Dalem Tumenggungan Solo yang Dibongkar Adalah Cikal Bakal Radio di Indonesia

Konten Media Partner
14 Januari 2023 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi eks bangunan cagar budaya, Pendopo Dalem Tumenggungan, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi eks bangunan cagar budaya, Pendopo Dalem Tumenggungan, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SOLO - Dibongkarnya Pendopo Dalem Tumenggungan di Jalan Ronggowarsito, Solo, sejak 3 bulan lalu menggugah keprihatinan pemerhati sejarah, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) L Nuky Mahendranata Nagoro.
ADVERTISEMENT
Saat dihubungi, Nuky kecewa dengan pembongkaran Pendopo Kepatihan di Dalem Tumenggungan yang berstatus cagar budaya tersebut.
Menurutnya, bangunan tersebut sangat bersejarah. Bahkan menjadi pemancar radio pertama milik pribumi, sebelum akhirnya radio-radio bermunculan usai Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
“Pendopo ini menjadi bagian dari Solose Radio Vereneging (SRV) tahun 1933. Pemancarnya dibantu oleh Mangkunegara tahun 1934,” ungkap Nuky.
Selain menjadi pemancar radio pertama, lanjut Nuky, sejarah lain yang mengiringi Dalem Tumenggungan adalah disiarkannya pentas tari putri Mangkunegara VII, Raden Ajeng Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemo Wardhani atau yang dikenal Gusti Nurul, pada tahun 1936.
“Gusti Nurul menari di Istana Negara Jakarta di hadapan Bung Karno. Tapi gamelannya di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo. Gamelan Kanyut Mesem dimainkan lalu dipancarkan secara langsung menjadi pengiring Gusti Nurul yang berada di Jakarta. Waktu itu teknologi pemancar radio termasuk yang cukup mutakhir," tuturnya.
Fondasi baru terpasang di lokasi bekas pendapa Dalem Tumenggungan, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
Nuky menjelaskan, pembangunan Dalem Tumenggungan diinisiasi Mangkunegara III. Namun dulunya belum berbentuk seperti pendopo.
ADVERTISEMENT
"Pendopo dibuat seperti yang terakhir kita lihat itu ketika pada masa pemerintahan Mangkunegara VII.”
Pendopo tersebut dibangun untuk pertemuan pejabat pemerintahan Mangkunegaran yang menggunakan sistem monarki parlementer.
“Di Mangkunegaran sendiri pemerintahan dijalankan oleh patih yang kemudian diberi tempat di Dalem Tumenggungan. Diberi nama Dalem Tumenggungan karena memang pangkatnya Tumenggung," tandasnya.
(Fernando Fitusia)