Ketika Anak Berkebutuhan Khusus Menjadi Petugas Upacara

Konten Media Partner
16 September 2019 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Siswa berkebutuhan khusus atau inklusi MI Muhammadiyah Kartasura melaksanakan upacara di halaman sekolah. (Fernando Fitusia)
SOLO - Sebanyak 22 anak berkebutuhan khusus atau inklusi merasakan menjadi petugas upacara yang diadakan di halaman sekolah MI Muhammadiyah Kartasura, Senin (16/09). Anak-anak inklusi yang terdiri dari tuna rungu, degradasi mental ringan, downsyndrome, adhd, dan autis berkesempatan menjadi petugas upacara sesuai dengan tugasnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Adi Dibyo Wibowo selaku koordinator inklusi MI Muhammadiyah Kartasura meyakini bahwa hal ini jarang sekali terjadi dimanapun berada, dengan memberikan kesempatan anak berkebutuhan khusus untuk tampil sebagai petugas upacara. Selain itu menurutnya sekolah inklusi yang sudah berdiri hampir 8 tahun ini, anak-anak tersebut tidak pernah berperan sebagai petugas upacara bendera padahal taglinenya adalah madrasah inklusi.
“Ketika Raker itu saya mengajukan semacam usulan kira-kira sekolah berani tidak untuk menampilkan anak-anak spesial kita ini. Karena anak-anak spesial kita ini kalau kita latih dan kita beri mereka semacam pengertian mereka juga akan mampu. Alhamdulilah, hari ini terbukti mereka mampu melakukan tugasnya. Mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan,” jelas Adi Dibyo Wibowo.
Siswa berkebutuhan khusus atau inklusi MI Muhammadiyah yang menjadi petugas upacara sebagai pembaca Undang-undang Dasar 19945. (Fernando Fitusia)
Untuk melatih anak-anak berkebutuhan khusus ini Adi menjelaskan bahwa membutuhkan waktu selama 3 minggu dengan dibantu oleh guru olahraga untuk mengarahkan tugas mereka masing-masing. Ada yang menjadi pembaca Undang-undang Dasar 1945, ada yang jadi Pengibar Bendera, Pemimpin Barisan, Pemegang teks Pancasila, dan juga Protokoler.
ADVERTISEMENT
Latihan selama 3 minggu yang selama ini dilakukan ternyata dinilai Adi tidak sia-sia dan berjalan dengan lancar.
“Ini pertama kalinya di Madrasah ini selama berdiri kurang lebih 8 tahun. Ya, alhamdulilah sekali, ya mungkin ini nanti akan menjadi kegiatan rutin kalau dari pihak sekolah sudah mengetahui bahwa upacara berjalan dengan lancar. Ya, pasti tahun depan ada lagi dan petugasnya nanti juga beda lagi,” tegas Adi ditemui Bengawan News usai selesai upacara.
Pesan yang ingin disampaikan disini adalah bahwa anak-anak inklusi juga sama seperti teman-teman yang lainnya, mereka juga mempunyai kesempatan dan mempunyai hak yang sama. Perbedaanya adalah cuma mereka harus didampingi ketika pelajaran atau bersosialisasi karena kadang ketika pelajaran penerimaannya berbeda-beda jadi harus didampingi,” tutup Adi Dibyo Wibowo usai diwawancarai dengan media.
ADVERTISEMENT
(Fernando Fitusia)