Yenny Himbau Para Kader Tidak Memakai Bendera NU Saat Kampanye

Konten Media Partner
9 April 2019 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putri mantan presiden Abdurahman Wahid (Gusdur), Yenni Wahid, memberikan sambutan saat acar doa bersama untuk kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di De Tjolomadoe, Karanganyar, pada Selasa (9/4/2019). (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Putri mantan presiden Abdurahman Wahid (Gusdur), Yenni Wahid, memberikan sambutan saat acar doa bersama untuk kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di De Tjolomadoe, Karanganyar, pada Selasa (9/4/2019). (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT
KARANGANYAR - Banyaknya bendera ormas yang terlihat pada masa kampanye justru membuat putri mantan presiden Abdurahman Wahid (Gusdur), Yenni Wahid, meminta Nahdlatul Ulama (NU) tidak ikut-ikutan dan menyimpan benderanya. Apalagi, bendera NU terlihat berkibar di salah satu kegiatan kampanye paslon 02. Menurut Yenny, hal ini sangat disayangkan.
ADVERTISEMENT
"Silakan warga NU berpolitik, tapi benderanya disimpan di rumah saja," kata Yenni sebagai Ketua Kader Konsorsium Gusdur disela-sela kegiatan doa bersama untuk kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di De Tjolomadoe, Karanganyar, pada Selasa (9/4/2019).
Yenni menegaskan kalau warga NU boleh berpolitik atau menjadi tim sukses partai politik atau paslon manapun. Namun, jangan membawa-bawa nama NU. Dia menghimbau untuk tidak melibatkan nama organisasi dalam setiap pilihan politik para kadernya.
"Sebagian besar warga muslim di Indonesia berafiliasi dengan NU. Tapi juga tidak bisa dikatakan bahwa seluruh warga NU memilih paslon 01. Mungkin, sebagian besar iya. Itu pilihan masing-masing," terang Yenni.
Disinggung mengenai kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA) NU, Yenni mengaku bahwa itu bukan serta merta menjadi wujud kedekatan pemilik dengan warga NU. Kedekatan itu melalui proses bertahun-tahun yang terjalin, serta dibuktikan dengan sumbangsih nyata terhadap NU.
ADVERTISEMENT
"Lha wong saya aja gak punya KTA NU. Kalau saya punya, apakah langsung menjadi warga NU? Bukan seperti itu," ungkap Yenni. (Agung Santoso)