Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Modal Nekad, Santo Kembangkan Jamur Kuping di Boyolali
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 20:07 WIB
Tulisan dari Tim Bengawan News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
BOYOLALI - Budi daya jamur di daerah beriklim panas memang bukan perkara mudah. Tanaman jamur membutuhkan tempat yang lembab dan air yang cukup untuk pengembangannya. Hal itu tak menyurutkan semangat Santo (34) untuk mengembangkan budi daya jamur kuping di Desa Kalinanas, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.
ADVERTISEMENT
Usai bekerja di Sumatera, Santo memutuskan menjadi wirusahawan di kampung halamannya. Di desa itu, dia mulai menekuni cara mengelola jamur kuping. Mulai dari penyusunan hingga penyobekan baglog (media tanam). Terhitung sudah hampir lima bulan Santo menjalankan usahanya. “Dulu modal bibit sekitar Rp 3 juta rupiah. Saya panen sebulan sekali,” ungkapnya.
Menurutnya, di awal pembibitan, dia bisa memanen jamur kuping di musim kemarau hingga 40 kuintal. Namun, saat ini hanya bisa mencapai 0,5 kuintal atau setara 50 kilogram. Hasil panennya dijual pada juragan di Karanggede atau diambil pengepul yang sudah menjadi distributor tetapnya. Jamur tersebut dihargai Rp 9 ribu per kilogram.
Salah satu kendala yang dihadapinya dalam usaha ini adalah ketersediaan air untuk penyiraman. Menurutnya, jamur kuping membutuhkan penyiraman yang rutin. Untuk mendapat suplai air dari sungai desa setempat dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Jika ketersediaan air terhambat, maka hasilnya menjadi setengah kering atau tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
“Sudah menjadi tantangan sendiri. Apalagi kalau tahu daerah tempat tinggal bukan tempat yang lembab. Ini juga modal nekat, karena musim kemarau saat ini lebih panjang dari perkiraan.”
Dengan keterbatasan yang ada, Santo berharap Pemerintah membantu mencukupi kebutuhan air di desanya. Tidak saja untuk kebutuhan pengembangan jamur kuping, tetapi juga dari pertanian dan petenakan. /Tara Wahyu Nor V