Gibran dalam Buku 'Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis'

Konten Media Partner
30 Oktober 2020 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahmad Bahar, penulis buku Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis. Ia mengangkat pencalonan putra sulung presiden ini karena Gibran menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan, tapi bagian dari peristiwa budaya bukan peristiwa politik
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Bahar, penulis buku Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis. Ia mengangkat pencalonan putra sulung presiden ini karena Gibran menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan, tapi bagian dari peristiwa budaya bukan peristiwa politik
ADVERTISEMENT
SOLO - Majunya putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wali Kota Solo dituangkan dalam buku Menang Ora Opo-opo Kalah Yo Uwis atau dalam bahas Indonesia, 'Menang Tidak Apa-apa dan bila Kalah Tidak Perlu Malu'.
ADVERTISEMENT
Buku itu ditulis oleh Ahmad Bahar, ia mengangkat pencalonan putra sulung presiden ini karena Gibran menjadi seorang tokoh yang layak dibicarakan, tapi bagian dari peristiwa budaya bukan peristiwa politik.
Ahmad Bahar menyebutkan bahwa buku yang digarapnya selama enam bulan ini menyajikan kupasan ringan sosok seorang Gibran dengan fenomenanya.
Ahmad Bahar sendiri pernah menulis buku tentang Presiden Republik Indonesia (RI) Jokowi dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin.
"Di sini saya tegaskan, ini bukankah sebuah biografi. Namun, ini hanya opini dan kajian terbuka. Dalam buku ini, Gibran saya tulis sebagai peristiwa budaya," ujarnya, Jumat (30/10).
Dalam ulasan buku yang akan diluncurkan resmi pada tanggal 3 November 2020 mendatang, menjabarkan Gibran sebagai sosok milenial yang banyak melampaui pakem yang sudah ada jauh sebelumnya. Salah satunya yaitu rekomendasi dia sebagai Calon Wali Kota Solo.
ADVERTISEMENT
"Dalam prosesnya (pencalonan) banyak yang dilangkah, dengan mendapatkan restu langsung dari Ibu Mega. Fenomena inilah yang saya jabarkan yakni (sosok) Gibran sebagai peristiwa budaya," imbuhnya.
Sosok Gibran menjadi pembicaraan saat memutuskan untuk maju dalam bursa pencalon Wali Kota Solo. Gibran, perwakilan milenial, simbol tentang masa depan, dan salah satu bibit, calon pemimpin masa depan.
"Itu bisa dimulai dari sekarang. Kalau saat ini (pencalonan Wali Kota Solo) latihan, ya boleh saja," ucapnya.
Buku karangan Ahmad Bahar yang memiliki nama pena, Juminem ini setebal 153 halaman dan ada beberapa bagian-bagian sub judul. Cetakan pertama dibuat 15.000 eksemplar. Dalam salah satu sub judul buku ini berisi tentang ‘Uwis Wayahe’ dalam hal ini diulas bahwa sosok Gibran muncul mungkin sudah waktunya anak muda tampil di muka (sebagai calon).
ADVERTISEMENT
"Tapi masalahnya kenapa harus anak muda yang merupakan anak dari Jokowi. Apakah yang lain tidak ada yang lebih hebat dan mampu, hanya saja ada daya tarik dan data lebihnya, karena dia anak dari seorang presiden," tandasnya. (Tara Wahyu)