Batik Tulis Difabel Solo Mendunia, Banyak Orang Berdecak Kagum
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 19:17 WIB
Tulisan dari Tim Bengawan News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
BOYOLALI – Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh Dunia. Tak sedikit kota-kota di Indonesai memproduksi batik, Mulai dari batik tulis dan juga batik cap. Untuk bisa membatik diperlukan kemampuan dan kesabaran yang lebih.
ADVERTISEMENT
Ayu Tri Handayani membuat orang berdecak kagum. Terlahir hanya memiliki kaki dan tangan yang tak sempurna membuatnya tak gentar belajar membatik. Perempuan kelahiran Solo, 9 Februari 2019 mengawali belajarnya dari sekolah YPAC Solo.
Melihat kondisi fisiknya yang kurang sempurna membuat perempuan berusi 28 tahun ini merasa tidak percaya diri. Namun, setelah melalui proses adaptasi, kini ia mampu mengepakkan karya-karyanya ke tingkat nasional.
“Dulu waktu kecil suka minder enggak percaya diri dengan kondisi, tapi sekarang sudah enggak minder lagi.” Tuturnya saat ditemui Bengawan.News Kamis (14/2).
Sebelum menjadi seorang pembatik, Ayu dulunya belajar keterampilan dari mote. Namun, ketika dialihkan oleh pihak sekolah untuk belajar membatik akhirnya ia teruskan hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pembuatan batik, Ayu membutuhkan waktu tiga hingga empat bulan untuk menyelesaikan batik tulisnya. Meskipun sudah bertahun-tahun mendalami batik menggunakan kaki, tetapi berbagi macam kendala sering mendatanginya. Kendala yang sering dialaminya yaitu kakinya terkena tumpahan dari malam. Menurutnya, itu sudah menjadi hal yang wajar untuk bisa membuat batik.
Karya-karya yang ayu buat tidak perlu diragukan lagi. Jakarta dan Bandung menjadi saksi akan karyanya yang dipamerkan di berbagai event . Pameran yang terakhir kali ia ikuti pada tahun 2017 di Kota Kembang Bandung.
“ Seringnya ikut pameran, pamerannya di jakarta dan di Bandung. Waktu di Jakarta pernah dikunjungi oleh Ibu Ani Yudhoyono. “ ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam acara terebut Ibu Presiden ke-6 itu juga berpesan agar tetap terus menjalankan keterampilannya membatik dan bisa dijual ke luar daerah. Hingga sampai saat ada terdapat 12 macam karya batik yang ia buat.
Namun, untuk saat ini ayu lebih fokus pada pameran yang akan ia datangi. Kendala yang ayu alami saat ini merupakan tidak adanya teman untuk mewarnai batiknya. Meskipun begitu ayu tetap melayani pembelian lewat media sosial.
“Sekarang batiknya dirumah, kendala dalam pembuatan saat ini dalam pewarnaan sudah enggak ada yang membantu.”terangnya.
Selain itu ayu juga berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan anak-anak yang berkebutuhan khusus dan mengadakan acara-acara pameran. /Tara Wahyu Nor V