PPP Punya Peluang Gaet NU 'Abangan' di Pemilu 2024

Konten Media Partner
11 April 2021 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Riewanto (kanan) dalam bedah buku Partai ISlam Dipertaruhkan di Solo, Sabtu (10/04)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Riewanto (kanan) dalam bedah buku Partai ISlam Dipertaruhkan di Solo, Sabtu (10/04)
ADVERTISEMENT
SOLO-Perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada pemilu 2019 merosot cukup tajam dibanding pemilu lima tahun sebelumnya. Partai tersebut harus bekerja keras untuk menghadapi pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
Demikian dikatakan oleh Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Agus Riewanto dalam bedah buku Partai Islam Dipertaruhkan di Solo, Sabtu (10/04/2021). Acara bedah buku itu menjadi bagian dari kegiatan Musyawarah Wilayah (Muswil) VIII DPW PPP Jateng.
Menurut Agus, jumlah partai Islam yang cukup banyak membuat mereka justru menjadi rival. "Pereka memperebutkan massa yang sama, namun di ruang yang kecil," kata Agus.
Dia mencontohkan, selama ini PPP selalu bersaing dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam memperebutkan suara dari massa Nahdlatul Ulama (NU).
PKB sendiri selalu lebih unggul dalam menggaet suara para santri dan lingkungan pesantren. Menurutnya, PPP harus mencari pendukung dari lapisan yang berbeda meski masih sama-sama berada di lingkungan NU.
ADVERTISEMENT
"Misalnya ada NU dari kelompok abangan," kata Agus. Kelompok yang berada di luar lingkungan pesantren tersebut bisa menjadi salah satu basis yang digarap oleh PPP untuk menghadapi pemilu selanjutnya.
Pada pemilu dua tahun silam, PPP hanya berhasil mengumpulkan 4,52 persen suara melalui 6,2 juta pemilihnya. Perolehan suara itu turun dibanding pemilu 2014 dimana PPP berhasil mengumpulkan 6,53 persen suara melalui 8,1 juta pemilih.
Menurut Agus, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya suara. Salah satu faktornya yakni operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada Romahurmuziy alias Romy yang juga Ketua Umum PPP pada saat itu.
(Agung Santoso)