Jawab Sindiran DPR, Ahok Ungkap Alasan Pertamina Masih Menjual Premium

Konten Media Partner
8 April 2021 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat mengunjungi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, Rabu malam (07/04)
zoom-in-whitePerbesar
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat mengunjungi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, Rabu malam (07/04)
ADVERTISEMENT
SOLO-Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkap alasan yang membuat bahan bakar jenis premium masih beredar di Indonesia. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
Ahok mengatakan bahwa pihaknya memiliki program langit biru untuk mengajak masyarakat meninggalkan bahan bakar jenis premium. "Secara kualitas kurang baik," katanya saat ditemui di Solo, Rabu malam (07/04/2021).
Saat ini sudah banyak masyarakat yang beralih menggunakan bahan bakar pertamax maupun pertalite yang memiliki tingkat polusi lebih rendah. Masyarakat juga sudah merasakan keunggulan dari bahan bakar itu.
"Kalau mau menggunakan pertalite atau pertamax lebih hemat sebetulnya. Kendaraan sekarang dirancang bukan untuk (menggunakan) premium," katanya.
PT Pertamina juga secara bertahap sudah mengurangi penjualan premium. Dia mencontohkan, saat ini premium sudah tidak lagi beredar di DKI Jakarta. Namun kebijakan tersebut tidak bisa diterapkan secara serentak di semua daerah.
"Di beberapa daerah lain masih membutuhkan," kata Ahok. Dia beralasan kondisi ekonomi masyarakat membuat pihaknya harus menyediakan bahan bakar dengan harga yang bisa lebih terjangkau. "Makanya ini (dikurangi) bertahap," kata dia.
ADVERTISEMENT
Alasan penjualan premium itu diungkapkan menjawab sindiran Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah yang mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang masih menggunakan premium.
“Di dunia ini cuma republik kita ini yang pakai premium ya kayaknya. Kenapa kita masih pakai premium, masih kita yang pakai premium?” ujar Said saat Rapat Dengar Pendapat dengan pemerintah, Pertamina, dan PLN membahas subsidi energi, Rabu (7/4).
(Tara Wahyu)