Cerita Warga di Lereng Merapi, Tidak Boleh Mengeluarkan Suara bila Ada Bahaya

Konten Media Partner
18 November 2020 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi Siaga Level III sejak Kamis 5 November 2020. Sebelumnya, aktivitas Gunung Merapi meningkat pada tahun 2018
zoom-in-whitePerbesar
Status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi Siaga Level III sejak Kamis 5 November 2020. Sebelumnya, aktivitas Gunung Merapi meningkat pada tahun 2018
ADVERTISEMENT
BOYOLALI - Status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi Siaga Level III sejak Kamis 5 November 2020. Sebelumnya, aktivitas Gunung Merapi meningkat pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Tiga desa di Boyolali masuk sebagai zona merah yang terdampak Gunung Merapi, ketiga desa meliputi, Desa Tlogolele, Desa Klakah, dan Desa Jrakah.
Dukuh Stabelan yang berada di Desa Tlogolele dan hanya berjarak tiga kilometer dari puncak Merapi sebagian masih melakukan aktivitas seperti biasa. Bahkan masih ada beberapa masyarakat yang masih tinggal di rumah mereka.
Ada beberapa alasan yang dipercayai oleh masyarakat yang tinggal di sana untuk enggan meninggalkan rumah-rumah mereka. Salah satunya kepercayaan masyarakat sana adalah akan meninggalkan rumah atau mengungsi bila melihat kilatan cahaya di sekitar Gunung Merapi.
Tarno (38) warga Dukuh Stabelan mengaku masih sering pulang ke rumah yang jaraknya hanya tiga kilometer dari puncak Merapi. Bahkan setiap malam juga masih melakukan penjagaan bersama warga Dukuh Stabelan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau siang balik ke rumah, tapi juga sering ke Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS). Aktivitas masyarakat masih seperti biasa, tapi untuk kegiatan yang di ladang sudah tidak dilakukan lagi," ujar Tarno.
Tarno (38), salah satu warga Dukuh Stabelan
Tarno menceritakan, masyarakat Dukuh Stabelan akan meninggalkan rumah bila melihat kilatan cahaya yang berada di Gunung Merapi. Selain itu, mereka percaya bila arah kilatan cahaya itu menunjukkan awan panas mengarah.
"Kalau dulu orang tua bilang, Merapi mau erupsi tinggal menunggu kilatan petir dari puncak Merapi. Itu kiltan mengarah ke mana, itu menjadi arah luncurkan," ungkap Tarno.
Selain itu, hal dilakukan warga saat ada bahaya dari Gunung Merapi tidak menggunakan kentungan atau teriak. Warga meyakini bila mengeluarkan suara ramai atau mendengarkan suara kentungan jadi mengundang bahaya.
ADVERTISEMENT
"Kalau ada suara bahaya dari Gunung Merapi tidak boleh ada suara. Jadi di sini kalau ada bahaya ada yang lari, dari situ melihat ada yang lari, maka ada bahaya serta melambaikan tangan sebagai tanda. Dari nenek moyang kalau ada suara malah mengundang," paparnya.
Warga di Dukuh Stabelan sendiri, masih terus bersiaga bila sewaktu-waktu ada tanda-tanda dari Gunung Merapi. (Tara Wahyu)