Kesetrum saat Praktik Lapangan, Pelajar di Klaten Kehilangan Kedua Tangan

Konten Media Partner
4 Maret 2021 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Alfian Fahrul Nabila, pelajar salah satu SMK di Klaten
zoom-in-whitePerbesar
Alfian Fahrul Nabila, pelajar salah satu SMK di Klaten
ADVERTISEMENT
KLATEN-Jalan Alfian Fahrul Nabila (18) dalam menggapai cita-citanya menjadi seorang ahli komputer sungguh berat. Namun, dia tidak patah semangat. Pelajar asal Dusun Dalem, Desa Sawit, Kecamatan Gantiwarno, Klaten ini tetap berusaha menyelesaikan sekolahnya meski harus kehilangan kedua tangannya dalam kecelakaan kerja saat menjalani program Praktik Kerja Lapangan (PKL).
ADVERTISEMENT
Peristiwa tragis itu terjadi tepat setahun lalu. Saat itu pelajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Klaten itu tengah menjalani program PKL yang wajib diikuti oleh siswa kelas XI. Dia pun mengikuti program magang itu di sebuah perusahaan jaringan komputer.
Saat itu Alfian mendapat tugas memasang sebuah antena wifi di salah satu desa di Kecamatan Wedi, Klaten. Naas, pipa besi yang sedang dipegangnya tiba-tiba ambruk. "Ambruk mengenai kabel listrik sehingga kesetrum," kata Alfian saat ditemui di rumahnya, Rabu (03/03/2021).
Kejadian itu membuat Alfian tidak sadar hingga semalam. Saat siuman, dia tidak bisa menggerakkan tangannya. Luka bakar akibat kesetrum membuat darahnya menggumpal.
Alfian menjalani operasi hingga 6 kali selama 1,5 bulan selama dirawat di rumah sakit. Pada operasi yang pertama dilakukan pembedahan jaringan, operasi yang kedua pembersihan jaringan tangan kanan.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu dokter bilang harus ambil tindakan amputasi karena tangan sudah mulai menghitam," Ucapnya. Selang dua minggu pasca operasi amputasi tangan kanan, Alfian juga menerima kenyataan bahwa tangannya yang kiri juga harus di amputasi.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Wagimin (55) dan Tri Ismani (45) sempat kehilangan rasa percaya diri dan memilih mengurung diri dalam rumah. Beruntung, setelah menjalani rehab, kepercayaan dirinya mulai pulih.
Kini, dia sudah bisa kembali mengikuti pelajaran di sekolah yang digelar secara daring. Semangatnya untuk menjadi ahli komputer tidak padam. "Sekarang sedang mengikuti rehab untuk pemasangan tangan palsu," kata ayahnya, Wagimin.
(Tara Wahyu)