Kisah Dona, Mahasiswi yang Rela Indekos demi Jadi Volunteer ASEAN Para Games

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 10:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Volunteer ASEAN Para Games 2022, Dona Armania Putri (kiri), di media center GOR FKOR UNS Solo. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Volunteer ASEAN Para Games 2022, Dona Armania Putri (kiri), di media center GOR FKOR UNS Solo. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SOLO - Menjadi volunteer ASEAN Para Games memang menjanjikan segudang pengalaman. Sebab event olahraga atlet disabilitas ini diikuti oleh ribuan atlet dan ofisial dari 11 negara Asia Tenggara .
ADVERTISEMENT
Peluang mendapatkan pengalaman berharga itu pula yang memantik ketertarikan Dona Armania Putri (20). Mahasiswi jurusan Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini akhirnya mendaftar sebagai volunteer dan diterima untuk divisi media dan public relation ASEAN Para Games.
Ditemui di media center cabang olahraga (cabor) boccia di GOR FKOR Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rabu (03/08/2022), Dona pun menceritakan pengalamannya.
“Saya dapat info tentang volunteer ASEAN Para Games dari Instagram. Ada beberapa persyaratan yang harus dikumpulkan, seperti SKCK dan lain sebagainya. Setelah mengumpulkan beberapa berkas yang dipersyaratkan, saya lolos dan masuk tahap wawancara,” ungkap Dona.
Saat wawancara, Dona diminta menceritakan data diri dan pengalaman yang dimilikinya.
“Kalau penggunaan Bahasa Inggrisnya, saya cuma disuruh menjelaskan data diri saya saja. Karena setiap pewawancara itu beda.”
ADVERTISEMENT
Selama bertugas di divisi media dan public relation, Dona harus selalu berkoordinasi dengan para pewarta. Mulai mengarahkan saat pengambilan gambar pertandingan hingga pengurusan tanda pengenal wartawan.
“Seru sih, ketemu banyak orang. Jadi tahu juga gimana cara menyiapkan banyak acara besar gitu,” katanya.
Volunteer ASEAN Para Games 2022, Dona Armania Putri (kiri), di media center GOR FKOR UNS Solo. FOTO: Fernando Fitusia
Lantaran berasal dari Sleman, Dona harus rela mencari indekos di Solo untuk menunjang aktivitasnya sebagai volunteer.
“Karena jauh-jauh dari Jogja, saya di sini ngekos di daerah Nusukan. Biayanya Rp 350 ribu per bulan.”
Dona mengaku, tak mengetahui besaran fee untuk seorang volunteer. Sejauh ini, ia hanya mendapatkan uang sebesar Rp 245 ribu saat pelatihan.
Pun demikian, Dona tak mempermasalahkannya. “Kenapa saya tertarik ikut? Karena ini event skala internasional. Untuk pengalaman saya, membantu untuk CV dan menambah relasi. Saya juga kan belum pernah nyoba jadi volunteer,” tegas dia.
ADVERTISEMENT
Sebagai relawan, Dona dan ribuan rekannya harus bertugas selama 8 jam mengikuti jadwal masing-masing cabor atau venue.
“Saya di sini dapat banyak teman. Jadi diusahakan tetap menjaga hubungan dengan mereka . Kalau ke depannya ada perlu, kita bisa bekerja sama temen-temen sesama volunteer,” kata Dona.
(Fernando Fitusia)