Analisis Spurs vs Arsenal: Memuji Taktik Jitu Mauricio Pochettino

1 Mei 2017 7:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pochettino sukses matikan strategi Wenger. (Foto: Reuters/Paul Childs )
Tottenham Hotspur berhasil mengalahkan Arsenal 2-0 dalam Derbi London Utara yang digelar di White Hart Lane, Minggu (1/5/2017) malam WIB. Dua gol Spurs dalam pertandingan ini diciptakan oleh Dele Alli ketika babak kedua memasuki menit ke-55 dan penalti Harry Kane 58’.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Spurs memang sesuai ekspektasi banyak pihak. Bermain di White Hart Lane –yang sejauh ini masih perawan dari kemenangan tim tamu di Premier League– membuat Spurs memiliki motivasi ekstra.
Hasilnya, alih-alih berusaha untuk menguasai lini tengah, pelatih Spurs, Mauricio Pochettino, menginstruksikan anak asuhnya untuk menekan sejak awal. Minus Moussa Dembele yang ditaruh di bangku cadangan, strategi tersebut berjalan lancar.
Keberhasilan strategi Spurs didukung oleh penampilan anak asuh Arsene Wenger yang tak maksimal. Menggunakan formasi 3-4-2-1 yang membuat mereka menang dalam tiga pertandingan terakhir, Arsenal justru bermain buruk.
Dengan kemenangan ini, Spurs memastikan diri mengungguli Arsenal pada akhir musim nanti. Spurs tak akan terkejar dari The Gunners karena mereka kini telah mengumpulkan 77 poin, berjarak 17 poin dengan Arsenal dengan lima pertandingan tersisa.
ADVERTISEMENT
Vitalnya Peran Eric Dier dan Victor Wanyama di Lini Tengah
Kejutan terjadi saat nama Moussa Dembele tak masuk dalam starting eleven Spurs untuk pertandingan ini. Dalam laga ini, Poch lebih memilih untuk menduetkan Eric Dier dan Victor Wanyama di lini tengah.
Upaya tersebut dilihat karena dalam pola baru ini, dua gelandang tengah menjadi poros permainan The Gunners. Sebab, fungsi keduanya bukan hanya untuk mengalirkan bola, tetapi juga menjaga keseimbangan tim.
Strategi tersebut rupanya berhasil. Kedua pemain ini tak mampu menunjukkan penampilan terbaiknya. Keduanya bukan hanya sulit memberikan aliran bola ke lini depan, tetapi juga sulit untuk menerima bola dari lini belakang.
Wanyama sukses "mematikan" Ramsey. (Foto: Reuter/Paul Childs )
Tak heran, matinya permainan keduanya melejitkan Wanyama dan Dier. Wanyama, kendati gagal melakukan tekel satu pun, namun cukup apik ketika melepaskan intersepsi dan sapuan. Total, pemain asal Kenya ini tiga intersepsi dan tiga sapuan.
ADVERTISEMENT
Dier, yang bertugas dalam posisi yang lebih dalam, tak kalah bagus. Dari empat duel udara yang dia lakukan, tiga berhasil dia menangkan. Belum lagi, empat sapuan vital berhasil dilakukan oleh eks-pemain Sporting Lisbon ini.
Dari 210 percobaan umpan yang dilakukan oleh pemain Arsenal di tengah lapangan, hanya 163 yang berhasil menyentuh pemain lainnya alias memiliki rasio keberhasilan 77,6 persen. Upaya tersebut semakin buruk ketika memasuki kotak penalti dengan rasio keberhasilan yang hanya 68,7 persen.
Matinya aliran bola dari lini tengah memaksa lini depan Arsenal menjemput bola. Alih-alih sukses, pemain Arsenal justru gagal melakukan itu karena rapatnya daerah permainan Spurs ketika diserang.
Spurs Tekan Sisi Kanan Arsenal
Selain dimainkannya duet Wanyama dan Dier, kejutan lain Spurs adalah dengan bermainnya Son Heung-Min sebagai starter. Dalam laga ini, Son ditaruh sebagai gelandang serang sebelah kiri, berdampingan dengan Dele Alli dan Christian Eriksen.
ADVERTISEMENT
Memainkan Son patut diakui sebagai salah satu kejelian Poch memanfaatkan kelemahan lawan. Kecepatan dan bagusnya dribel pemain asal Korea Selatan ini benar-benar menghancurkan Arsenal, terutama di sisi kanan.
Kombinasi Gabriel Paulista yang tampil sebagai bek tengah sebelah kanan dan Alex-Oxlade Chamberlain di posisi wing-back kanan beberapa kali gagal mematikan permainan sisi kiri Spurs yang diinisiasi oleh Son dan Ben Davies –serta kadang dibantu oleh Eriksen dan Alli.
Serangan Spurs dominan lewat sisi kanan. (Foto: Squawka)
Kendati Spurs tidak mampu mencetak gol dari permainan terbuka yang dilakukan dari daerah ini, namun mereka beberapa kali memberikan sinyal bahaya ke pemain Arsenal. Apalagi, dua pemain Arsenal yang bermain di daerah ini, Gabriel dan Chamberlain, kelihatan tak cukup cakap.
Bombardir serangan yang dilakukan oleh pemain Spurs terhadap pemain Arsenal tak membuat Wenger segera berbenah. Masalah ini semakin runyam ketika Spurs berhasil unggul 2-0. Tak adanya perubahan dari Arsenal –ditambah minimnya bantuan dari Ramsey dan Xhaka– membuat mereka mengarahkan semua bola dalam waktu lima menit (periode menit ke-60 hingga 65’) ke sisi kiri.
ADVERTISEMENT
Poch Manfaatkan Kecerobohan Pemain Arsenal di Dalam Kotak Penalti
Kesalahan utama yang begitu terlihat dari Arsenal dalam pertandingan ini adalah kecerobohan pemain belakang mereka. Arsenal boleh tak mampu menembus lini belakang Spurs, tetapi jangan pula mereka membiarkan pemain Spurs masuk ke kotak penaltinya dengan mudah.
Kecerobohan pemain Arsenal –yang tercatat telah melakukan 17 kali kesalahan pada musim ini membuahkan dua gol dari Spurs. Gol pertama, lewat longgarnya penjagaan, Eriksen berhasil meliuk-liuk di dalam kotak penalti yang berbuah gol dari mudahnya Dele Alli melakukan tusukan di antara pemain Arsenal.
Sedangkan, dari gol kedua tergambar betapa pemain Arsenal begitu terburu-buru untuk merebut bola dari Kane. Padahal, jika ditelisik, saat itu Kane berada dalam posisi sulit karena mengarahkan bola menjauh dari gawang Cech dan berada dalam penjagaan dua pemain Arsenal.
ADVERTISEMENT