Wahid Foundation Gelar FGD Merawat Kebersamaan Demi Mewujudkan Perdamaian

Konten Media Partner
5 Mei 2021 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan FGD yang digelar Wahid Foundation di Sukoharjo, Jawa Tengah (03/05). FOTO: ist
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan FGD yang digelar Wahid Foundation di Sukoharjo, Jawa Tengah (03/05). FOTO: ist
ADVERTISEMENT
SUKOHARJO-Wahid Foundation menggelar focus group discussion (FGD) dengan tema 'Merawat Kebersamaan Demi Mewujudkan Perdamaian' di Dusun Arak-Arak Tejomoyo, Telukan, Sukoharjo, Senin (03/05/2021). Acara itu merupakan bagian dari kegiatan Deklarasi Desa Damai yang digelar di hari yang sama.
ADVERTISEMENT
FGD tersebut menjadi ajang berbagi pengalaman sekaligus berbagi tips dalam menjalankan program-program yang telah dicanangkan Pokja masing-masing Desa Damai yang telah mendeklarasikan diri menjadi Desa Damai dampingan Program Wahid Foundation.
Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam acara tersebut adalah Direktur Kerja Sama Bilateral dan Multilateral Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ahmad Zaim Al-Ikhlash Nasution.
Zaim menjelaskan, keterlibatan masyarakat sipil dalam membantu proses pencegahan esktremisme berbasis kekerasan merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE).
Menurutnya, Program Desa Damai yang diinisiasi oleh Wahid Foundation dan berkolaborasi dengan UN Woman itu memiliki fokus dalam pemberdayaan masyarakat rentan seperti kelompok perempuan sehingga memperkuat ketahanan masyarakat secara umum dalam menangkal ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
ADVERTISEMENT
“Program Desa Damai Wahid Foundation sesuai dengan program pemerintah yang tertuang dalam Perpres Nomor 7 Tahun 2021. Program ini penting sekali karena fokus mempromosikan toleransi kepada masyarakat di tingkat akar rumput dengan memberdayakan kelompok rentan seperti perempuan melalui program pengembangan ekonomi kecil (women economic enterprise for peace) sehingga mampu menumbuhkan kelompok perempuan sebagai aktor untuk membangun kohesi sosial dan ekonomi kerakyatan ketahanan masyarakat di akar rumput,” jelasnya.
Hal tersebut menurut nya membuka ruang bagi perempuan untuk lebih aktif menyuarakan hak-haknya dalam ranah pengambilan kebijakan di tingkat desa sekaligus bisa meningkatkan ekonomi keluarga.
Kegiatan FGD yang digelar Wahid Foundation di Sukoharjo, Jawa Tengah (03/05). FOTO: ist
Senada dengan Zaim, Program Manager Wahid Foundation sekaligus Asisten Direktur Wahid Foundation, Visna Vulovik yang menjadi narasumber kedua dalam FGD tersebut mengatakan hal yang sama. Ia menjelaskan bahwa pendekatan pencegahan konflik melalui pembangunan ekonomi adalah salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan yang merupakan salah satu indikator terciptanya perdamaian di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Inisiatif Desa Damai dibangun atas dasar bahwa perdamaian tidak akan tercapai jika keadilan dan kesejahteraan belum terpenuhi. Untuk itulah kami mengintegrasikan pendekatan pencegahan konflik dan pembangunan ekonomi dengan pendekatan keamanan insani pada program ini,” imbuhnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan alasannya dalam melibatkan kelompok perempuan untuk dijadikan subjek dalam perubahan sosial di tengah masyarakat. Menurutnya perempuan mempunyai peran sentral dalam stabilitas perdamaian di dalam keluarga, sehingga perlu mendapatkan pendampingan dan lebih dilibatkan dalam pengambilan kebijakan salah satunya dengan dibentuknya Kelompok Kerja (Pokja) yang anggotanya terdiri dari kelompok perempuan dan aparatur desa.
“Kelompok perempuan menjadi penting dalam membangun perdamaian di keluarga mereka. Kelompok perempuan desa kami dampingi sehingga mereka mampu menyuarakan kebutuhan dan hak mereka ke dalam kebijakan desa. Merekalah juga kami latih untuk membentuk Tim Kelompok Kerja dalam rangka pencegahan konflik, termasuk radikalisme. Tim Pokja ini merupakan gabungan dari kelompok perempuan, aparatur dan aparat desa.” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, beberapa perwakilan pokja dari dari beberapa desa damai seperti Pokja Nglinggi, Jetis dan Gemblegan Kabupaten Klaten, dan Kelurahan Tipes Surakarta turut menghadiri FGD dan Deklarasi Desa Telukan. Dalam sesi tanya jawab FGD, mereka saling berbagi pengalaman dan tips menjalankan program Pokja yang sudah direncanakan setelah melaksanakan Rencana Aksi Desa dan mengikuti beberapa training yang dilaksanakan Wahid Foundation.
Waluya, Kepala Desa Gemblegan Kabupaten Klaten yang merupakan bagian dari Pokja Desa Damai Gemblegan mengatakan, pengalaman desanya menjalankan tips-tips yang diberikan oleh Wahid Foundation telah menghasilkan dampak positif bagi warganya. Ia melihat perubahan positif khususnya pada kelompok pemuda dan perempuan.
“Kelompok perempuan dan pemuda di desa saya menjadi lebih aktif dalam kerja-kerja kreatif setelah beberapa kali mengikuti training dari Wahid Foundation. Mereka terlihat lebih percaya diri untuk menyuarakan pandangannya terkait permasalahan yang terjadi di desa tentunya dengan masukan yang membangun dan solutif.” Tuturnya membagikan pengalamannya menjalankan Program Desa Damai di desanya melalui Pokja.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, ia mengakui masih banyak kekurangan dalam menjalankan program-programnya bersama Pokja Desa Gemblegan dan merasa perlu belajar lagi dari Pokja-Pokja Desa Damai lain yang lebih lama menjalankan program-program Desa Damai bersama Pokja di desanya.
(*)