Keluarga Korban Tewas Tidak Terima, Mertua Heran dengan Penjagaan Tahanan

Konten Media Partner
5 November 2020 10:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Korban Ali Mabub (28) yang tewas karena diduga dianiaya sesama tahanan
zoom-in-whitePerbesar
Korban Ali Mabub (28) yang tewas karena diduga dianiaya sesama tahanan
ADVERTISEMENT
SOLO - Kematian tahanan bernama Ali Mabub (28) karena dianiaya membuat keluarganya tidak terima. Bahkan duka mendalam dirasakan keluarganya yang selama ini tinggal di RT 01/ RW 04, Kelurahan Joyotakan, Serengan, Solo. Setidaknya ini diungkapkan Painah (64) mertua Ali, Rabu (04/11).
ADVERTISEMENT
"Kalau meninggalnya karena sakit keluarga bisa menerima ya Mas, soalnya wajar. Lah, ini dianiaya. Anak saya sampai tidak doyan makan. Kepikiran terus masa depan anaknya. Intinya keluarga minta kasus ini diusut tuntas," tegas Painah.
Ketika ditemui di rumahnya, korban Ali sewaktu hidup bersama istri, empat anaknya serta mertuanya ini di RT 01/ RW 04, Joyotakan. Bahkan menurut Painah lebih lanjut jika anak mantunya tak lain korban ini selalu berkelakuan baik dengan siapa pun.
Ali yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga demi memenuhi kehidupan keluarganya, apalagi anak-anaknya masih kecil dan inilah membuat keluarga juga tidak terima Ali meninggal dunia dengan cara tak wajar.
"Kalau menikah sama anak saya tahun berapa lupa saya, tapi sudah punya anak 4, paling besar umur 5 tahun, paling kecil perempuan, umur 4 bulan. Aslinya dari Madura," terang Painah.
ADVERTISEMENT
Painah menuturkan, Ali sendiri bekerja di sebuah koperasi sebagai pegawai sebelum akhirnya tersandung kasus penggelapan. Pihak keluarga awalnya tidak tahu kalau Ali telah meninggal dunia, tapi ada tiga anggota Polsek Wonosari mendatangi rumah Rabu (28/10) pagi.
Keluarga korban saat dijumpai di kediaman mereka di RT 01/ RW 04, Kelurahan Joyotakan, Serengan, Solo
Anggota kepolisian tersebut awalnya mengabarkan apabila Ali dipindahkan dari tahanan Polsek ke tahanan Polres Klaten. Namun polisi juga menyampaikan bahwa Ali masuk angin, sehingga Septiyani istri korban diminta datang ke Polres untuk melihat kondisi suaminya. Septiyani awalnya mengajak Painah, ibunya, tapi pihak kepolisian menyarankan mengajak seorang laki-laki saja.
"Akhirnya, adik iparnya yang diajak. Hanya sorenya, anak saya Septiyani memberi kabar kalau suaminya sudah meninggal dunia sambil menangis," ungkap Painah.
Painah dengan kondisi panik meminta bantuan RT setempat untuk membantu pengurusan rumah bila sewaktu-waktu jenazah dipulangkan.
ADVERTISEMENT
Dengan dikuatkan hati, akhirnya Painah mengajak putra pertamanya menyusul Septiyani ke Polres Klaten untuk mengetahui kejadian sebenarnya. Sesampainya di Polres, Painah juga diperlihatkan rekaman CCTV tahanan. Dari rekaman terlihat detik-detik Ali dianiaya tahanan lainnya.
"Pokoke dipukuli, ditendangi, enggak cuma satu dua orang saja, banyak Mas, jumlahnya berapa saya tidak tahu. Sempat marah saya sama petugasnya, lah ini kantor polisi apa tidak diawasi tahanannya. Lah yang jaga di mana. Ini manusia juga lho, Mas. Tapi emosi saya redam sama anak saya," imbuh Painah.
Usai mengurus surat menyurat, jenazah Ali lantas dibawa pulang ke rumahnya untuk disemayamkan. Setelah itu, jasad Ali langsung dimakamkan di TPU Kampung tidak jauh dari rumahnya. (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT