Sekolah Lama Ditutup, Beberapa Anak Positif HIV/AIDS Tak Bisa Sekolah

Konten Media Partner
16 Februari 2019 19:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa Anak Pengidap HIV AIDS yang tidak bisa sekolah. (Foto : Tara Wahyu NV)
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa Anak Pengidap HIV AIDS yang tidak bisa sekolah. (Foto : Tara Wahyu NV)
ADVERTISEMENT
SOLO- Sejumlah anak yang mengidap penyakit HIV/AIDS di Kota Solo, Jawa Tengah tak bisa melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar karena ada tuntutan dari wali murid terkait penyakitnya.
ADVERTISEMENT
Sekitar 14 murid SD dari kelas 1 hingga 6, kini tak bisa sekolah dimana sebenarnya mereka sudah pernah melakukan belajar mengajar selama lima tahun di sekolah tersebut. Sayangnya, karena faktor tertentu yang menyebabkan sekolah tersebut harus ditutup dan dipindah ke sebelah utara sekolah lama, sehingga banyak orang tua murid yang menolak keberadaan mereka.
Mereka menghabiskan dengan bermain di Halaman Yayasan Lentera. (Foto : Tara Wahyu NV)
Salah satu pengurus Yayasan Lentera Solo, Kefas Jibrael Lunatefa mengatakan bahwa di sekolah yang lama, murid-murid yang positif terkena HIV/AIDS bisa sekolah seperti anak-anak biasa. Mungkin, karena stigma buruk dari orang tua murid membuat mereka khawatir akan anaknya yang sekolah disana.
Bahkan, sudah dua minggu anak-anak tidak melanjutkan sekolah dan waktu mereka dihabiskan dengan bermain di halaman Yayasan Lentera.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan selama dua minggu atau hampir tiga minggu, anak-anak habiskan dengan bermain. Jika anak-anak bertanya kenapa tidak sekolah, para pengasuh biasanya menjawab sekolah sedang libur.” Tambahnya saat bertemu dengan Bengawan.News Sabtu (16/2).
Anak-anak pengidap HIV/AIDS sedang bermain sepatu roda di halaman Yayasan Lentera. (Foto : Tara Wahyu NV)
Penolakan terhadap anak HIV/AIDS ini sudah menjadi hal biasa yang ia temui selama menjadi pengurus Yasayan Lentera. Bahkan, penolakan yang dilakukan oleh masyarakat juga pernah dialami saat anak masuk taman kanak-kanak.
Stigma masyarakat akan keberadaan anak-anak HIV/AIDS ini harus diluruskan agar tak berfikiran negatif bahkan menjauhi mereka.
“Proses penularan sebenarnya sangat kecil, banyak yang berfikiran penularan penyakit ini secara bersentuhan. Padahal tidak sama sekali.” Tambahnya
Anak-anak pengidap HIV/AIDS yang tidak bisa bersekolah. (Foto : Tara Wahyu NV)
Bahkan dalam proses belajar mengajar seperti ini, pihak yayasan menolak jika para anak-anak yang positif HIV/AIDS harus diberikan tempat khusus.
ADVERTISEMENT
“Mereka tidak bersalah, jika harus diberi pilihan mungkin mereka tidak mau seperti ini. Mereka tidak menularkan, sehingga tidak perlu sekolah khusus. Biarkan mereka membaur dengan masyarakat.” Kata Kefas. /Tara Wahyu NV