Beredar Video Abu Bakar Ba’asyir Akui Pancasila, Anaknya: Itu Prinsip Beliau

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 12:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkapan layar video ustaz Abu Bakar Ba'asyir. FOTO: Twitter @Khoirudib_26
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar video ustaz Abu Bakar Ba'asyir. FOTO: Twitter @Khoirudib_26
ADVERTISEMENT
SUKOHARJO - Pandangan umum mantan terpidana teroris Ustaz Abu Bakar Ba'asyir tentang Pancasila berubah. Kini Ba’asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pandangan Ba’asyir itu diketahui dari video yang diunggah akun Twitter @Khoirudib_26, Senin (01/08/2022).
“Indonesia berdasar Pancasila itu mengapa disetujui ulama, karena dasarnya tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini pun pengertian saya terakhir,” kata Abu Bakar dalam video itu.
Penampilan Ba’asyir dalam video itu juga berbeda. Ia tidak lagi mengenakan peci putih, tapi peci hitam khas Indonesia.
Putra Ba’asyir, Abdul Rochim, membenarkan isi video tersebut. Menurutnya video tersebut dibuat di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo saat Ramadan 2022 dalam acara buka puasa bersama.
“Jadi memang benar itu adalah video Ustaz Abu Bakar. Beliau menjelaskan tentang bagaimana beliau memandang Pancasila pada saat ini,” kata dia, saat ditemui di Pondok Pesantren Al Mukmin, Kamis (04/08/2022).
ADVERTISEMENT
Tangkapan layar video ustaz Abu Bakar Ba'asyir. FOTO: Twitter @Khoirudib_26
Rochim mengakui, dahulu ayahnya menentang ideologi Pancasila.
“Karena bertentangan dengan hukum-hukum Islam.”
Namun, lanjut dia, setelah melakukan penelaahan Pancasila bersama ulama-ulama untuk menerapkan Islam secara kaffah atau sempurna, Ba’asyir melihat sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa berprinsip ketauhidan.
“Kemudian beliau jelaskan ke masyarakat, agar tidak terjadi kesalahpahaman,” tutur dia.
Putra Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Rochim. FOTO: Agung Santoso
Rochim menegaskan, ayahnya tidak menolak konsep apapun asalkan tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam. Ba’asyir juga merupakan sosok dialektis dan siap berdiskusi dengan siapa saja.
“Itu prinsip beliau. Baginya pluralitas tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah pluralisme atau menganggap semua agama sama,” tandasnya.
(Agung Santoso)