu warga Solo saat memberikan angpao yang kemudian diambil liong. (Foto : Fernando Fitusia)
ADVERTISEMENT
Solo - Selasa, 19 Februari 2019 merupakan hari yang bertepatan dengan tanggal 15 bulan 1 Imlek atau yang dikenal dengan nama Cap Go meh. Cap go meh sendiri merupakan rangkaian akhir dari kegiatan tahun baru Imlek. Perayaan Cap Go Meh sendiri sudah berjalan di Kota Solo hampir lebih dari 12 tahun. Setiap perayaan Cap Go Meh di Solo selalu ada barongsai dan liong yang keliling di jalan.
ADVERTISEMENT
“Kebetulan ini saya mendapatkan rute di daerah Coyudan dan sekitarnya, adalagi yang di daerah Klenteng Pasar Gede dan sekitarnya. Tujuan keliling di jalan ini adalah untuk melestarikan kesenian liong dan barongsai. Kita juga mengharapkan seperti cerita-cerita bahwa jalan yang dilewati barongsai dan liong ini akan membawa berkah. Tapi yang jelas tujuan utama kami adalah memberikan hiburan kepada masyarakat Kota Solo. Jadi masyarakat tidak perlu kemana-mana hari ini, liong barongsai akan lewat di depan rumah mereka,” tutur Aji Candra selaku Rohaniawan Konghuchu dan juga Pembina dari barongsai Tri Pusaka.
Liong saat melewati sepanjang Coyudan, Solo. (Foto : Fernando Fitusia)
Untuk perayaan Cap Go Meh di Solo ini memiliki rute dari Klenteng Poo An Kiong Coyudan kemudian masuk ke Jalan Kalilarangan lalu menyusuri tembok Baluwarti, Pasar Klewer kemudian dilanjutkan sepanjang Coyudan sampai nanti istirahat yang pertama dirumah Pak Joko Gudang Garam. “Hari ini hanya ada 1 liong, karena 1 liong dibawakan oleh 9 orang pemain. Ada juga 3 barongsai dimana satu barongsai dibawakan oleh 2 orang pemain, hanya saja kalau barongsai bisa diganti pemainnya. Dimana saya sudah memiliki 60 personil. Terdiri dari berbagai usia yaitu pelajar kelas 3 SD sampai ada juga pemain yang sudah mempunyai anak,” papar Aji Candra.
ADVERTISEMENT
Aji Candra berharap supaya masyarakat bisa menerima dan bisa mengerti bahwa liong dan barongsai itu sudah menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Karena setiap tahun pasti ada lomba dan sebagainya. “Kemarin tanggal 15 anak-anak liong saya juga kembali untuk yang kelima kalinya meraih juara satu di festival liong seJawa Tengah. Jadi satu kebanggaan tersendiri bagi saya,” tambah Aji Candra.
Warga Solo yang berada di Jalan Dr Radjiman No 52 sedang berfoto bersama barongsai. (Foto : Fernando Fitusia)
Kebanyakan dari masyarakat Solo sudah menerima kehadiran barongsai. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah angpao yang dipasang di depan rumah maupun di depan toko mereka. Jadi, dalam setiap kegiatan imlek itu ada fitrah yang dimasukkan ke dalam amplop merah atau angpao. Nah, fitrah itu merupakan wujud daripada kebersamaan, kebahagiaan wujudnya lewat angpao, dimana ini nanti dibagikan kepada anak-anak pemain barongsai.
ADVERTISEMENT
Terpisah, salah satu warga Solo yang memberikan angpao bernama Cicilia memaparkan bahwa,” Acaranya ini bagus dan ini merupakan acara orang Tionghoa tetapi berlangsung secara meriah dan bagus. Lagipula orang juga suka menonton barongsai. Harapannya semoga tahun ini semakin sukses,” papar Cecilia. “Semoga tahun ini dan tahun berikutnya lebih sukses, lebih baik lagi, daripada sebelumnya, lebih meriah lagi ya, “ papar Ibu Ali ditemui terpisah sesaat setelah menyaksikan aksi barongsai di Jl. Dr. Radjiman, Solo. /Fernando Fitusia