Penerapan PPKM di Solo, SDN Mojo Lanjutkan Pembelajaran dengan Radio HT

Konten Media Partner
12 Januari 2021 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa kelas 6B SDN Mojo Solo mengerjakan tugas melalui pembelajaran jarak jauh menggunakan Handy Talkie
zoom-in-whitePerbesar
Siswa kelas 6B SDN Mojo Solo mengerjakan tugas melalui pembelajaran jarak jauh menggunakan Handy Talkie
ADVERTISEMENT
SOLO-Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan di Kota Solo membuat sekolah kembali menunda proses pembelajaran tatap muka. Mereka harus melanjutkan metode pembelajaran daring yang diterapkan sejak awal pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sekolah Dasar Negeri Mojo, Solo, beberapa bulan terakhir mengembangkan metode pembelajaran jarak jauh menggunakan pesawat handy talkie (HT). "Pembelajaran jarak jauh menggunakan HT ini awalnya kami rencanakan hanya sampai Desember kemarin," kata salah satu guru, Sigit Pambudi, Selasa (12/01).
Namun, hingga awal tahun ini wabah COVID-19 di Kota Solo belum mereda. Kota itu lantas menerapkan PPKM pada 11 Januari hingga 25 Januari besok. "Akhirnya, di semester kedua ini kami masih melanjutkan pembelajaran menggunakan HT," katanya.
Pembelajaran menggunakan HT itu hanya bisa dinikmati oleh siswa kelas 6B. Sebab, peralatan yang dimiliki hanya terbatas. Mereka hanya memiliki 29 perangkat, baik milik sekolah maupun sumbangan dari pihak luar.
Penggunaan HT itu menurut Sigit memiliki beberapa keuntungan. Baik guru maupun siswa tidak terbebani dengan beaya pulsa maupun paket data. Selain itu, komunikasi juga berlangsung dua arah seperti layaknya berada di dalam kelas.
Guru kelas 6B SDN Mojo Solo memberikan tugas melalui pembelajaran jarak jauh menggunakan Handy Talkie
"Kendalanya suara yang terkadang terjadi gangguan," katanya. Para siswa juga belum terbiasa dengan sistem moderasi sehingga sering berebut berbicara dalam waktu yang bersamaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu siswa, Muhammad Zainal Abidin (11) mengaku sudah cukup lancar menggunakan pesawat HT. "Dulu awalnya tidak tahu caranya, takut rusak," kata dia.
Cara pembelajaran itu menurutnya membuat siswa bisa disiplin belajar sejak pagi sampai siang seperti sekolah biasa. Sebab, guru selalu mengawasi kegiatan muridnya sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
(Fernando Fitusia)