Imigrasi Surakarta Deportasi 9 Warga Negara Asing

Konten Media Partner
30 Desember 2019 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Imigrasi saat melakukan Jumpa Pers, Senin (30/12). (Tara Wahyu)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Imigrasi saat melakukan Jumpa Pers, Senin (30/12). (Tara Wahyu)
ADVERTISEMENT
SOLO - Kantor Imigrasi Kelas I (TPI) Surakarta, selama tahun 2019 telah mendeportasi 9 Warga Negara Asing (WNA). Kesembilan WNA itu telah melanggar pasal 78 yang melebihi masa berlaku tinggal yang telah diberikan atau over stay.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan langsunh oleh Plt Kepala Seksi Intelijen, Lucky Budi Darmawan, dimana 9 WNA melebihi izin tinggal dari waktu yang telah ditentukan.
"9 Orang yang di deportasi itu terdiri dari negara Jepang, India, Tanljikistan, Cina, Jerman, Yaman, Malaysia, Amaerika serikat dan Denmark," ujar Lucky, saat Jumpa Pers. Senin (30/12).
Lucky juga mengungkap, jumlah WNA yang di deportasi tahun 2019 ini dinilai lebih sedikit dari tahun 2018 yang mencapai 11 orang.
Lebih lanjut, Lucky juga memaparkan ada 2 WNA yang sedang ditangani pihak yang berwajib. Salah satu dari WNA terlibat kasus pencurian, over stay dan kasus ini sudah ditangani Polresta Surakarta.
"Dua warga asing ditangani pihak Polresta Surakarta pertama itu karena pencurian yang juga over stay. Berhubung masih ditangani pihak yang berwajib maka di selesaikan dulu setelah itu baru di deportasi," ungakpnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk pembajakan film di salah satu Mall di Kota Solo dilakukan oleh mahasiswa asal Tajikstan. Namun untuk kasus yang ini ternyata belum terbukti bersalah.
Kepala Imigrasi Kelas I (TPI) Surakarta, Said Ismail, mengungkap Kantor Imigrasi telah menerbitkan 64.855 paspor dengan rinciannya 1964 paspor 24 halaman, 62.082 paspor 48 halaman dan 809 E-paspor 48 halaman.
Sementara itu, Said mengungkap 5 negara yang memegang izin tinggal WNA terbanyak.
"Lima negara pemegang izin tinggal WNA terbanyak pertama Cina, kedua India, ketiga Korea Selatan, keempat Thailand dan Timor Leste," ujar Said.
(Tara Wahyu)