Khidmatnya Upacara HUT Ke-74 RI ala Tunanetra di Solo

Konten Media Partner
17 Agustus 2019 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyandang tunanetra melaksanakan upacara bendera di kawasan Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Netra Bhakti Candrasa (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Penyandang tunanetra melaksanakan upacara bendera di kawasan Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Netra Bhakti Candrasa (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SOLO - Dalam rangka memperingati HUT ke-74 RI, puluhan penyandang tunanetra menggelar upacara bendera di kawasan Rumah Pelayanan Sosial Disabelitas Netra Bhakti Candrasa, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (17/8). Upacara ini diikuti penyandang tunanetra yang termasuk dalam kategori low vision dan blind.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan tak menghalangi mereka untuk mampu berbaris dengan rapi dan mengibarkan bendera merah putih tanpa terbalik. Hal ini dikatakan oleh Purwanto, Ketua Kelompok Massure Tunanetra Sabtu Wage (KMTS) Surakarta.
"Jadi awalnya tidak sengaja. Sesuai dengan nama kelompok pertemuan kita itu setiap Sabtu Wage. Setelah lihat kalender, ternyata hari ini pas Sabtu Wage. Akhirnya upacara agendanya,” kata pria asal Kampung Griyan, RT 03/RW 10, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, itu.
Tak hanya jadi peserta, mereka juga menjadi petugas upacara. Mulai dari petugas pembacaan Pancasila, UUD 1945, Naskah Proklamasi, hingga pengibar bendera.
"Kesulitannya karena kita sadar kekurangan kita, kadang waktu baris-berbaris, kita jalan ada anggota yang melenceng, terutama yang menjadi pengibar bendera. Lalu lagu Indonesia Raya belum selesai, benderanya sudah sampai di atas,” katanya kembali.
Pengibaran Bendera Merah Putih yang dilaksanakan oleh penyandang tunanetra (Agung Santoso)
Purwanto mengatakan, mereka hanya berlatih dua kali dalam persiapannya. Tidak mudah untuk menghafalkan naskah-naskah yang dibacakan dalam upacara, sehingga penggunaan huruf braille dijadikan solusi agar petugas lancar menghafal.
ADVERTISEMENT
"Untuk yang baca teks kita pakai huruf braille. Tidak mudah menyisihkan waktu peserta yang sudah berusia lanjut," imbuh pria yang menjadi inspektur upacara ini.
Salah seorang penyandang tunanetra total, Triyono, mengakui ia sudah terbiasa menghafal Pancasila menggunakan huruf braille sejak kecil. Dia berharap pemerintah tidak menganggap beda walaupun tunanetra.
Sementara, penderita tunanetra lainnya, Eti Winarsih, yang menjadi petugas pengibar bendera juga mengakui di waktu latihan beberapa kali dia ditegur oleh pelatih karena selalu salah melangkah.
(Agung Santoso)