Warga Solo Diharapkan Rapid Test dan Swab jika Kontak Dekat Terpapar COVID-19

Konten Media Partner
19 November 2020 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Solo dalam masa pandemi diharapkan oleh Wali Kota Solo untuk melakukan rapid test dan swab, apalagi jika orang terdekat terpapar COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Warga Solo dalam masa pandemi diharapkan oleh Wali Kota Solo untuk melakukan rapid test dan swab, apalagi jika orang terdekat terpapar COVID-19
ADVERTISEMENT
SOLO - Warga masyarakat dalam masa pandemi di Kota Solo, menurut Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo yakni butuh kesadaran diri untuk rapid test dan swab, apalagi jika orang terdekat terpapar. Hal ini menyusul kejadian kaburnya pasien rumah sakit karena COVID-19 dan penolakan keluarga pedagang sayur yang terpapar beberapa pekan lalu.
ADVERTISEMENT
"Ada yang kena, maka dilakukan tracing. Namun kita justru serba salah kalau kita swab malah menuduh kita yang enggak-enggak. Kalau tidak swab, ada yang terpapar masif dan meninggal dunia, kami juga yang disalahkan. Berharap masyarakat jangan takut di-rapid test dan swab, karena itu salah satu memutus mata rantai," terangnya kepada Bengawan News dalam serangkaian wawancara.
Menurut Rudy, rapid test dan swab tidak dilakukan, maka akan terjadi penyebaran luar biasa. Langkah pemerintah kota dalam membuat program jogo tonggo, salah satunya menyadarkan masyarakat tentang protokol kesehatan. Bahkan Ketua RT dan Ketua RW memiliki peran jogo tonggo sehingga bisa melakukan pengawasan terhadap warganya. Pihaknya juga berkoordinasi dengan rumah sakit tentang pasien yang terpapar COVID-19 menyusul ada salah satu pasien yang melarikan diri sejak tanggal 27 Oktober 2020 di Jebres.
ADVERTISEMENT
"Pasien yang kabur ini menjadi pengalaman pahit dan tidak boleh terjadi lagi. Kalau pada saat itu, ketika di-swab belum tahu positif atau tidak, tapi sudah kabur," ujarnya.
Adanya pasien yang kabur, maka pihaknya terus membangun jaringan ke Jawa Timur untuk mengetahui keberadaanya. Bahkan masyarakat juga bisa memahami jika tidak mau melakukan isolasi di rumah sakit, maka bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Dengan demikian, tidak perlu kabur dan khawatir karena Pemerintah Kota Solo memperhatikan kesehatan masyarakatnya.
"Kalau tidak mau dirawat di rumah sakit, bisa kok isolasi mandiri. Kami juga terus melakukan tracing ketat bagi orang dekat yang terpapar dan rapid test," jelas Rudy.
Menurut Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, rapid test dan swab tidak dilakukan, maka akan terjadi penyebaran luar biasa. Langkah pemerintah kota dalam membuat program jogo tonggo, salah satunya menyadarkan masyarakat tentang protokol kesehatan
Sedangkan perlu diketahui, jika pasien COVID-19 yang melarikan diri dari RS Moewardi Kota Solo berinisial HS dibenarkan Direktur RS Moewardi Kota Solo, Cahyono Hadi.
ADVERTISEMENT
Keterangan ini melalui pesan singkat. Pasien yang baru dirawat dari rumah sakit setelah kiriman rumah sakit lain, melarikan diri waktu pagi buta. Bahkan keterangan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Siti Wahyuningsih, Pemkot Solo telah mengambil sampel uji swab anak dan istri (HS) pada Rabu (28/10) lalu. Hasilnya positif setelah diterima yang bersangkutan pada Jumat (30/10) lalu dan melakukan karantina mandiri.
"Jika tidak bergejala bisa dilakukan isolasi mandiri, kalau bergejala dirawat di rumah sakit," ujarnya waktu itu.
Dalam kesempatan lain, Ketua Pelaksana Satgas Penanganan COVID-19 Solo, Ahyani, membenarkan hasil swab seorang pedagang sayur di Mojo yang meninggal dunia, Rabu (11/11) tersebut positif corona.
Sedangkan keluarga itu sudah dilakukan swab dan karantina, meskipun sempat menolak karena merasa sehat. Kemudian jumlah akumulasi total terkonfimasi COVID-19 dari data tanggal 18 November 2020 mencapai 1.792.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, pulang atau sembuh 1.065 orang, isolasi mandiri 491 orang, perawatan 145 orang, dan meninggal dunia 82 orang. Kemudian untuk akumulasi tanggal 19 November 2020 sebanyak 1.819 orang terkonfirmasi. Rinciannya, pulang atau sembuh sebanyak 1.069 orang, isolasi mandiri 504 orang, perawatan 160 orang, dan meninggal dunia ada 86 orang. (Agung Santoso)