Mata yang Nakal dan Sifat Tidak Mudah Percaya

Konten dari Pengguna
17 Agustus 2020 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Sudrata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Saya sering bertemu orang dalam rangka silaturahmi maupun berbisnis. Dalam pertemuan silaturahmi, biasanya kita banyak berbasa-basi yang bersifat sosial dan kekeluargaan—apalagi kalau sedang REUNI dengan teman-teman sekolah, maka akan keluarlah panggilan, olok-olok dan bermacam-macam seloroh masa lalu yang menggelikan dan sering pula menjadi ikatan persahabatan yang tidak dapat dilupakan.
ADVERTISEMENT
Sekarang kami masih punya WhatsApp group hanya buat ngobrol-ngobrol santai sambil membanggakan cucu-cucu masing-masing tanpa ada rasa curiga atau rasa malu.
Berbeda saat kita bertemu dengan rekan bisnis. Kalau rekan bisnis biasa yang sudah kita kenal biasanya sudah saling tahu karakter masing-masing dan bisa saling menjaga agar pembicaraan menjadi lebih fokus tanpa harus membangun kepercayaan dari kedua belah pihak. Pembicaraan biasanya berjalan cepat dengan membawa hasil, ya atau tidak.
Berbeda lagi kalau kita bertemu dengan orang yang sama sekali belum kita kenal di mana kedua belah pihak saling meyakinkan untuk mendapatkan kepercayaan dalam bisnis. Inilah yang saya akan jadikan topik dalam tulisan ini.
Selama kurang lebih satu tahun, saya mendapatkan tugas membantu perusahaan garmen mengekspor dalam jumlah cukup besar. Saya banyak bergaul dengan pemasok bahan baku, pembeli garmen dan desainer di perusahaan garmen tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama bergaul dengan mereka saya banyak belajar tentang permintaan dan penawaran garmen dunia. Untuk negara-negara empat musim, setiap musim memiliki perbedaan corak warna, desain pakaian, dan jenis kain yang digunakan.
Untuk musim dingin maka bahan dasar kainnya harus yang bisa menahan dingin, warnanya harus disesuaikan dengan lingkungan di negeri importirnya sehingga konsumen menjadi nyaman memakainya dan warnanya sesuai dengan lingkungan yang ada.
Jadi, kata teman saya yang mengerjakan desain di perusahaan tersebut, kalau pakaian musim dingin dipakai untuk musim panas, selain kurang nyaman, anda ketahuan waktu membeli garmen tersebut bisa dipastikan pada saat SALE. Sambil berseloroh teman saya mengingatkan saya.
Lantas teman saya tersebut menjelaskan juga bahwa jahitan BAJU MAHAL itu ada normanya, yang sering disebut MATCHING. Maksudnya, selain warnanya, juga letak garis atau motif yang ada di kain harus tidak berantakan pada saat menjadi baju.
ADVERTISEMENT
Lantas saya bertanya, kalau warna dan letak garis atau motifnya berantakan, konsekuensinya apa? Dia tersenyum dan berkata, "Pak, itu jadi baju kodian, berharga murah."
Saya baru mengerti mengapa harus demikian. Setelah saya selesai membantu perusahaan garmen tersebut, mata saya jadi nakal kalau melihat orang berpakaian, wah orang ini bajunya mahal, atau wah orang ini bajunya murah. Apakah ini punya arti dalam pergaulan bisnis?
Kalau tidak salah pada tahun 1999, setelah krisis moneter mulai dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia, saya dengan teman saya diundang makan siang di restoran mewah oleh orang yang belum pernah kami kenal. Saya tanya teman saya, untuk urusan apa ya pertemuan ini. Teman saya menjawab, katanya sih mau ada bisnis besar yang mau melibatkan kita.
ADVERTISEMENT
Pada saat kita bertemu di restoran yang sudah dipesan, ternyata mereka datang berempat, satu di antaranya perempuan agak paruh baya.
Pengundang saya itu dengan berpakaian jas, dasi, dan segala macam pernik-pernik lainnya yang berhubungan dengan jas demikian juga ibu yang bersama mereka.
Sesudah saling tukar kartu nama dan memesan makanan, kami langsung berbicara mengenai rencana bisnis yang mereka tawarkan.
Katanya ada uang dari mantan keluarga orang ternama dari suatu negara (saya tidak sebutkan namanya) yang ditempatkan di bank di tax heaven territory yang tidak bisa mereka keluarkan sendiri tanpa bantuan negara ketiga.
Mereka bercerita banyak dengan sangat meyakinkan bahwa transaksi itu sangat menguntungkan dengan komisi 30% dari dana yang bisa dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Kami berdua hanya bertanya-tanya sekadarnya untuk mengetahui lebih detail bagaimana transaksi itu bisa dilakukan.
Saya membaca wajah teman saya, kesimpulan saya, teman saya tidak tertarik. Setelah selesai makan siang dan sedikit basa-basi, saya hanya meminta mereka untuk menyampaikan proposal tertulis untuk kami analisis sebagai dasar mengambil keputusan di dalam tim internal kami. Mereka menyatakan setuju.
Lalu kami berdua pulang ke kantor. Di dalam perjalanan ke kantor, teman saya berkata kepada saya, bahwa orang yang mengundang kami makan siang ini sedang berusaha menipu. Saya bertanya ke teman saya, kok kamu tahu, dia menjawab, tadi itu berlian yang besar yang dikenakan oleh perempuan itu adalah berlian palsu dan kalung emasnya pun palsu.
ADVERTISEMENT
Lalu saya teringat baju yang mereka pakai pun baju kodian kata teman saya di perusahaan garmen yang saya tulis di alinea sebelumnya, dengan tanpa saya sadari saya melakukan assessment pakainnya.
Dan kembali teman saya berkata ke saya, kamu lihat ya, nanti proposalnya pasti tidak dikirim. Dia bilang lumayanlah kita makan siang gratis. Batas waktu yang saya berikan dalam dua minggu proposalnya harus sudah sampai di meja saya. Namun sesudah dua minggu berlalu, proposalnya tidak muncul.
Kesimpulan teman saya ternyata benar. Petualang-petualang seperti ini sering saya temukan selama saya menjalani karier kerja saya.
Iming-iming keuntungan besar dalam waktu cepat selalu menjadi daya tarik untuk berbisnis. Jadi kalau kita berhadapan dengan situasi TOO GOOD TO BE TRUE, maka kita harus berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu saya juga sering mendapatkan email dari orang-orang yang tidak saya kenal menawarkan bisnis yang kurang lebih sama dengan yang saya ceritakan di atas, saya diamkan. Jadi pengetahuan yang saya pelajari di perusahaan garmen itu berguna juga.
Kurang lebih enam bulan setelah kejadian di atas, teman saya yang lain minta bantuan saya untuk ketemu seseorang yang dia kenal, katanya dia ketemunya pada saat perjalanan tur ke Eropa, untuk membicarakan bisnis.
Teman saya ini sudah saya kenal lama dan saya tahu reputasinya baik. Setelah kami melakukan pembicaraan melalui telepon, kami setuju untuk bertemu untuk makan siang. Sesuai dengan waktu dan tempat yang kami setujui bersama, kami bertemu. Pengundang saya datang berdua, dengan pakaian resmi jas, dasi, dan pernak pernik pakaiannya.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri memang jarang mau mengenakan jas “sumuk” (panas, bahasa jawa) jadi saya berpakaian kasual saja.
Setelah berbasa-basi sebentar lalu pesan makanan, kami langsung masuk ke pembicaraan bisnis. Dia bercerita ke saya, ada temannya mempunya dana USD 20 juta yang didepositokan di sebuah bank di Bermuda.
Lantas dia mengeluarkan sertifikat depositonya, untuk meyakinkan saya. Saya lalu melihat sertifikat depositonya, membaca semua tulisan yang ada di dalam sertifikat deposito tersebut, lalu saya bertanya: Terus, mau diapakan deposito ini? Dia menjawab: Kita bisa mencairkan deposito ini dengan cara melakukan transfer uang ke bank yang bersangkutan sebesar USD 1 juta dulu, lalu depositonya bisa ditarik. Kalau dananya sudah cair selisihnya kita bagi dua.
ADVERTISEMENT
Iming-iming seperti ini buat beberapa orang mungkin menggiurkan, lalu percaya, buat saya, kembali ke filosofi TOO GOOD TO BE TRUE. Namun demikian saya tidak mengatakan itu ke mereka, untuk menghormati teman saya yang meminta saya ketemu.
Setelah makan siang selesai dan kembali ke kantor, saya menelepon teman saya yang memperkenalkan saya. Saya katakan kepada teman saya, sorry bisnisnya terlalu berisiko, jadi mungkin saya akan tolak.
Teman saya menjawab, enggak apa-apa, ya, bisnis kan kalau cocok, kalau enggak cocok ya, enggak usah. Saya katakan terimakasih sudah memberi kesempatan kepada saya paling tidak saya dapat makan siang gratis.
Yang saya ingin katakan ialah jangan mudah percaya dengan segala macam sertifikat seperti ini apalagi bank luar negeri yang tidak kita kenal. Masih ada beberapa kali saya bertemu orang seperti ini dengan sertifikat emas, sertifikat platina, dan sertifikat komoditas berharga lainnya. Dengan bermodalkan copy/aspal mereka berusaha mencari mangsa. Apalagi sekarang, dengan Google kita bisa mencari data pembanding apakah yang ditawarkan benar atau tidak.
ADVERTISEMENT
Tawaran-tawaran kerja sama semacam ini sangat banyak. Kadang di antaranya memang ada juga yang merupakan tawaran yang betul-betul ada dan bisnisnya menarik. Untuk yang bisnisnya menarik dan kita memang bisa bekerja sama, mengapa tidak!
Jadi di dalam kita bekerja selalu berhadapan dengan bermacam-macam orang. Orang yang memang mau bisnis beneran dan orang yang hanya ingin menipu.
Teknik menipu pun saya perhatikan semakin canggih dan dengan modal yang cukup besar, tidak hanya dengan copy sertifikat deposito atau membayar makan siang.
Sebagai contoh kejadian, pada saat saya melakukan audit di salah satu BUMN, saya mendapati piutang tak tertagih yang cukup besar. Lalu saya telusuri transaksi-transaksi dari rekening yang bersangkutan dari mulai dibuka sampai saat kejadian tak tertagih.
ADVERTISEMENT
Menurut sales manajernya: Dua tahun sebelum kejadian piutangnya tidak dapat ditagih, tiba-tiba ada orang (orang pendatang) mendirikan perusahaan dan memulai bisnis dengan BUMN tersebut. Jadi perusahaan itu membuat relasi baik dengan BUMN ini, dari mulai mengambil barang dalam jumlah kecil-kecil dengan membayar secara tunai sampai dia dipercaya untuk berutang dan bisa mengambil barang dalam jumlah yang besar.
Pada saat dia mempunyai utang besar, dia tutup perusahaannya lalu menghilang. Dan ternyata yang piutangnya tidak dapat tertagih bukan hanya BUMN ini saja melainkan masih banyak perusahaan-perusahaan di kota itu ditipu.
Penipuan jenis seperti ini lebih sulit dihadapi. Apalagi kalau kita sudah berhubungan cukup lama dengan mitra bisnis, ada rasa ewuh pakewuh (segan) untuk curiga.
ADVERTISEMENT
Di dalam pelajaran mengenai RISK MANAGEMENT semua orang harus di dalam pemantauan mengenai kemampuan keuangannya supaya sebelum terjadi insolvency kita sudah tahu sebelumnya dan perlu diambil tindakan tindakan seperlunya.
Belum lagi dengan tawaran-tawaran produk yang memang pada intinya adalah ingin menipu uang kita. Biasanya produk-produk seperti ini merupakan produk-produk MONEY GAME.
Sudah banyak kejadian money game yang merugikan. Contoh paling sederhana adalah penggandaan uang. Kalau orang sedikit saja mau berpikir jernih, kalau orang itu betul-betul bisa menggandakan uang, buat apa dia mengajak orang lain, atau coba bandingkan dengan baju yang dipakai apa? Mobil yang dimiliki apa? Rumahnya seperti apa? Kadang-kadang, hal seperti ini pun sekarang sulit di-assest, mungkin saja mobilnya pinjaman, rumahnya kontrakan, dan lain-lainnya hanya untuk penampilan agar meyakinkan mangsanya, supaya dapat dijerat.
ADVERTISEMENT
Namun demikian kita masih bisa menggunakan indikator fisik lainnya yang kasat mata, sudah pasti tidak memenuhi persyaratan seperti yang mereka gembar-gemborkan tentang apa yang mereka bisa perbuat. Pada intinya filosofi TOO GOOD TO BE TRUE lah yang jadi pegangan. Di dalam dunia investasi, ada slogan, KALAU TAWARAN PRODUK YANG DIAJUKAN TIDAK DAPAT DIJELASKAN DALAM LIMA MENIT DENGAN JELAS, maka anda harus hati-hati.
Semakin kompleks produk yang ditawarkan semakin rumit masalah yang akan kita hadapi. Apa lagi tawarannya berbau mistis, lupakan saja. Seperti pernah terjadi, yang membuat heboh negeri ini. Kasus ada peninggalan emas sekian ton dari kerajaan anu (saya tidak sebutkan namanya) yang sampai-sampai melibatkan seorang pejabat tinggi.
ADVERTISEMENT
Yang lebih hebat lagi, bagaimana penipuan dilakukan adalah, kalau masih ingat, kasusnya Cut Zahara Fona, tidak lulus SD, pada tahun 1970-an, mengaku bahwa bayi yang dikandungnya bisa melantunkan ayat-ayat kitab suci.
Tidak tanggung-tanggung, sampai dipanggil ke Istana Presiden, Presiden Suharto. Saya ikut nonton lewat TVRI pada acara pertemuan tersebut. Yang saya ingin katakan adalah: Mereka selain licik, juga berani, sampai-sampai seorang presiden pun diperdayai.
Dalam tulisan ini yang saya ingin katakan adalah risiko investasi dalam bentuk apa pun terutama jika berhadapan dengan orang yang sama sekali belum kita kenal dan namanya tidak dikenal publik cukup baik.
Berhubungan dengan orang yang kita kenal saja sering terjadi masalah, apalagi dengan orang yang tidak kita kenal dan jor-joran buang uang di depan. Jadi berhati-hatilah. BISNIS PALING BERISIKO ADALAH BISNIS INVESTASI KARENA UANG KITA, KITA SERAHKAN PADA ORANG LAIN UNTUK DIKELOLA DENGAN JAMINAN, “JANJI”.
ADVERTISEMENT
Janji itu dalam bahasa JogjanyaABAB”. Saya rasakan istilah Jogya mengenai janji seperti ini sangat tepat.
Ilustrator: Indra Fauzi/kumparan