Lokasi Wisata Alam di Karanganyar Dijadikan Tempat Karantina

Konten Media Partner
9 Mei 2020 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana karantina di Desa Berjo, Karanganyar. (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana karantina di Desa Berjo, Karanganyar. (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT
KARANGANYAR - Lokasi wisata alam yang luas justru dimanfaatkan masyarakat Desa Mbrejo, Ngargoyoso, Karanganyar sebagai tempat karantina. Ditengah pandemi COVID-19 ini, masyarakat meminta pemudik di desanya juga dikarantina untuk mememutus mata rantai virus ini. Hal ini disampaikan Kepala Desa Berjo, Suyamto ketika ditemui Bengawan News, Sabtu (09/02/2020)
ADVERTISEMENT
"Opsi pertama memilih lokasi ini karena kalau karantina di rumah khawatirnya terpapar. Mengingat, ada Orang Tanpa Gejala (OTG) dalam penyebarannya," jelasnya.
Ada 12 dum atau tenda disiapkan untuk karantina pemudik di atas lahan wisata alam di desa tersebut. Mereka yang mudik ke Desa Berjo harus dikarantina terlebih dahulu selama 14 hari. Tidak ingin, penghuni karantina stres maka dipilihlah alam ini dibandingkan di dalam ruangan.
"Yang paling utama keselamatan dan kesehatan keluarga. Dipilih di lokasi ini supaya tidak bosan dan sekaligus refreshing, tidak jenuh. Tapi aturan saklek (prosedural) yakni selama 14 hari," jelasnya.
Lebih lanjut, semua logistik dengan kerja sama oleh warga RT untuk diawal tetapi juga disiapkan dari Pemerintah Desa. Dia memastikan logistik pemudik tercukupi. Apalagi sudah ada relawan yang siap mendukung untuk pemudik beserta tim medis. Lokasi ini tidak jauh dengan Telaga Mardida yang dulu ramai pengunjung tetapi sekarang sepi karena COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Saya mudik dari Bekasi, karena kerjaan disana tidak ada dan pengurangan tenaga kerja serta putus hubungan kerja. Disini, nyaman dan refresh," kata salah satu penghuni karantina bernama Giyanto (32).
Buruh proyek di perantauan sangat berdampak karena pengurangan karyawan yang cukup banyak sehingga banyak memilih pulang. Dia pulang bersama temannya dengan menumpang mobil yang mengatasnamakan proyek hingga akhirnya bisa sampai tujuan. Meskipun harus mengeluarkan ongkos tetapi keinginan pulang tak terbendung dibandingkan di perantauan tidak punya apa-apa.
(Agung Santoso)